Ramadan 1444 H

Tiga Kelompok Orang Berpuasa dan Meningkatkan Kualitasnya, Simak Penjelasan H Mukti Ali Harahap

Bukanlah puasa itu sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan yang tidak berguna dan perbuatan yang jelek

Penulis: Indra Gunawan | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/HO
H. Mukti Ali Harahap, S.Ag, M.Si. 

TRIBUN-MEDAN. com, DELISERDANG - Menurut para ulama, orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan dapat dikategorikan kepada tiga kelompok besar. Yakni puasa awam, puasa khusus dan puasa istimewa. Puasa awam diartikan sebagai puasanya kebanyakan manusia yang hanya menahan lapar, haus dan segala yang membatalkannya namun tidak menjaga anggota tubuhnya.

Puasa seperti ini dalam persfektif fiqh ramadhan telah termasuk melaksanakan perintah Allah (sah), namun seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW mereka ini hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja dan Allah tidak menilainya sama sekali.

“Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka tidak ada bagi Allah hajat dalam ia meninggalkan makan dan minum”. HR. Bukhari

Kendatipun ia puasa ditambah dengan beribadah pada siang maupun malam hari tetapi kalau saja anggota tubuhnya tidak dapat dijaga (shaum) maka yang seperti ini juga masih nihil nilainya di sisi Allah SWT.

Rasulullah pernah bersabda “Betapa banyak orang yang puasa, tetapi tidak mendapatkan pahala puasanya selain lapar. Dan betapa banyak orang yang beribadah di malam hari, tetapi tidak memperoleh pahala dari ibadahnya selain begadang malam.” (HR. Ibnu Nasa’i, Ibn Majah dan Al-Hakim)

Puasa khusus adalah puasa yang berada setingkat lebih tinggi diatas puasa awam, yaitu di samping seseorang menahan lapar dan haus serta hubungan suami istri (seks) pada siang hari, juga seluruh anggota tubuhnya ikut melaksanakan puasa. Matanya puasa dari melihat hal-hal yang tidak baik. Mulutnya puasa dari membicarakan aib orang lain dan dari hal yang tidak bermanfaat, kakinya puasa untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat, hatinya puasa untuk benci, iri terhadap orang lain, dan seterusnya. Hal ini sesuai dengan yang diinginkan Rasulullah SAW “ Bukanlah puasa itu sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan yang tidak berguna dan perbuatan yang jelek. Jika kamu dicaci maki atau dinakali seseorang, maka katakanlah bahwa saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa.” (HR. Ibnu Huzaimiyah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim). Tentunya untuk kategori ini hanya mampu dilaksanakan orang-orang yang saleh.

Puasa istimewa adalah puasa khusus di atas khusus, yaitu seseorang yang seluruh anggota tubuhnya berpuasa ditambah dengan selalu beribadah kepada Allah siang dan malam hari, baik ibadah vertikal yang langsung kepada Allah maupun ibadah bersifat horizontal sesama manusia dan terhadap alam. Penggolongan di atas pada hakekatnya tidak ditujukan kepada pribadi-pribadi mukmin yang sedang berpuasa, melainkan sebuah kriteria yang dapat diraih bagi siapa saja yang berpuasa pada bulan mulia ini. Oleh karenanya sangat terbuka peluang bagi setiap insan untuk meningkatkan kualitas ibadahya terutama yang berkaitan dengan puasa Ramadhan dengan sebuah komitmen dalam dirinya untuk bersungguh-sungguh dan istiqomah mencontoh perilaku Nabi saat menikmati Ramadhan.

Ibadah Nabi Muhammad SAW disaat bulan penuh berkah dan rahmat ini sangat banyak untuk kita teladani. Amalan tersebut dapat dirujuk kepada sejarah atau yang lebih original lagi pada hadits-hadits beliau. Kegiatan utama yang beliau anjurkan kepada umatnya antara lain: Pertama, sedekah. Bersedekah termasuk ritual utama yang senantiasa dikerjakan oleh Rasulullah dihari-hari Ramadhan. Menurut beliau, bersedekah dibulan ini ganjarannya berlipat ganda dan mampu menghapus dosa-dosa yang mengantarkan seorang muslim masuk sorga. “Barang siapa yang memberi buka orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad dan Tarmidzi)

Kedua, Qiyamul Lail, Sholat Tarawih adalah sholat malam yang dikerjakan di bulan Ramadhan disamping sholat Tahajjud maupun witr. Tarawih termasuk amalan yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan sekalipun bukan wajib sebagaimana Sabda Nabi SAW “Barang siapa yang melakukan ibadah di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lewat.” Rasulullah biasa menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan melaksanakan ibadah, apalagi ketika telah masuk sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Beliau giat membangunkan keluarga dan setiap anak maupun orang dewasa untuk melaksanakan shalat malam. Tentang bilangan rakaatnya, ada beberapa hadits yang menyebutkan delapan rakaat dan ada pula yang menyebutkan lebih dari delapan rakaat. Kemudian ditambah tiga rakaat sebagai witr.

Ketiga, Tadarus Al-Quran, memperbanyak membaca Al-Quran dengan tartil dan tadabbur, tidak sekedar membaca apalagi hanya untuk mengejar khatam pada malam terakhir Ramdahan, melainkan disertai dengan kajian, renungan dan memperhatikan makna serta memahami kandungannya. Dianjurkan membacanya dalam keadaan suci, di tempat yang bersih serta berpakaian rapi. Sabda Nabi “Puasa dan membaca Al-Quran kelak akan memberi pembelaan kepada seseorang pada hari kiamat. Puasa berkata ‘wahai Tuhanku, aku menahan dia makan dan minum disiang hari’ dan Al-Quran berkata ‘Wahai Tuhanku, aku menahan dia tidur dimalam hari, maka kami beri pembelaan kepadanya”. (HR. Ahmad dan Nasa’i)

Keempat, I’tiqaf, yaitu berdiam diri di masjid untuk beribadah karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT khususnya pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Kegiatan i’tiqaf ini selalu dikerjakan oleh Rasulullah SAW sampai beliau wafat. Ibnu Umar berkata “Biasa Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan”.I’tiqaf yang dimaksudkan adalah introfeksi diri, memperbanyak zikir, bukan untuk mencari tempat yang dingin apalagi untuk tidur-tiduan.

Kelima, memperbanyak doa, berdoa disaat orang mengerjakan puasa itu sangat besar kemungkinannya dikabulkan Allah. Kesempatan bagus ini hendaknya tidak disia-siakan kaum muslimin untuk memohon doa kepada Allah guna kebaikan di dunia maupun akhirat dan demi kejayaan Islam. Sabda Rasulullah “Ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak; orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan orang yang teraniaya”.

Keenam, Melaksanakan Umrah, yaitu berkujung ke Baitullah untuk melaksanakan Thawaf dan Sa’i pada bulan Ramadhan, umrah memiliki nilai yang sangat mulia dan berbeda nilainya ketika melaksanakan umrah selain bulan suci tersebut. sebagaimana sabda Nabi SAW “Melaksanakan ibadah umrah pada bulan Ramadhan sama dengan melaksanakan ibadah haji bersamaku”. (HR. Tirmidzi)

Dengan berbagai keutamaan dan hikmah yang ada di dalamnya, maka bulan Ramadhan adalah ibarat tamu agung yang berkunjung ke suatu tempat, tidak akan datang menemui setiap orang di lokasi itu, meskipun setiap orang pada hakekatnya sangat mendambakannya. Demikian halnya dengan ibadah puasa, terbuka berkah, rahmat dan peluang yang sebesar-besarnya bagi setiap orang yang beriman dan berpuasa untuk mencapai predikat taqwa sebagai tujuan puasa (la’allakum tattaqun).

Maka puasa yang kita laksanakan tahun 1444 H ini hendaknya tidak lagi berada pada kualitas awam tetapi ada progress berkelanjutan hingga berakhirnya bulan suci ini. Diperlukan tekad kuat dan keyakinan untuk sampai kepada hal tersebut yakni meniatkan bahwa puasa tahun ini merupakan puasa terakhir yang akan dilalui, sehingga akan berupaya semaksimal mungkin untuk menggapai predikat puasa istimewa dan status orang yang bertqwa.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved