Brigadir J Ditembak Mati

MOMEN Anniversary Mulai Munculnya Percekcokan RT Ferdy Sambo, Motif Memalukan dan Menjijikkan

Berikut rangkaian meledaknya "kotak pandora setan" tersebut yang dirangkum Tribun-Medan.com dari berbagai sumber sejak 11 Juli 2022 hingga 13 Agustus

Editor: AbdiTumanggor
tribun-medan.com
Meledak Kotak Pandora Setan Ferdy Sambo. 

Setelah pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo dan istrinya diduga menawarkan uang kepada Bharada E sebanyak Rp 1 miliar berbentuk dollar. Sedangkan Bripka RR dan KM masing-masing Rp 500 juta. Namun menurut mantan pengacaran Bharada E, Deolipa Yumara, hingga saat ini uang tersebut tak terealisasi diberikan.

Hingga kini, dalam kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J ini, sudan ada empat orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka adalah Irjen Ferdy Sambo (Irjen FS), Bripka Ricky Rizal (Bripka RR), Bharada Richard Eliezer (Bharada E), dan ART Sambo bernama Kuat Ma'ruf (KM). Sambo kini ditahan di Markas Komando (Mako) Brigade Mobil (Brimob). Sementara sisanya ditahan di Rumah Tahanan Bareskrim Polri.

5. Beberapa Motif Pembunuhan Bermunculan karena Polisi Tidak akan mengumumkan ke Publik

Isu (1) Diduga Motif Kecemburuan.

Isu terbaru beredar di media sosial adanya dugaan kecemburuan yang disebabkan antar sesama pria. Hal itu setelah mantan kuasa hukum Bharada E, Deolipa Yumara, menyinggung soal LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender). Isu LGBT ini muncul dalam cuplikan wawancara Deolipa Yumara di TV One yang diunggah akun TikTok @holtemontea84. “Ya kita serahterima perasaan, untung saja saya sama dia (Bharada E) bukan LGBT, bukan cowok sama cowok ya kan, mangkanya saya nggak jatuh cinta sama siapa ini (Bharada E),” ujar Deolipa Yumara.

Atas pernyataan Deolipa ini pun menarik perhatian netizen adalah karena mereka penasaran dengan motif sebenarnya di balik kasus kematian Brigadir J tersebut. Namun Deolipa tidak menjelaskan secara detail siapa yang dimaksud memiliki perasaan antara pria tersebut. Namun hingga saat ini Bareskrim Polri belum memberikan klarifikasi resmi mengenai motif yang melatarbelakangi pembunuhan Brigadir J.

Mahfud MD: Kasus Menjijikan

Sementara, Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menjadi salah satu petinggi yang hingga kini masih terus bersuara terkait kasus kematian Brigadir J. Mahfud MD memang tak terang-terangan menguliti kasus yang mencoreng citra kepolisian ini, namun ia sedikit memberi angin segar kepada masyarakat agar tak ada lagi hal yang ditutupi oleh kepolisian dan pihak yang bersangkutan.

Saat menjadi bintang tamu dalam podcast Deddy Corbuzier pada, Jumat (12/8/2022), Mahfud MD sedikit mengulik skenario mantan Kadiv Propam tersebut. Mulanya, ia mengungkapkan dugaaan adanya ‘jebakan psikolgi’ oleh Ferdy Sambo guna mendukung skenario tembak-menembak yang sudah dirancang. “Satu ke Kompolnas (Komisi Kepolisian Nasional), Hari Senin Kompolnas diundang Ferdy Sambo ke kantornya. Hanya untuk apa? Hanya untuk nangis-nangis di depan Kompolnas,” ujar Mahfud dalam YouTube Deddy Corbuzier.

Mafud mengatakan jika Ferdy Sambo sengaja melakukan hal itu, untuk upaya prakondisi yang membuat dirinya terkesan sebagai orang yang teraniaya. Ferdy Sambo merasa menjadi pihak yang dirugikan karena istrinya dilecehkan, menurut skenario awal. “Saya (Ferdy Sambo) teraniaya, kalau saya sendiri ada di situ saya tembak habis dia katanya gitu,” lanjut Mahfud menirukan ucapan Ferdy.

Kemudian, dijelaskan Mahfud, Ferdy tak hanya mendatangi Kompolnas namun ada beberapa pihak lain. Ada beberapa anggota DPR yang juga dihubungi Ferdy Sambo, namun saat dikonfirmasi tak bisa dihubungi. “Ada juga tuh anggota DPR, dia hubungin, namun pas ditelepon enggak diangkat,” terang Mahfud.

Mahfud menjelaskan jika dirinya awalnya hanya memantau semua yang terjadi, namun ia merasa banyak kejanggalan dalam kasus ini. “Nah itu kan skenario yang sudah dituliskan ya, jadi pas saya mendengarkan cerita, saya ajak Kompolnas untuk merubah perspektif karena tidak masuk akal,” terangnya.

Sebagai orang yang memiliki jabatan, Mahfud juga mencoba bertanya kepada pihak lain yang sudah berkomunikasi dengan Sambo dan istrinya. “Kemudian, saya juga mencoba untuk bertanya kepada Komnas HAM, usai Sambo dan Istri diperiksa, namun belum mendapatkan jawaban yang pas,” bebernya.

Mahfud menyebutkan jika kasus ini termasuk kasus besar dan cukup sulit untuk diugkapkan. “Saya udah tanyakan sama Komnas HAM, ‘Apa yang terjadi’, tapi ya mereka bilang pelecehan, karena sulit ya mereka bilang sulit memeriksa Sambo dan Istri, sulit disentuh,” ujarnya.

“Setelah dibentuk tim baru bisa disentuh, itu pun tidak langsung,” sambungnya. Oleh karena itu, hingga kini motif perlakuan Ferdy Sambo pun belum dijelaskan ke khalayak luas. “Jadi motifnya kan belum ada yang tau sampai sekarang, biar nanti di buka dipengadilan,” ujar  Mahfud.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved