Berita Langkat
Kambing Hutan Sumatera Muncul dengan Kondisi Kritis di Langkat Lalu Mati
Kambing hutan sumatera muncul di permukiman warga di Kabupaten Langkat. Namun sayangnya, kambing hutan ini dalam keadaan kritis.
Penulis: Muhammad Anil Rasyid | Editor: Tommy Simatupang
TRIBUN-MEDAN.com, LANGKAT - Seekor kambing hutan Sumatera atau Capricornis Sumatraensis Sumatraensis muncul ke permukiman warga di Kabupaten Langkat.
Kambing berciri khas warna hitam dengan dua tanduk di kepala ini munghebohkan warga Dusun Perteguhan, Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumut, pada Senin (11/7/2022) sore.
Namun sayangnya, hewan yang termasuk dilindungi itu telah mati. Kambing itu memang tengah sakit ketika muncul di permukiman warga.
Berdasarkan pengamatan Pengelolaan Taman Nasional Gunung Lauser setelah dievakuasi, kambing hutan itu mengalami sakit kudis.
Berdasarkan pengamatan tribun-medan.com dari foto yang tersebar, kulit kambing hutan ini memang terlihat buruk.
Banyak jamur di badan dan bulu tampak tinggal sedikit.
"Iya, kudis hampir di semua permukaan kulit, plus karena sakitnya mungkin jadi tidak ada selera makan, maka sangat kurus saat ditemukan," ujar Palber Turnip, Kepala Seksi V Pengelolaan Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL).
Namun pada saat hendak dievakuasi, kambing hutan sumatra ini sudah lemas dan tak lama kemudian mati.
"Sekitar pukul 19.30 WIB petugas kita sampai dilokasi, dan satwa tersebut kemudian tidak tertolong dan mati persis pukul 20.00 WIB," ujar Palber.
"Satwa tersebut sudah dikuburkan petugas kita di dekat lokasi ditemukannya, yaitu di kebun warga dan juga disaksikan warga," sambungnya.
Sedangkan itu, kambing-hutan sumatra adalah jenis kambing hutan yang hanya terdapat di hutan tropis pulau Sumatra.
Populasinya sudah semakin terdesak akibat perambahan hutan secara liar. Spesies ini ditetapkan dalam daftar tumbuhan dan satwa dilindungi di Indonesia.

Populasi Kambing Hutan Sangat Sedikit
Capricornis sumatraensis sumatraensis adalah jenis kambing hutan yang hanya terdapat di hutan tropis pulau Sumatra.
Di alam bebas keberadaan fauna ini semakin langka dan terancam kepunahan.
Oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), satwa ini dikategorikan dalam “genting” atau “Endangered”.
Sehingga tidak salah, untuk melindungi yang masih tersisa, jika kemudian pemerintah Indonesia menetapkan Kambing Hutan Sumatera sebagai salah satu satwa yang dilindungi dari kepunahan berdasarkan PP Nomor 7 tahun 1999.
Sayangnya saya sendiri tidak tahu berapakah populasinya yang bertahan hingga kini.
Ciri khas Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis) ini adalah bertanduk ramping, pendek dan melengkung ke belakang.
Berat badannya antara 50 – 140 kg dengan panjang badannya mencapai antara 140 – 180 cm. Tingginya bila dewasa mencapai antara 85 – 94 cm.
Pada dasarnya kambing hutan berbeda dengan kambing yang diternakkan, karena kambing hutan merupakan perpaduan antara kambing dengan antelop dan masih mempunyai hubungan dekat dengan kerbau.
Kambing hutan merupakan satwa yang sangat tangkas dan sering terlihat memanjat dengan cepat di lereng terjal yang biasanya hanya bisa dicapai oleh manusia dengan bantuan tali.
Kambing Hutan Sumatera ini mempunyai habitat di hutan-hutan pegunungan dataran tinggi sumatera.
Populasinya yang masih tersisa terdapat di Taman Nasional Kerinci Seblat (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan) juga dapat ditemukan di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) yang secara administratif berlokasi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Provinsi Sumatera Utara dan Taman Nasional Gunung Leuser (Nanggroe Aceh Darussalam).
(cr23/tribun-medan.com)