Pilpres 2024

Hasil Survei LSI: Putusan MK Buat Gibran Bisa Jadi Cawapres Ciptakan Sentimen Buruk Bagi Pemerintah

Menurut Elfenda, sentimen negatif terhadap Gibran patut menjadi bahan pertimbangan oleh partai koalisi pendukung Prabowo. 

|
Penulis: Anugrah Nasution |
HO
Mahkamah Konstitusi (MK) saat memutuskan masa usai calon presiden beberapa waktu lalu.   

TRIBUN-MEDAN. com, MEDAN - Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia calon presiden dan wakil presiden yang menjadi karpet merah bagi putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka untuk dapat menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto, menciptakan sentimen negatif bagi pemerintah. 

Hal itu sesuai dengan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Oktober kemarin. Pada survei itu, 42,7 persen responden memberikan sentimen negatif pada putusan MK. 

Baca juga: Hasil Survei LSI Sebut Publik Lebih Percaya Jokowi Dukung Prabowo Ketimbang Ganjar Pranowo

"Banyak sentimen negative yang juga bisa berimbas dari keputusan MK. Dari hasil survey LSI disebutkan bahwa ada 42,7 persen  yang mengetahui keputusan MK tidak setuju terhadap keputusan tersebut. Sedangkan yang setuju terhadap keputusan tersebut hanya sebesar 48,3 persen. Tentunya ini patut diwaspadai mengingat sentiment negatif tersebut bisa menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan pemilih," kata peneliti LSI Sumut Elfenda Ananda kepada Tribun Medan, Selasa (24/10/2023). 

Menurut Elfenda, sentimen negatif terhadap Gibran patut menjadi bahan pertimbangan oleh partai koalisi pendukung Prabowo. 

Dengan efek negatif tersebut, niat Prabowo untuk menggaet suara pemilih Jokowi bisa saja pupus dan justru berpaling mendukung calon presiden lainnya. 

"Faktor sentimen negatif terhadap Gibran yang terlihat di hasil survey LSI tersebut patut menjadi perhitungan bagi koalisi. Namun, bisa saja tidak semua harapan itu dapat terwujud seperti yang diharapkan, oleh koalisi pendukung Prabowo," lanjutnya. 

Selain itu, penunjukan Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo, sejauh ini juga tak mempengaruhi suara PDIP yang masih mendapatkan dukungan 23 persen. 

Meski pemilih presiden dengan partai politik memang tidak selalu linier namun setimen negatif publik bisa saja mengurangi suara bagi Prabowo. 

"Biasanya untuk pemilihan partai politik tidak selalu linier dengan pilihan presiden walaupun efek ekor jas bagi partai politik pasti ada. Namun, untuk partai pengusung presiden terutama Golkar yang mengusung calon dari partai PDIP yakni Gibran tentunya menjadi kekhususan tersendiri mengingat Gibran adalah putra dari Presiden Jokowi," ujarnya. 

Melihat dari kondisi yang ada saat ini, Elfenda pun menyakini elektabilitas pasangan calon masih akan mengalami perubahan. 

Baca juga: Gibran Rakabuming Respons Ucapan Ganjar Pranowo, Berharap Berkompetisi dengan Fair

Jika melihat peta politik saat ini, Elfenda menduga pilpres tahun depan akan bergulir dalam dua putaran. Sebab hingga kini belum ada calon presiden yang unggul melebihi 50 persen suara. 

"Dari berbagai survey ketiga pasangan ini masih mempunyai peluang untuk meningkatkan elektabilitasnya agar meningkat. Kemungkinan pemilu menjadi dua putaran sangat mungkin karena hingga saat ini tidak ada pasangan yang unggul melebihi 50 persen," tutupnya. 

(cr17/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved