Viral Medsos

Kasus Kelaparan di Papua Berulang, 6 Orang Meninggal, 10.000 Jiwa Terdampak, Kesulitan Kirim Bantuan

Kasus Kelaparan di Papua kembali terjadi. Pemicu kasus kelaparan di Papua tak semata karena cuaca ekstrem.

|
Editor: AbdiTumanggor
HUMAS PEMDA PUNCAK
KASUS KELAPARAN DI PAPUA TENGAH: Bupati Puncak Willem Wandik saat membawa bantuan makanan bagi masyarakat yang mengalami kelaparan di Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Sabtu (29/7/2023). Total sebanyak 7.500 warga yang mengalami kelaparan karena terdampak bencana kekeringan di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi sejak awal Juli 2023. (HUMAS PEMDA PUNCAK) 

"Sebenarnya semua logistik sudah tersedia tapi ada masalah cuaca," ujar mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini.

Oleh karena itu, Ma'ruf meminta agar ada antisipasi untuk mendistribusikan bantuan meski kondisi cuaca tidak baik.

Pemerintah juga akan mencari solusi atas terbatasnya akses menuju daerah-daerah.

"Sedang dicari solusinya, selain dipanggul ini apa (solusinya)," kata Ma'ruf.

Di samping itu, Panglima TNI Yudo Margono mengeklaim bahwa terhambatnya distribusi bantuan tidak disebabkan oleh aksi kelompok kriminal bersenjata (KKB).

"Saya pastikan untuk kendala dari KST (kelompok sipil teroris) atau KKB enggak ada. Jadi memang saat ini kendalanya hanya cuaca saja untuk menuju ke sana," kata Yudo.

Di tengah kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, enam orang warga meninggal dunia.

Dari enam orang tersebut, satu orang di antaranya adalah anak-anak.

Mereka meninggal setelah mengalani lemas, diare, panas dalam, dan sakit kepala.

Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Sosial, ada sekitar 10.000 jiwa yang terdampak kekeringan.

Imbasnya mereka mengalami kelaparan lantaran gagal panen.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perlindungan Korban Bencana Alam Kementerian Sosial (Kemensos) Adrianus Alla mengatakan, kekeringan ini merupakan dampak El Nino sejak awal Juni 2023.

"Fenomena hujan es yang terjadi pada awal Juni menyebabkan tanaman warga, yaitu umbi yang merupakan makanan pokok menjadi layu dan busuk. Setelah itu, tidak turun hujan sehingga tanaman warga mengalami kekeringan," kata Adrianus, dilansir dari Antara.

(*/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved