Autopsi Ulang Brigadir J
SUDAH 16 Hari Dimakam, Apakah Luka di Jasad Brigadir J Masih Bisa Dideteksi? Ini Penjelasan Ahli
Dokter forensik akan melakukan analisa terhadap perubahan-perubahan di tubuh jenazah. Pemeriksaan ini diperkirakan akan memakan waktu yang cukup lama
Menjelang proses autopsi ulang Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat, pihak keluarga akan mengadakan ibadah doa. Ibadah doa akan digelar mengawali penggalian kubur, otopsi, hingga pemakaman kembali jenazah brigadir yoshua.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyatakan, lembaganya telah mendapatkan informasi detil mengenai hasil autopsi awal Brigadir Yoshua dari penjelasan Pusat Kedokteran Forensik Polri. Dari autopsi awal di RS Polri Kramatjati ini terindikasi adanya karakter luka dan jarak tembak yang berbeda-beda. Menurut Anam, penjelasan mengenai autopsi awal cukup penting untuk menentukan titik terang waktu kematian Brigadir Yoshua.
Apa yang Terjadi pada Setiap Tahapan Pembusukan Mayat?
Dikutip dari laman Hello Sehat, proses pembusukan jenazah dalam kubur terdiri atas lima tahapan berbeda hingga akhirnya satu-satunya yang tersisa hanyalah tulang kering.
Seberapa cepat tubuh membusuk bergantung pada beberapa faktor, seperti suhu, apakah tubuh berada di luar atau di dalam air, serta jumlah bakteri yang ada dalam tanah.
Tubuh yang terpapar unsur-unsur seperti udara dan air akan terurai lebih cepat. Serangga pun akan lebih banyak menghinggapinya daripada jenazah yang dikubur atau dikurung di ruang tertutup. Umumnya, dibutuhkan waktu sekitar 8–12 tahun untuk menguraikan kerangka manusia di dalam tanah.
Sementara itu, waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan mayat di dalam peti bisa mencapai 50 tahun. Untuk tahu lebih lanjut bagaimana proses pembusukan mayat pada setiap tahapannya, simaklah ulasan lengkap berikut ini.
1. Fresh (autolisis)
Proses pembusukan mayat sebenarnya sudah dimulai sejak jantung Anda sudah berhenti berdetak, sebab tidak ada lagi darah yang dipompa ke seluruh tubuh. Kemudian dalam waktu 3–6 jam, otot tubuh mulai kaku dan tidak dapat berelaksasi. Jasad pun menjadi tegang dalam kondisi yang disebut rigor mortis. Setelah jasad dikuburkan dalam tanah (24–72 jam setelah kematian), suhu tubuh perlahan menjadi dingin karena menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Ditambah lagi, tak ada oksigen yang terbawa dalam peredaran darah.
Bakteri dalam usus mulai menggerogoti dinding usus hingga sel kehilangan strukturnya. Enzim juga akan bekerja untuk memecah sel tubuh sendiri, begitu pun dengan jaringan di sekitarnya. Proses tersebut dikenal dengan autolisis. Tanda tubuh sudah mengalaminya dapat dilihat dengan adanya beberapa permukaan kulit yang lecet. Lalu perlahan, lalat-lalat mulai menghinggapi tubuh untuk bertelur.
Dalam proses pembusukan mayat ini, mungkin tak banyak perubahan yang dapat Anda lihat dengan mata telanjang dan tanda-tandanya pun sedikit sekali. Ini karena sebagian besar kerusakan terjadi dalam tubuh dan tidak akan terlihat dari luar.
2. Bloat (penggembungan)
Sekitar 3–5 hari setelah kematian, bakteri mulai berkembang biak dan menghasilkan berbagai gas seperti karbon dioksida, metana, nitrogen, dan hidrogen sulfida. Gas inilah yang menjadi alasan kenapa tubuh bisa menggembung. Gas tersebut menciptakan tekanan berlebihan dalam tubuh, lalu mendorong cairan keluar lewat lubang-lubang pada tubuh, seperti hidung, mulut, telinga, dan anus.
Jika ada serangga atau belatung yang memakan jaringan tubuh, ia akan meninggalkan telurnya dan mulai menimbulkan kerusakan pada permukaan kulit jenazah. Kulit dengan kondisi luka terbuka, tentu akan memberikan peluang untuk serangga dan bakteri untuk masuk ke dalam tubuh. Dengan begitu, proses pembusukan mayat akan terjadi lebih awal. Tak jarang, gas yang keluar akan menguarkan bau amis dan tidak sedap. Ini pertanda bahwa bagian dalam jenazah sudah mulai mengalami proses pembusukan dalam kubur.
3. Active decay (peluruhan aktif)
Bisa dibilang tahap ketiga ini merupakan proses terjadinya pembusukan aktif sekaligus menjadi tahap yang paling cepat dan progresif. Tahapan ini terjadi sekitar 8–10 hari setelah kematian. Selama proses ini, sebagian besar massa tubuh akan hilang karena bakteri dan serangga sudah merusak berbagai sel tubuh dan membuat cairan tubuh keluar. Sebagaimana yang Anda tahu, bahwa lebih dari 50 persen tubuh manusia terdiri dari air.
Kulit juga sudah mulai membesarkan pori-porinya. Dengan demikian, akses untuk binatang-binatang yang mencari makan akan lebih terbuka. Binatang-binatang ini akan mulai menggerogoti kulit. Setelah itu, kulit mulai meluruh, lalu menghitam karena tidak ada lagi darah yang mengalirkan oksigen dan zat gizi. Tahap ketiga ini dikatakan selesai jika belatung atau serangga apa pun sudah tidak menghinggapi tubuh lagi.