Perang Hamas vs Israel

KETAKUTAN Warga Lebanon Jika Terjadi Perang dengan Israel: Kami tak Mampu untuk Bertahan Hidup

Kekhawatiran akan perang dengan Israel meningkat di antara masyarakat Lebanon setelah perang Hamas-Israel pecah sejak Sabtu (7/10/2023).

Editor: AbdiTumanggor
Facebook Peter Pele Ranggila
Potret Personel TNI tergabung dalam United Nations di Lebanon 

TRIBUN-MEDAN.COM - Peran Hizbullah terhadap Hamas Palestina hingga mengundang kekhawatiran warga Lebanon.

Hizbullah, yang didirikan oleh Garda Revolusi Iran pada 1982, memiliki hubungan dekat dengan kelompok militan Hamas yang memerangi Israel. Kelompok tersebut juga telah menyuarakan dukungannya terhadap Palestina, dengan mengatakan “senjata dan roketnya” ada di tangan mereka.

Hizbullah mengklaim telah menembaki lokasi yang disengketakan di sepanjang perbatasan dan dua pos militer lainnya di Israel pada Senin (9/10/2023). Namun, faksi Syiah yang bersenjata lengkap sejauh ini belum melancarkan serangan besar-besaran terhadap Israel.

Kekhawatiran akan perang dengan Israel meningkat di antara masyarakat Lebanon setelah perang Hamas-Israel pecah sejak Sabtu (7/10/2023).

Di Lebanon, masyarakat bagaimanapun sudah tidak asing lagi dengan konflik. "Jika harus ada perang, maka akan ada perang. Tahukah Anda berapa banyak perang yang telah kami lalui sejak saya masih hidup? Kami sudah terbiasa dengan itu," kata Ahmed Ali (55) kepada Al Jazeera di sebuah pusat transportasi di ibu kota Lebanon, Beirut.

Tank Merkava Israel merapat ke perbatasan Lebanon.
Tank Merkava Israel merapat ke perbatasan Lebanon. (flickr)

Hanya dalam masa hidupnya, Lebanon telah mengalami perang saudara yang menghancurkan, konflik dengan Israel, pertempuran internal antara faksi-faksi bersenjata, dan limpahan dari perang di negara tetangganya, Suriah.

Namun, sejak kelompok Palestina Hamas melancarkan operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada akhir pekan lalu, penduduk di Lebanon telah melihat dengan waswas. Negara kecil di Levant yang berpenduduk hanya 6 juta jiwa ini berada di ambang konflik menyusul meningkatnya kekerasan lintas batas dengan Israel.

"Sebagian besar tetangga dari kerabat saya telah meninggalkan rumah mereka (karena berhati-hati)," kata Zein Abdeen (21) kepada Al Jazeera.

"Mereka yang memiliki anak kecil segera pergi, tetapi para pemuda yang tinggal sendirian tetap tinggal. Mereka tidak takut," tambahnya.

"Saya takut akan kemungkinan bahwa kita akan berperang. Di masa lalu, ada banyak orang yang membantu Lebanon. Tapi sekarang, siapa yang akan membantu kami?" tanya Abu George.

Namun, tidak semua orang di Lebanon memiliki ketakutan yang sama terhadap apa yang akan terjadi jika perang pecah.

Rasa frustrasi terhadap situasi ekonomi Lebanon membuat beberapa orang Lebanon berpikir bahwa keadaan tidak bisa menjadi lebih buruk lagi.

Pada 2021, Bank Dunia mengklasifikasikan ledakan ekonomi Lebanon sebagai salah satu krisis terburuk sejak abad ke-19.

Pada bulan Juni tahun lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa "kepentingan pribadi" berada di balik kelas politik Lebanon yang menolak reformasi ekonomi yang krusial.

Sejak tahun 2019, mata uang Lebanon telah kehilangan sekitar 98 persen nilainya sementara produk domestik bruto (PDB) telah menyusut sebesar 40 persen.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved