Breaking News

Serda Sahat Sitorus Tewas

Kamaruddin Simanjutak Ungkap Penganiayaan Serda Sahat Sitorus Hingga Tewas Bermotif Dendam

Kamaruddin Simanjuntak angkat bicara terkait awal mula penganiayaan terhadap Serda Sahat Wira Sitorus hingga meninggal dunia.

Tribun Medan/Edward Gilbert Munthe
Kamaruddin Simanjuntak (jas warna hijau tua) dan Poltak Silitonga (jas warna hitam) saat memberikan keterangan bersama orang tua Serda Sahat Wira Sitorus, Kamis (19/1/2023). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Kuasa hukum keluarga Serda Sahat Wira Sitorus, Kamaruddin Simanjuntak angkat bicara terkait awal mula penganiayaan terhadap anak dari kliennya tersebut hingga meninggal dunia.

Pada tahun 2018, adanya kunjungan VVIP di Bagan Batu, Kota Pekanbaru.

Baca juga: Akhirnya Kamaruddin Turun ke Medan Jadi Pengacara Serda Sahat Sitorus yang Tewas Dianiaya Atasannya

Dalam kunjungan itu, dihadiri Presiden Joko Widodo dan adanya konsentrasi pengamanan berlapis dari Polisi dan TNI.

Dalam kegiatan itu, diduga tidak terdapat koordinasi yang baik dari Tentara, akibatnya anggota TNI yang bertugas kalai itu tidak kebagian makanan.

Kemudian, Serda Sahat, berinsiatif menyediakan minuman dan roti kepada rekan-rekannya.

Namun, hal tersebut tidak mendapat respon baik dari pimpinannya yaitu Mayor Arh Gede Henry Widyastana.

Pimpinannya itu pun marah, karena melihat anggotanya tidak kebagian makanan.

"Kemarahan itu diluapkan kepada Ibu dari korban yaitu klien kami," kata Kamarudin.

Dirinya menjelaskan, kliennya itu adalah istri dari Danramil yang saat ini bertugas di Dumai.

Diceritakan Kamaruddin, Tiorma Tambunan selaku ibu dari korban, lalu menceritakan hal tersebut kepada suaminya.

Lantas, ayah dari korban yaitu Kapten Hulman Sitorus memberitahukan hal tersebut kepada Komandan Kodim.

Lalu, lanjutnya, Komandan Kodim itu menegur Gede Henry. 

Akibatnya, diduga timbul rasa sakit hati dari Mayor Arh Gede Henry Widyastana.

"Kemudian, selang beberapa waktu saat adanya pelatihan di Denrudal 004 Dumai, kesempatan itu digunakan Gede untuk membalaskan dendamnya," ucap Kamaruddin, Kamis (19/1/2023).

Dalam peristiwa itu, diduga korban disiksa secara berlebihan selama masa orientasi atau pelatihan yang berujung pada kematiannya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved