Bully di SMAN 1 Stabat

Pelaku Bullying Siswi SMAN 1 Stabat Tak Dikeluarkan, Keluarga Korban: Puas Tidak Puas Lah

Sebagai gantinya, orang tua pelaku memberikan bantuan psikologi kepada korban untuk mengembalikan semangat dan mentalnya yang jatuh usai dibully.

|

TRIBUN-MEDAN.com, LANGKAT - Keluarga dan orangtua siswi sekaligus korban bullying yang terjadi di SMAN 1 Stabat berharap para pelaku diberikan hukuman yang tegas. 

Salah satunya meminta para pelaku untuk dikeluarkan dari sekolah. Namun hal itu pun pupus, keluarga kini hanya pasrah menerima kenyataan tersebut. 

Baca juga: VIRAL Video Siswi SMAN 1 Stabat Dibully, Terduga Pelaku Anak Polisi dan Keponakan Anggota DPRD

Sebagai gantinya, orang tua pelaku memberikan bantuan psikologi kepada korban untuk mengembalikan semangat dan mentalnya yang jatuh usai dibully habis-habisan hingga terjadi dugaan pelecehan seksual dengan memegang area sensitif pada dadanya. 

"Dibilang puas tak puas lah, ya bagaimana lagi. Kita dengan adanya pertemuan ini, proses lah sampai waktu minimal dua minggu menerima psikologi yang datang ke rumah," kata pria berinisial H yang mewakili keluarga korban di sekolah, Senin (16/10/2023). 

Pihak SMAN 1 Stabat menggelar pertemuan antara orang tua korban dan pelaku pascaviral aksi bullying atau perundungan yang dialami seorang siswi SMA N 1 Stabat berinisial A, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Senin (16/10/2023). 
 
Pihak SMAN 1 Stabat menggelar pertemuan antara orang tua korban dan pelaku pascaviral aksi bullying atau perundungan yang dialami seorang siswi SMA N 1 Stabat berinisial A, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Senin (16/10/2023).    (Tribun Medan/Muhammad Anil Rasyid)

Keluarga korban hanya pasrah menerima hasil pertemuan tersebut. Harapannya, waktu maksimal hingga empat minggu atau satu bulan untuk mengembalikan dan pengembangan mental anak dari psikolog membuahkan hasil. 

Jika tidak, keluarga korban perundungan akan kembali datang ke sekolah menyoal hal tersebut.

Dia menambahkan, psikolog yang mengobati rasa trauma korban datang ke rumah dan didampingi keluarga. 

"Dibilang ngambang gak, karena di sekolah, tidak di luar sekolah, harus dihargai," serunya. 

Dia mengakui, keluarga korban bullying atau perundungan meminta agar para pelaku dapat dikeluarkan dari sekolah negeri ternama di Kabupaten Langkat tersebut. 

"Tapi gak dikabulkan, makanya nanti perkembangan (psikolog) akan dilihat," bebernya. 

Sedangkan itu, pihak sekolah menggelar pertemuan antara orangtua korban dan pelaku pascaviral aksi bullying atau perundungan yang dialami seorang siswi SMA N 1 Stabat berinisial A, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. 

Pertemuan ini berlangsung diruangan perpustakaan SMA N 1 Stabat, Senin (16/10/2023). 

Amatan wartawan dalam pertemuan itu, selain orangtua korban dan pelaku, tampak hadir Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Binjai-Langkat, Syaiful Bahri.

Pertemuan itu pun berjalan dengan alot. Bahkan orangtua salah satu pelaku berinisial FDM yang disebut seorang anggota Polri yang bertugas di Polres Langkat, juga hadir di dalam pertemuan tersebut. 

Bahkan, ketiga pelaku yang melakukan aksi bullying terhadap korban, juga dihadirkan di dalam pertemuan dan meminta maaf kepada keluarga korban. 

"Korban dan pelaku duduk di kelas XII IPS 1," ujar Kepala SMAN 1 Stabat, Nano Prihatin.

Lanjut Nano, dalam hal ini sekolah terus memantau keadaan korban dan terus memberikan sosialisasi kepada siswa-siswi yang lainnya, bagaimana bahayanya bullying atau perundungan

"Karena itu menyangkut harkat martabat teman-temannya siswa. Kita terus melakukan sosialisasi baik itu kepada guru-guru pada saat masuk ke sekolah, dan kita ada tim anti bullying yang sekarang sedang berlangsung di ruangan kelas, untuk mengantisipasi bullying agar tidak terjadi lagi di sekolah kita," ujar Nano. 

"Kita tadi sudah sepakat mengambil keputusan, kita adakan dulu kekuatan metal ke korban, kita panggil psikolog untuk pendampingan korban," sambungnya. 

Namun Nano tak bisa memastikan kapan korban mendapatkan pendampingan psikolog. 

Baca juga: Aksi Bully Dua Siswi Diduga Anak Keluarga Pejabat, Kepala SMAN 1 Stabat akan Panggil Semua Orang Tua

"Paling tidak dalam waktu dekat sudah datang psikolognya, kita antar ke rumah korban," ujar Nano. 

Sementara itu, ketiga pelaku akan tetap bersekolah di SMAN 1 Stabat. Meski keluarga dan orang tua korban meminta ketiganya dikeluarkan dari sekolah.

"Kita sudah mengambil keputusan, pelaku tetap disekolah, toh dia punya cita-cita. Jadi orangtua sepakat, pelaku tetap sekolah di sini, yang penting korban diberikan pendampingan psikolog untuk memperbaiki mental," ujar Nano.

(cr23/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter

 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved