Berita Internasional

Dijanjikan Kehidupan Sejahtera dengan Ikuti Tradisi Tak Biasa di Hari Pernikahan, Pria Ini Menyesal

Wanita itu mengira semuanya sudah berakhir, namun menurut adat di kampung halaman suaminya, mempelai pria dipukuli

TRIBUN MEDAN/HO
Pengantin pria dipukuli pengiringnya hingga sekarat. 

TRIBUN-MEDAN.COM – Tak disangka hari pernikahan yang harusnya menjadi hari bahagia setiap pasangan malah berujung tragedi bagi pengantin pria dipukuli pengiringnya hingga sekarat.

Kejadian pengantin pria dipukuli pengiringnya hingga sekarat itu sontak membuat warganet heran karena begitu tak biasa

Dikutip tribun-medan.com dari eva.vn, pengantin pria dipukuli pengiringnya hingga sekarat itu adalah Ly Thuy Giai yang berasal keluarga miskin di Son Tay, Tiongkok.

Setelah menyelesaikan studinya dan bekerja keras, Ly Thuy Giai memutuskan untuk menikah dengan sang pujaan hati, Vuong Giai Tue.

Perbedaan kasta antara mereka membuat keduanya harus lebih ekstra untuk mempertahankan hubungannya, oleh karena itu ketika sudah mendapat restu dari orang tua Vuong Giai Tue, mereka ingin menyelenggarakan pernikahan yang bermakna.

Ly Thuy Giai mengundang kemudian 4 pengiring pria, kakak beradik yang telah bermain dengannya sejak kecil, yaitu Ly Gia Bang, Ha Tieu Long, Ha Phuc Binh dan Yen Quoc Ban.

Ia sangat berhati-hati dalam memilih pengiring pengantin pria karena ia percaya bahwa pernikahan adalah peristiwa penting dalam kehidupan setiap orang.

Tak hanya itu, kampung halamannya juga memiliki kebiasaan yang agak aneh bernama "ciuman berisik".

Di mana, pada hari pernikahan, mempelai pria harus dipukul dan semakin kuat pukulannya, maka kehidupan pernikahannya akan semakin bahagia.

Ly Thuy Giai pernah melihat seorang pengantin pria dipukuli hingga hidungnya memar dan wajahnya bengkak.

Mengetahui bahwa penduduk desa sangat menghargai adat ini, ia memilih 4 bersaudara yang tumbuh bersamanya, namun di luar dugaan itu menjadi keputusan yang paling ia sesali dalam hidupnya.

Pada tanggal 6 Februari 2013, saat Ly Thuy Giai tiba di lokasi pesta pernikahannya.

Sebelumnya ia sudah memberitahu sang istri soal tradisi yang akan ia lakukan dan memintanya agar tidak perlu khawatir.

Menurut adat desa, calon pengantin harus turun dari mobil yang jaraknya lebih dari seratus meter dari rumah dan berjalan kaki.

Ketika mempelai pria membuka pintu mobil, sebelum sempat menurunkan mempelai wanita, ia dikerumuni banyak kerabat dan teman serta menerima serangkaian pukulan dan tamparan keras.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved