Pilpres 2024

BIAYA Kampanye Ganjar-Mahfud Rp 506 Miliar, 10 Kali Lipat AMIN, Tapi Kenapa Suaranya Paling Rendah?

Capres/cawapres nomor urut 3 yang diusung PDIP dan PPP ini melaporkan dana kampanye sebesar Rp 506 miliar lebih. 

Penulis: Tommy Simatupang | Editor: Tommy Simatupang
HO
Ganjar Pranowo dilaporkan terkait dugaan terima suap dari bank di Jawa Tengah 

Menurut survei terbaru Indikator Politik Indonesia, mayoritas pemilih Jokowi-Ma’ruf kini memberikan dukungannya untuk pasangan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Sebanyak 41,6 persen pendukung Jokowi-Ma’ruf mengaku memilih Prabowo-Gibran. Angka ini naik sedikit dari survei Indikator periode awal Desember 2023.

Pendukung Ganjar Kurang Militan

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan penyebab anjloknya suara Ganjar-Mahfud karena narasi demokrasi antara elite partai dengan basis massa tidak "nyambung'.

"Paling tinggi Prabowo dan Ganjar (yang setuju dengan demokrasi saat ini baik). Jadi pemilih Prabowo dan Ganjar cenderung puas (terhadap demokrasi saat ini). Nah, lagi-lagi, ini menjelaskan paslon nomor 03 underperform," kata Burhanuddin, dalam jumpa pers, Rabu (21/2/2024).

"Kenapa, karena basis pendukungnya tidak nyambung dengan narasi PDIP dan Mas Ganjar yang terlalu memfokuskan demokrasi sebagai civil liberties (kebebasan sipil), kan kritiknya tajam ya," tambahnya.

Baca juga: BESOK, Berkas Perkara Panji Satria Pembunuh Echa Tampubolon di Kosan Akan Dilimpakan ke PN Medan

Baca juga: Residivis Kembali Berulah Miliki 17 Paket Sabu dan 1 Bungkus Ganja, Ditangkap Polres Pematangsiantar

Kritik tajam dari kubu Ganjar-Mahfud soal kebebasan demokrasi, pelanggaran konstitusi, etika demokrasi, ternyata tidak selaras dengan pendukungnya yang merasa puas dengan demokrasi era Presiden Jokowi mencapai 76,1 persen, sedangkan tidak setuju 22,9 persen.

Banyaknya pendukung Ganjar-Mahfud yang merasa puas dengan demokrasi era Jokowi karena melihat dari sisi kemudahan mencari nafkah dan mendapatkan pekerjaan yang baik.

"Tetapi, ditanya basis pendukungnya, mereka puas-puas aja. Jadi memang repot jadi Mas Ganjar ya di pemilu 2024, karena enggak nyambung aspirasi elit dengan massanya," kata Burhanuddin.

Sementara itu, untuk pendukung Prabowo-Gibran yang merasa puas dengan demokrasi era Jokowi mencapai 80,2 persen, berhasil membawa mereka mendulang suara mayoritas berdasarkan hasil quick count.

"Kalau Pak Prabowo nyambung nih. Jadi, kalau jualan keberlanjutan, jualan demokrasi, baik-baik saja. Ternyata berbeda ya. Menurut kita ada masalah pada periode kedua Presiden Jokowi, tetapi narasi baik-baik saja ternyata diterima sebagian besar pendukung Prabowo-Gibran," ujar Burhanuddin.

Di sisi lain, terkait militansi para pendukung paslon juga menampilkan pengaruh terhadap suara para paslon. Dimana kembali menunjukan penyebab rendahnya suara Ganjar-Mahfud yang ternyata pendukungnya tidak militan.

Hal itu tertangkap dari hasil survei pendukung Ganjar-Mahfud yang sekira 49,6 persen tidak mau menyampaikan pilihannya. Sedangkan untuk yang menyatakan secara terang mendukung Ganjar-Mahfud hanya 16,8 persen.

Pengaruh Bansos

Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyatakan bahwa para penerima Bansos memilih Prabowo-Gibran  dalam Pemilu 2024. Data tersebut diambil berdasar hasil survei terbaru yang dilakukan pasca Pemilu.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved