SEDERET Alasan Maruarar Sirait Dukung Prabowo-Gibran Usai Hengkang dari PDIP: Membela yang Benar

Hal itulah yang diajarkan oleh pendiri PDIP, Sabam Sirait, yang juga ayah kandung Maruarar.

"Saya diajari Pak Sabam pendiri PDI untuk berpolitik itu suci membela yang benar dan membantu yang lemah. Pak Jokowi tidak pernah mengatakan apa-apa, tidak pernah menginstruksikan apa-apa tapi saya yakin hati dan pikiran Pak Jokowi sama," imbuhnya.

Disinggung soal rencananya ke depan, Maruarar enggan menjelaskan secara rinci.

Ia hanya menyebut akan ikut berjuang di barisan Prabowo-Gibran.

Selain itu, Maruarar juga belum memiliki rencana untuk bergabung ke partai lain setelah hengkang dari PDIP.

"Hari ini dengan rendah hati, saya sudah berdoa, bicara dengan keluarga terdekat termasuk ibu, istri, dan anak saya. Saya terbuka menyampaikan kepada publik, saya bersama Prabowo-Gibran," tandasnya.

Baca juga: SADISNYA Pembunuhan dan Mutilasi Bocah 8 Tahun di Boltim, Tenaga Medis Nangis: Baru Kali Ini!

Baca juga: NIAT Romantis Kasih Kado Istri Berdasarkan Like, Suami Syok Ditagih Uang Rp48 Juta: Kekuatan Viral

Maruarar Sirait Ikuti Langkah Jokowi

Sebelumnya, Maruarar memutuskan keluar dari PDIP untuk mengikuti langkah politik Jokowi.

Maruarar keluar dari PDIP setelah 25 tahun menjadi kader partai berlambang kepala banteng itu.

"Saya memilih mengikuti langkah Pak Jokowi. Saya memilih bersama dengan Bapak Jokowi dalam pilihan politik saya berikutnya ke depan. Mohon doa restunya," ungkap Maruarar.

Ia pun mengungkit kinerja Jokowi sebagai presiden yang menuai banyak reaksi positif dari masyarakat Indonesia.

Sebanyak 75-80 persen publik, kata Maruarar, merasa puas dengan kinerja Jokowi.

Menurutnya, Jokowi sudah memperjuangkan banyak hal selama memimpin Indonesia, termasuk soal pemindahan ibu kota negara.

"Karena saya percaya Pak Jokowi adalah pemimpin yang sangat didukung oleh rakyat Indonesia, kepercayaan publiknya, approval rating-nya 75-80 persen," ujarnya.

"Beliau sudah memperjuangkan banyak hal. Bagaimana tegas menghadapi radikalisme, bagaimana membuat mayoritas saham Indonesia di Freeport, dan bagaimana juga membantu rakyat kecil dan juga memindahkan ibu kota adanya pemerataan," sambung dia.