Afghanistan

SETELAH Bantuan Mengalir Pasca Gempa, Pemimpin Taliban Minta Dunia Jangan Ikut Campur di Afghanistan

Sebagaimana diketahui, pada 22 Juni 2022 lalu, gempa bumi melanda bagian timur Afghanistan.

Editor: AbdiTumanggor
AFGHAN ISLAMIC PRESS via AP/Kompas.com
Foto wajah pemimpin tertinggi Taliban Hibatullah Akhundzada yang tak bertanggal dan tidak diketahui lokasinya dirilis pada Tahun 2016. (AFGHAN ISLAMIC PRESS via AP) 

Masalah pendidikan perempuan juga tidak disebut. Bahkan tidak ada wanita yang menghadiri pertemuan ulama tersebut.

Sementara, aktivis hak-hak perempuan mengecam kurangnya partisipasi mereka.

"Perempuan harus menjadi bagian dari keputusan tentang nasib mereka," kata Razia Barakzai kepada AFP, Kamis (30/6/2022).

Tetapi sumber Taliban mengatakan kepada AFP, dalam waktu dekat ini bahwa masalah pelik seperti pendidikan anak perempuan - yang telah membagi pendapat dalam gerakan itu - akan dibahas oleh Pemimpin Taliban.

Pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada
Hanya satu foto wajah pemimpin tertinggi Taliban Hibatullah Akhundzada yang tak bertanggal dan tidak diketahui lokasinya dirilis pada Tahun 2016. (AFGHAN ISLAMIC PRESS via AP/Kompas.com)

Perempuan Dilarang Mengenyam Pendidikan dan Diberhentikan dari Pekerjaan Pemerintah

Sebagaimana diketahui, sejak kembalinya Taliban berkuasa, gadis-gadis sekolah menengah telah dilarang mengenyam pendidikan dan perempuan diberhentikan dari pekerjaan pemerintah.

Perempuan Afghanistan juga dilarang bepergian sendiri, dan diperintahkan untuk mengenakan pakaian yang menutupi segala sesuatu kecuali wajah mereka.

Taliban juga melarang memutar musik non-religius, melarang penggambaran sosok manusia dalam iklan, memerintahkan saluran TV untuk berhenti menayangkan film dan sinetron yang menampilkan wanita tanpa busana tertutup.

Kelompok ekstremis itu juga mengatakan kepada pria Afghanistan bahwa mereka harus mengenakan pakaian tradisional dan menumbuhkan janggut mereka.

Di Jenewa pada Jumat (1/7/2022), kepala hak asasi manusia PBB mendesak Taliban untuk melihat ke negara-negara Muslim lainnya, untuk mendapatkan inspirasi dalam meningkatkan hak-hak perempuan dalam konteks agama.

Dalam pertemuan dewan PBB mendesak yang membahas situasi perempuan dan anak perempuan di Afghanistan, Michelle Bachelet mengatakan "hak-hak mereka mengalami kemunduran paling signifikan dan cepat dalam dalam sejarah beberapa dekade."

"Saya sangat mendorong otoritas de facto untuk terlibat dengan negara-negara mayoritas Muslim dengan pengalaman dalam mempromosikan hak-hak perempuan dan anak perempuan, sebagaimana dijamin dalam hukum internasional, dalam konteks agama itu," katanya.

Akhundzada mengatakan Taliban memenangkan Afghanistan, tetapi tergantung pada "ulama" dan "para cendekiawan agama".

"Sistem syariah berada di bawah dua bagian - ulama dan penguasa," katanya.

“Jika para ulama tidak menasihati penguasa untuk berbuat baik, atau para penguasa menutup pintu terhadap para ulama, maka kita tidak akan memiliki sistem Islam.”

Akhundzada diyakini berusia 70-an tahun, berbicara dengan nada terukur yang kuat, kadang-kadang batuk atau berdeham.

(*/tribun-medan.com/kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved