Afghanistan
SETELAH Bantuan Mengalir Pasca Gempa, Pemimpin Taliban Minta Dunia Jangan Ikut Campur di Afghanistan
Sebagaimana diketahui, pada 22 Juni 2022 lalu, gempa bumi melanda bagian timur Afghanistan.
TRIBUN-MEDAN.COM - Pada Jumat (1/7/2022), Pemimpin tertinggi Taliban Hibatullah Akhundzada menyerukan agar dunia jangan ikut campur urusan dalam negeri Afghanistan. Ia pun minta negara lain berhenti memberi tahu mereka bagaimana menjalankan Afghanistan.
Sebagaimana diketahui, pada 22 Juni 2022 lalu, gempa bumi melanda bagian timur Afghanistan.
Gempa berkekuatan 6,1 skala richter di dekat perbatasan Pakistan itu menewaskan sedikitnya 1.150 orang.
Pusat gempa sekitar 44 km dari kota Provinsi Khost dan Provinsi Paktika di kedalaman 51 kilometer (32 mil).
Getarannya pun terasa hingga 500 kilometer ke Pakistan dan India.
Kantor kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan, di antara korban tewas adalah 155 anak-anak.
Sementara korban luka-luka sedikitnya 2.000 orang, di antaranya 250 anak-anak. Lalu, sekitar 1.800 rumah hancur.
Akibat gempa tersebut, bantuan internasional pun berdatangan. Di antaranya bantuan dari Amerika Serikat.
Amerika Serikat dilaporkan memberikan bantuan senilai 55 juta dolar AS.
Dikutip dari Anadolu Agency, Sabtu (2/7/2022), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, bantuan tambahan berupa peralatan masak, jeriken air, selimut, pakaian dan barang-barang lainnya, termasuk perlengkapan higienis untuk mencegah wabah penyakit yang ditularkan melalui air.
"Gempa tersebut mengintensifkan krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung yang telah dialami rakyat Afghanistan terlalu lama," ujar Blinken.
"Bantuan kemanusiaan tambahan akan disalurkan melalui Badan Pembangunan Internasional AS," lanjut Blinken.
Blinken menambahkan bahwa dana baru itu menjadikan total bantuan kemanusiaan AS untuk Afghanistan menjadi lebih dari 774 juta dolar AS dalam setahun terakhir.
Bencana itu merupakan ujian besar bagi para penguasa Taliban.
Sementara, dunia internasional belum mengakui kepemimpinan Taliban sejak mereka kembali menguasai Afghanistan.
