Pakar Luar Angkasa Ini Bahagia setelah 10 Remaja Perempuan Jenius Afghanistan Berhasil Diselamatkan
Setelah 2 pekan bekerja dengan Kedutaan Besar AS di Qatar, 10 anak perempuan Afghanistan itu berhasil diselamatkan oleh militer AS di Kabul.
"Kami sudah mencobanya di rumah sakit dua hari lalu. Tim ini sekarang fokus kepada fase dua. Jika sukses, alat ini siap dilepas ke pasaran," jelasnya.
Dengan tingkat literasi perempuan kurang dari 30 persen, Afghan Dreamers berharap proyek ini bisa mengubah perspesi bagi wanita di dunia teknik industri.
Pendiri lainnya, Elham Mansori (16), berujar dengan berhasil membuat ventilator, maka peran perempuan di masyarakat bisa semakin terangkat.
Mahboob melanjutkan, proyek mereka ini sampai ke telinga Presiden Ashraf Ghani, yang memerintahkan agar mereka mendapat bantuan.
Begitu juga dengan Kementerian Kesehatan Afghanistan melalui juru bicaranya, Waheed Mayar. Namun, dia juga menekankan alat itu tak bisa dipakai begitu saja.
Dia menuturkan selain eksperimen dan pengembangan, terdapat juga penelitian pra-klinis, dan harus dianlisa ketika dipasarkan.
"Keselamatan pasien adalah prioritas utama kami. Jadi, kami berharap alat ini diujicobakan dulu di laboratorium sebelum digunakan ke penderita virus corona," jelas Mayar.

Penyelamatan anak-anak perempuan tim robotik Afghanistan setelah Taliban mengambilalih kekuasaan dan memicu kekhawatiran besar atas keselamatan para warga. (Istimewa/Reuters/AP)
Kehadiran tim robotik Afghanistan yang semuanya merupakan pelajar perempuan menjadi istimewa mengingat pendidikan anak-anak perempuan di Afghanistan baru berjalan relatif normal setelah tahun 2001 lalu.
Sebelumnya ketika Taliban pernah berkuasa tahun 1996 - 2001, perempuan sama sekali dilarang bersekolah dan bekerja. Ketika Taliban tumbang tahun 2001, mereka masih tetap menteror anak-anak perempuan yang gigih bersekolah.
Pada tahun 2012, seorang pelajar perempuan, Malala Yousafzai yang kala itu masih berusia 15 tahun diserang oleh Taliban ketika berada di dalam bis sekolah.
Malala yang terluka parah kemudian dievakuasi ke Pakistan dan kemudian ke Inggris.
Akhirnya Malala dan keluarganya menetap di Inggris dan mendapatkan Nobel Perdamaian ketika berusia 17 tahun.
Walaupun sejumlah elit Taliban memberikan jaminan bahwa kaum perempuan boleh bersekolah dan bekerja, namun sejumlah kalangan meragukan komitmen Taliban tersebut.
Dimana, sejumlah perempuan masih dibunuh setelah tidak menggunakan burka dan gubernur wanita pertama di Afghanistan, Salima Mazari telah ditangkap oleh Taliban. Kini wali kota wanita termuda Zarifa Ghafari menunggu dirinya siap mati di tangan Taliban.
(*/tribun-medan.com/ kompas.com)