Cerita Ade Chandra Dianiaya Gara-gara Tolak Bayar Pungli di Lokasi Wisata Danau Lau Kawar
Pengunjung yang hendak menikmati wisata di Danau Lau Kawar kawasan Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, dianiaya pelaku pungli
Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Juang Naibaho
Laporan Wartawan Tribun Medan/Muhammad Nasrul
TRIBUN-MEDAN.com, NAMANTERAN - Pengunjung yang hendak menikmati wisata di Danau Lau Kawar kawasan Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan oleh pelaku pungli.
Berdasarkan informasi yang didapat, pengunjung yang datang bersama dengan keluarganya ini menjadi korban penganiayaan dari oknum pemuda yang melakukan pengutipan uang masuk di lokasi wisata tersebut.
Penganiayaan yang dialami oleh pengunjung sekaligus korban Ade Chandra ini terjadi pada Kamis (13/5/2021) kemarin.
Berdasarkan pengakuan Ade, dirinya yang akan berkunjung ke Danau Lau Kawar dimintai sejumlah uang sebesar Rp 35 ribu rupiah untuk biaya masuk di depan pintu masuk.
Namun, saat Ade menanyakan mengenai bukti pembayaran berupa tiket masuk para pelaku tidak dapat menunjukkan bukti tersebut.
Seorang keluarga korban lantas menolak untuk membayar dan menyatakan jika pengutipan ini merupakan pungutan liar (pungli).
"Karena enggak ada karcisnya, ini pungli lah," ucap seorang kerabat Ade.
Baca juga: NGERI Pungli Wisata Lau Kawar Karo, Pengunjung Berusia 63 Tahun sampai Dianiaya
Setelah mendengar celetukan dari keluarga korban, ada pelaku merasa tidak senang.
Pelaku pungli itu pun mengatakan jika tidak ingin membayar maka silakan untuk putar balik.
"Kalau tidak mau bayar, ya sudah putar balik aja, karena siapapun yang mau masuk ke kawasan Danau Lau Kawar harus bayar uang sama kami,” ucap Ade sambil menirukan perkataan salah satu pelaku.
Kedua belah pihak akhirnya terlibat adu mulut hingga belasan pemuda lainnya langsung berdatangan.
Bahkan, para pemuda ini turu turut membawa beberapa senjata baik berupa bambu, kayu, besi, hingga pacul.
Para pemuda ini langsung mengepung keluarga Ade yang menumpangi dua mobil tersebut.
Para pemuda tersebut memaksa sopir untuk keluar dari mobil hingga sempat adu fisik.
Keluarga korban akhirnya turun dari mobil untuk melerai.
Maksud hati hendak melerai, namun mertua Ade yang berusia 63 tahun malah turut jadi korban.
Padahal, ayah mertua Ade sudah berulang kali menyampaikan kata maaf kepada para pemuda. Tapi tak digubris oleh para pemuda yang minta uang masuk tanpa karcis tersebut.
Puluhan pemuda malah makin beringas dan membuat takut keluarga korban lainya.
Baca juga: Pengunjung Pemandian Air Panas Sidebuk-debuk Keluhkan Pengutipan Berlapis
Aksi para pelaku sempat direkam istri Ade Chandra. Namun, para pelaku menyadari dan merampas handpone milik istri Ade Chandra.
Tidak sampai disitu aksi para pelaku dengan nada emosi meminta seluruh penumpang keluar dari dalam mobil. Beruntung pintu berhasil dikunci untuk mengamankan anak-anak.
Para pelaku sempat berupaya membuka pintu mobil. Ada juga pelaku yang memprovokasi untuk bakar mobil yang ditumpangi keluarga Ade.
“Sudah bakar saja mobilnya,” teriak para pelaku.
Mendengar perkataan dari para pemuda tersebut, seorang keluarga korban langsung menghubungi kepolisian untuk meminta bantuan.
“Jika kalian tidak melepaskan kami, maka kita tunggu sama-sama di sini, sebentar lagi polisi datang, mereka (polisi) sudah dijalan,” teriak seorang wanita dari dalam mobil.
Baca juga: Pungli Merajalela di Lokasi Wisata Sidebuk-debuk, Wisatawan Resah Minta Polisi Bertindak
Mendengar hal tersebut, para pelaku langsung melepaskan para korban.
Korban bergegas ke Polsek Simpangempat untuk membuat laporan dan melakukan pengambilan visum ke Puskesmas Simpangempat.
Ade mengatakan, akibat dari peristiwa ini keluarganya mengalami luka pada bagian fisik dan psikis.
Pasalnya, sebagian keluarganya turut membawa anak-anak sehingga menyebabkan trauma.
(cr4/tribun-medan.com)