Materi Belajar Sekolah

Materi Belajar Sejarah: Biografi Jenderal Soedirman, Panglima Besar TNI Pertama Indonesia

Jenderal Soedirman kemudian menjadi panglima pertama sekaligus Jenderal RI pertama dengan usia termuda, yakni 31 tahun.

Arsip Nasional
Jenderal Soedirman merupakan pahlawan revolusi Indonesia 

Karir militernya berlanjut cemerlang hingga memperoleh pangkat jenderal Panglima Besar Tentara Rakyat Indonesia (TRI) pada 25 Mei 1946 hingga menjadi Jenderal Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia yang pertama.

Kehebatan Sang Jenderal diakui oleh masyarakat Indonesia saat itu.

Saat Amir Syarifudin menjadi Menteri Pertahanan, ia mengesampingkan Jenderal Soedirman yang menurunkan jabatannya menjadi Panglima Pertempuran Mobil di bawah Menteri Pertahanan tersebut.

Kemudian setelah Agresi Militer Belanda II, Jenderal Soedirman menunjukan surat keberatan tentang persetujuan gencatan senjata kepada Presiden.

Akibat surat tersebut Sang Jenderal pun harus dibebastugaskan dari Panglima Besar APRI dan diberhentikan dari anggota tentara.

Karena Presiden dan Wakil Presiden sangat keberatan dengan keputusan Sang Jenderal, akhirnya Jenderal Soedirman pun mengurungkan niatnya untuk keluar dari kemiliteran Indonesia.

Sang Jenderal ini adalah saksi dari berbagai upaya diplomatik yang gagal dilakukan Indonesia terhadap pemerintahan Belanda saat itu yang selalu ingin menjajah.

Diplomatik pertama yang gagal adalah Perjanjian Linggarjati yang dalam penyusunannya ikut andil Sang Jenderal Soedirman.

Selain itu kegagalan pada Perjanjian Renville yang harus membuat Indoensia mengembalikan wilayah yang berhasil diambil pada Agresi Militer Belanda I kepada Belanda dan mengharuskan Jenderal Soedirman menarik 35 ribu pasukannya.

Perundingan Roem Royen juga melibatkan peran Jenderal Soedirman karena berkaitan dengan kemiliteran dan upaya pemberontakan dalam negeri tahun 1948 dari peristiwa G30S PKI di Madiun.

Dari segala perjanjian dengan Belanda, Jenderal Soedirman terus mendesak Soekarno untuk tetap melanjutkan perang gerilya karena ia tidak percaya Belanda yang akan benar-benar memenuhi janjinya.

Namun saat itu Soekarno menolak dan membuat Sang Jenderal sangat terpukul dan membuatnya jatuh sakit.

Jenderal Soedirman mengidap penyakit Tuberkulosis (TBC) karena terinfeksi saat berjuang pada November 1948 yang menyebabkan paru-paru kanannya harus dikempeskan.

Kepergian Oerip meninggal dunia pada tahun 1948 juga semakin memperburuk kondisi Sang Jenderal. Ia sempat ingin mengundurkan diri dari kemiliteran Indonesia namun ditolak Soekarno karena dapat menimbulkan ketidakstabilan perjuangan negara saat itu.

Setelah Jenderal Soedirman keluar Rumah Sakit pada 19 Desember 1948, Belanda justru melancarkan Agresi Militernya yang ke 2. Penyakit parah yang ia derita rupanya tidak menghalangi Sang Jenderal untuk tetap berjuang melawan Belanda.

Jenderal Soedirman pun akhirnya pergi ke Selatan bersama kelompok kecil dan dokter pribadinya melakukan gerilya selama tujuh bulan dalam kondisi yang memprihatinkan, yakni ditandu dengan peralatan medis seadanya dan terbatas.

Pasukan mereka sempat ditemukan Belanda, namun mereka berhasil kabur ke Sobo dekat Gunung Lawu dari kejaran Belanda.

Jenderal Soedirman memimpin kemiliteran di Jawa termasuk tetap mengomandoi Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta melawan Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto.

Kondisinya yang semakin parah membuatnya harus mundur dari medan perang melawan Belanda secara langsung di lapangan.

Kegigihannya melawan Belanda sangat dikagumi oleh para pasukannya dan memberikan mereka motivasi besar untuk terus melawan Belanda.

Penyakit yang diderita Jenderal Soedirman kian parah setelah memaksakan diri untuk tetap bergerilya melawan Belanda. Kondisinya yang semakin memburuk tersebut rupanya tidak membuat Jenderal Soedirman menyerah untuk sembuh.

Sang Jenderal tetap rajin kontrol ke Rumah Sakit Panti Rapih di Yogyakarta untuk berjuang melawan penyakitnya. Saat ia sedang di rawat di Sanatorium Pakem Desember 1949, Jenderal Soedirman memperoleh berita bahagia karena Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia melalui Republik Indonesia Serikat Tepatnya 27 Desember 1949.

Sang Jenderal pun akhirnya dipindahkan ke Magelang untuk memperoleh perawatan yang lebih intensif.

Namun upaya pengobatan Sang Jenderal tidak berhasil, tepat 1 bulan setelah kedaulatan Indonesia merdeka dari Belanda, Jenderal Soedirman wafat karena penyakit yang ia derita pada 29 Januari 1950.

Ada pasukan konvoi dengan empat buah tank dan 80 buah kendaraan bermotor kemiliteran Indonesia yang mengiringi pemakaman Jenderal Soedirman di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Kepergian Jenderal Soedirman ini dinobatkan sebagai kepergian Sang Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

Rakyat Indonesia pun sangat terpukul dan kehilangan sosok pahlawan besar, bahkan ribuan rakyat berkumpul sepanjang 2 kilometer menyaksikan prosesi pemakaman Sang Jenderal.

Masyarakat Indonesia pun mengibarkan bendera merah putih setengah tiang untuk menghormati kepergian Jenderal Soedirman pada hari kematiannya tersebut. Jejak perjuangannya kemudian menjadi esprit de corps untuk tentara Indonesia, yakni taktik gerilyanya yang sangat berani.

Rute perang gerilya sepanjang 100 kilometer yang pernah dilakukan Jenderal Soedirman pun menjadi zona pelatihan kemiliteran bagi para taruna Indonesia yang belum lulus dari akademi militernya. Kisah perjuangan Jenderal Soedirman abadi bagi bangsa Indonesia, hingga namanya banyak dijadikan nama-nama jalan, gedung, universitas, dan museum.

Sang Jenderal kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak 10 Desember 1964 oleh Presiden Soekarno. Pada tahun 1997 Jenderal Soedirman dianugerahi gelar Jenderal Besar Anumerta oleh Soeharto, dimana gelar tersebut hanya dimiliki oleh tiga orang saja di Indonesia hingga saat ini.

Nah, Itulah kisah singkat dari biografi Jenderal Soedirman. 

Perjuangannya layak diapresiasi dan menjadi hal yang menginspirasi generasi penerus bangasa agar tetap menjaga bangsa yang sudah diperjuangkannya. Itulah sebabnya kita sebagai generasi penerus bangsa indonesia harus mengenali pahlawan bangsa agar tidak abai dengan bangsa kita sendiri.

(*/tribun-medan.com)

Baca juga: Materi Belajar Sekolah: Langkah Perkenalan Diri dengan Bahasa Inggris Beserta Contoh

Baca juga: Materi Belajar Sekolah: Langkah Perkenalan Diri dengan Bahasa Inggris Beserta Contoh

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved