Berita Viral

BRIN Bantah Pernyataan Pakar Erma Soal Rancaekek Dilanda Tornado, Dipastikan Angin Puting Beliung

BRIN bantah pernyataan pakar BRIN Erma Yulihastin yang menyebut Rancaekek dilanda tornado,

KOLASE/TRIBUN MEDAN
ALASAN Pakar BRIN Sebut Rancaekek Dihajat Badai Tornado Pertama di Indonesia, Ini Bukti Kuatnya 

TRIBUN-MEDAN.COM -  Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bantah pernyataan pakar BRIN Erma Yulihastin yang menyebut Rancaekek dilanda tornado.

BRIN memastikan angin kencang yang melanda Rancaekek, Sumedang bukanlah tornado.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Prof Eddy Hermawan mengungkapkan, penjelasan tersebut mengacu pada definisi tornado itu sendiri.

"Memang akan terkesan bahwa kok sama-sama BRIN tapi beda pandangan, ya monggo saja. Bagi saya sendiri, berpedoman kepada apa definisi tornado," tutur Eddy dilansir Tribun-medan.com dari Kompas.com, Jumat (23/2/2024).

Sebelumnya, peneliti BRIN Erma Yulihastin dalam cuitannya di X (Twitter), Kamis (22/2/2024) menyebutkan, angin kencang di sejumlah wilayah di Jawa Barat, Rabu sore, tergolong tornado.

“Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99 persen alias mirip bingits!,” tulisnya, Kamis.

"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2).

Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini," twitnya.

Adapun Prof Eddy menjelaskan, tornado dan puting beliung merupakan pusaran angin. Namun, keduanya memiliki kecepatan perputaran yang jauh berbeda.

Fenomena yang diklaim sebagai tornado haruslah memiliki indikasi kekuatan yang sangat dahsyat dengan kecepatan paling tidak sekitar 120 kilometer per jam (km/jam).

Bukan Puting Beliung, Pakar BRIN Yakini Jatinangor Dihajar Badai Tornado Pertama, Ini Detik-detiknya
Bukan Puting Beliung, Pakar BRIN Yakini Jatinangor Dihajar Badai Tornado Pertama, Ini Detik-detiknya (KOLASE/TRIBUN MEDAN)

"Apakah kemarin angin pusaran sudah termasuk kategori itu? Kalau masih jauh di bawah 100 km/jam masih belum tergolong tornado, indikasi pertama tidak terpenuhi, bukan tornado," jelasnya.

Indikasi kedua, menurut Eddy, sebuah tornado akan berputar dengan kekuatan penuh, baik berputar pada dirinya sendiri maupun bergerak ke kawasan lain yang memiliki tekanan udara rendah.

Dengan demikian, seharusnya ada banyak kawasan yang terkena dampak dari satu tornado, bukan hanya Rancaekek.

"Artinya belum masuk kategori tornado, menurut saya begitu," ungkap Eddy.

Indikasi ketiga, menurut Eddy, tornado biasanya dibangkitkan dari kumpulan awan-awan besar penghasil hujan, cumulonimbus (CB), yang disebut sebagai mesoscale convective system (MCS).

Pada kasus Rancaekek, dugaan Eddy, pusaran bersumber dari kumpulan awan besar dari arah lautan selatan dan barat Indonesia menuju kawasan Rancaekek yang punya pusat tekanan udara rendah.

Bahkan, beberapa hari sebelum kejadian, pada Selasa (20/2/2024) dan Senin (19/2/2024), Eddy melihat kumpulan uap air telah menuju kawasan Rancaekek.

"Lokasinya hampir di tengah-tengah Jawa Barat, jadi dia (Rancaekek) ke utara dan selatan itu hampir berimbang," ujarnya.

Disisi lain, Menurut penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, puting beliung secara visual merupakan fenomena angin kencang yang bentuknya berputar menyerupai belalai.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyebut, puting beliung terbentuk dari sistem Awan Cumulonimbus (CB) yang memiliki karakteristik menimbulkan terjadinya cuaca ekstrem. Namun, tidak semua awan CB menghasilkan fenomena puting beliung.

Hal ini, kata dia, tergantung kondisi labilitas atmosfer.

"Kejadian angin puting beliung dapat terjadi dalam periode waktu yang singkat dengan durasi kejadian umumnya kurang dari 10 menit.

Baca juga: VIRAL Nikahan Mewah di Sukabumi, Pengantin Wanita Terima Mahar 2 Mobil Mewah hingga Rumah Rp1,5 M

Baca juga: Beda Sikap Mahfud MD Tak Mau Ikutan Hak Angket yang Digaungkan Ganjar Pranowo

Kemungkinan terjadinya dapat diidentifikasi secara general, sebab puting beliung umumnya dapat lebih sering terjadi pada periode peralihan musim," kata Guswanto dalam siaran pers, Kamis (22/2/2024).

Guswanto mengatakan, secara esensial, fenomena puting beliung dan tornado memang memiliki beberapa kemiripan visual, yaitu pusaran angin yang kuat, berbahaya, dan berpotensi merusak.

Namun, istilah tornado biasa digunakan di Amerika Serikat (AS).

Istilah ini juga digunakan ketika intensitas meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan kilometer per jam.

Pun dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer yang dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa.

"Sementara itu, di Indonesia fenomena yang mirip diberikan istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika," bebernya.

Oleh karena itu, ia meminta pihak terkait menggunakan istilah puting beliung dalam fenomena angin kencang di Rancaekek. Selain perbedaan intensitas, BMKG tidak ingin penggunaan istilah lain justru membuat kehebohan di masyarakat.

Baca juga: VIRAL Puluhan Warga Dilarikan ke RSUD Rantauprapat, Diduga Keracunan Makanan Bingkisan Perwiritan

Baca juga: Vincent Rompies Akui tak Buka Medsos hingga Dikritik: Saya Hanya Ingin Masalah Ini Cepat Selesai

"Kami mengimbau siapa pun yang berkepentingan, untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat.

Cukuplah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah," imbaunya.

Adapun berdasarkan catatan BMKG, fenomena puting beliung terjadi beberapa kali di wilayah Bandung.

Pada 5 Juni 2023 misalnya, puting beliung terjadi di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, dan Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah, Bandung. Fenomena tersebut menimbulkan kerusakan pada bangunan rumah warga.

Sebanyak 110 rumah rusak di Bojongmalaka, 20 rumah rusak di Kelurahan Andir, dan 11 rumah rusak di Rancamayar. Kemudian, puting beliung juga terjadi di tahun 2023 di wilayah Bandung.

"Pada bulan Oktober di Banjaran, bulan Desember di Ciparay, serta menimbulkan beberapa kerusakan seperti bangunan rusak dan pohon tumbang.

Bahkan di tahun 2024 tepatnya tanggal 18 Februari 2024, puting beliung juga terjadi di Parongpong, Bandung Barat," pungkasnya.

Dampak puting beliung

Sebelumnya dilaporkan, lima kecamatan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, diterjang angin puting beliung, Rabu (21/4/2024).

Lima kecamatan yang terdampak, yaitu Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Cicalengka, dan Kecamatan Cileunyi di Kabupaten Bandung, serta Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan Cimanggung di Kabupaten Sumedang.

Kasi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Hadi Rahmat menjelaskan, berdasarkan data sementara, total ada 534 bangunan rusak akibat kejadian ini.

Di Kabupaten Sumedang, ada 13 pabrik dan 10 unit rumah rusak sedang.

Sementara di Kabupaten Bandung, ada 18 bangunan pabrik dan toko terdampak, 223 rumah rusak ringan, 119 rumah sedang, dan 151 rumah rusak berat.

Angin kencang ini juga menyebabkan 12 orang terluka di Kabupaten Sumedang dan 21 orang luka-luka di Kabupaten Bandung.

(*/tribun-medan.com)

 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved