Breaking News

Kenaikan Harga Beras Sumbang Inflasi di Siantar, Sebesar 0,16 Persen

Kota Padang Sidempuan tercatat memiliki realisasi inflasi bulanan tertinggi di Sumatera Utara dengan realisasi inflasi sebesar 0,49 persen (mtm).

Penulis: Alija Magribi | Editor: Eti Wahyuni
Tribun Medan/Abdan Syakuro
Sejumlah stok beras di Gudang beras Bulog Sumut. Perum Bulog Kanwil Sumatera Utara (Sumut) memastikan, stok beras di gudang Bulog cukup dan aman memenuhi kebutuhan hingga akhir 2023 mendatang. 

TRIBUN-MEDAN.com, SIANTAR - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Kota Pematang Siantar mengumumkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) umum Kota Pematang Siantar pada periode September 2023 mengalami inflasi sebesar 0,16 persen (mtm).

Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi Provinsi Sumut dan Nasional yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,37 persen (mtm) dan 0,19 persen (mtm).

Berdasarakan laporan Humas KPw BI Pematang Siantar, Shanty Hutajulu bahwa Kota Pematang Siantar mengalami inflasi sebesar 2,50 persen (yoy), sementara secara tahun kalender (ytd) Pematang Siantar mengalami inflasi sebesar 1,50 persen (ytd).

Realisasi tersebut membuat Kota Pematang Siantar menjadi Kota IHK dengan realisasi inflasi bulanan terendah dibanding kotamadya lainnya di Provinsi Sumatra Utara seperti Kota Medan, Kota Gunung Sitoli, dan Kota Sibolga yang secara berturut-turut masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,38 persen (mtm), 0,38 persen (mtm), dan 0,44 persen (mtm).

Sementara itu, Kota Padang Sidempuan tercatat memiliki realisasi inflasi bulanan tertinggi di Sumatera Utara dengan realisasi inflasi sebesar 0,49 persen (mtm).

Baca juga: Beras Menjadi Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar di Sumut

Dengan perkembangan tersebut, secara gabungan Provinsi Sumatra Utara tercatat mengalami inflasi sebesar 0,37 persen (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,15 persen (yoy).

"Inflasi pada periode ini utamanya didorong oleh kenaikan harga komoditas pangan diantaranya beras, ikan asin teri, dan ikan tongkol," kata Shanty.

Komoditas Beras mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,02 persen (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,10 persen. Diikuti oleh ikan asin teri dan ikan tongkol yang masing masing mengalami inflasi sebesar 7,87 persen (mtm) dan 16,38 persen (mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,07 persen dan 0,06 persen.

Komoditas beras mulai mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan sejak minggu ke-2 September 2023. Berdasarkan pantauan PIHPS, rata-rata harga beras mengalami kenaikan dari Rp 12.850 di Agustus 2023 menjadi Rp 13.100 di Bulan September 2023.

Kenaikan harga beras diperkirakan terjadi akibat adanya sentimen kenaikan harga oleh pedagang di tengah isu penurunan produktivitas beras akibat El Nino, serta peningkatan harga gabah seiring dengan meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan BBM dan kelangkaan pupuk bersubsidi.

Sementara itu, berdasarkan informasi responden SPH (Survei Pemantauan Harga), kenaikan harga ikan tongkol dan ikan asin teri disebabkan oleh kenaikan harga dari distributor seiring hasil tangkapan nelayan yang berkurang.
Tekanan inflasi lebih lanjut, tertahan oleh deflasi pada beberapa komoditas diantaranya bawang merah, telur ayam ras, dan pir.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi pada periode ini didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dan Kelompok Transportasi yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,27 persen (mtm) dan 0,40 persen (mtm) dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,10 persen dan 0,05 persen.

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved