Pembunuhan

Pria Tertembak di Pekan Labuhan, 3 Polisi Kabur hingga Keterangan Pihak Kepolisian dan Keluarga

Tiga oknum personel Satres Narkoba Polres Pelabuhan Belawan, diduga menembak mati seorang pria bernama Iwan alias Nasib.

TRIBUN MEDAN/HO
Tampang polisi yang kabur seusai tertembaknya Iwan alias Nasib di Jalan KL Yos Sudarso, Gang Mafo, Kecamatan Medan Labuhan. 

Asbulah mengatakan, saat itu juga dia berlari kearah keributan tersebut dan menyebutkan "kalian bunuh adik saya". Lantas ketiga polisi tersebut pun lari dari TKP menuju mobil yang terparkir dibahu jalan Yos Sudarso Pekanlabuhan.

"Rudi Simamora nampakku mempiting leher adik saya, jadi meronta lah kan, terdengarlah suara tembakan itu. Langsung lari aku kearah mereka, kalian bunuh adik ku kubilang. Langsung lari mereka, itulah sambil di kejar anak muda sini, " Bebernya.

Dia berharap kasus ini dapat di usut tuntas atas kematian adik kandungnya akibat tembakan yang dilakukan oknum polisi.

"Kasus ini harus di usut tuntas karena adik saya sudah meninggal karena ulah pelaku, " Harapnya.

(cr29/tribun-medan.com)

Kronologi dari Pihak Keluarga

Seorang pria bernama Iwan alias Nasib (49), tewas berlumuran darah setelah timah panas polisi menembus bagian lehernya.

Insiden penembakan tersebut terjadi di Jalan KL Yos Sudarso, Gang Mafo, Lingkungan XIV, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, pada Senin (14/11/2022).

Menurut anak kandung korban, Rian (22) saat itu ayahnya sedang duduk di depan rumah nya seorang diri.

Pagi itu, ia sempat bersama dengan korban. Namun, dirinya pergi sebentar untuk membeli sesuatu di dekat rumah dan meninggalkan ayahnya.

"Aku tadi beli rokok bentar ke belakang, nggak berapa lama tiba-tiba ada suara tembakan," kata Rian kepada Tribun-medan, Senin (17/11/2022).

Lalu, dikatakannya setelah mendengar tembakan tersebut ia pun kembali ke rumah.

Ketika itu, ia pun langsung histeris melihat ayahnya sudah bersimbah darah.

"Ku pikir entah apa, rupanya ayah ku sudah kena tembak di lehernya, sudah bercucuran darah di leher," sebutnya.

Rian mengaku, ketika itu sempat melihat ada tiga orang pria berpakaian kemeja putih yang diduga polisi lari meninggalkan ayahnya.

"Polisinya tiga orang, sempat lihat cuma nampak dua orang, satu di mobil," bebernya.

Diungkapkannya, menurut informasi yang diterima polisi datang ke lokasi tersebut untuk melakukan penggeledahan terkait kasus narkotika.

Tetapi, Rian menambahkan saat itu di lokasi atau pun dari korban tidak ditemukan barang bukti apapun.

Ia mengaku bahwa memang ayahnya merupakan penjual narkoba jenis sabu. Namun, setahun terakhir sudah berhenti.

"Kata orang itu narkoba, tapi sudah setahun yang lewat ayah ku nggak main narkoba lagi, nggak ada barang bukti," ucapnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan setelah melihat ayahnya bersimbah darah dirinya pun panik dan langsung menolong ayahnya dan membawa nya ke rumah sakit di kawasan Medan Marelan.

Ketika itu, ia membawa ayahnya ke rumah sakit dengan menggunakan sepeda motor.

"Pertama kena tembak darah berceceran, aku lah yang bawa ke rumah sakit naik sepeda motor, dengan bercucuran darah baju penuh darah," bebernya.

Kemudian, waktu itu kondisi korban sudah sekarat lantaran darahnya terus mengalir.

Setibanya di rumah sakit di kawasan Marelan itu. Korban pun di rujuk ke Bhayangkara Medan, tetapi nyawanya tidak tertolong.

Ia juga menceritakan, selama berhenti menjual narkoba setahun terakhir, kesehariannya ayahnya merupakan penjual nasi goreng dan es kelapa di kawasan Belawan.

"Jualan nasi goreng di Belawan, bantuin ibu kadang buka es kelapa juga," pungkasnya.

(cr11/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved