Berita Viral

SOSOK Habib Hasan Bin Jafar Assegaf, Dikenal Mulia dan Lembut, Meninggal di Hari Kedua Ramadan

Inilah sosok Habib Hasan Bin Jafar Assegaf, pendakwah yang dikenal lembut dan bersikap mulia. Ia meninggal di hari kedua ramadan usai menunaikan sala

Penulis: Liska Rahayu | Editor: Liska Rahayu
Ig@hassan_jafar_umar_assegaf
SOSOK Habib Hasan Bin Jafar Assegaf, Dikenal Mulia dan Lembut, Meninggal di Hari Kedua Ramadan 

TRIBUN-MEDAN.com - Inilah sosok Habib Hasan Bin Jafar Assegaf, pendakwah yang dikenal lembut dan bersikap mulia.

Ia meninggal di hari kedua ramadan usai menunaikan salat dhuha pada sekira pukul 09.00 WIB, Rabu (13/3/2024).

Ucapan duka cita pun disampaikan oleh sejumlah ormas Islam, di antaranya Rabithah Alawiyah.

Lewat status Twitternya @dpprabithah, DPP Ratbithah Alawiyah menyampaikan ucapan duka cita atas wafatnya Habib Hasan Bin Jafar Assegaf.

"Keluarga besar Rabithah Alawiyah Jakarta Barat mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya Alhabib Hasan Bin Ja'far Bin Umar Assegaf," tulis admin @dpprabithah pada Rabu (13/3/2024). 

Rencananya, jasad Habib Hasan akan disemayamkan di Masjid Nurul Mustofa Center, Cilodong, Depok, Jawa Barat.

Profil Habib Hasan Bin Jafar Assegaf

Mengutip dari situs Rabithah Alawiyah, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf merupakan pendiri dan pimpinan Majelis Taklim Nurul Musthofa, Jakarta Selatan. 

Namanya sudah tak asing lagi bagi umat Islam yang ada di Indonesia.

Habib Hasan bin Ja’far Assegaf biasa dipanggil dengan sebutan Habib Hasan merupakan anak sulung Habib Ja’far Assegaf.

Dia lahir di Kramat Empang, Bogor pada 26 Februari 1977.

Habib Hasan mempunyai empat saudara kandung, yakni Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, Habib Abdulloh bin Ja’far Assegaf, Habib Musthofa bin Ja’far Assegaf dan Habib Sami bin Ja’far Assegaf

Habib Hasan mulai berusaha bisa mengaji pada Syaikh Usman Baraja sewaktu kecil, dan mempelajari ilmu-ilmu Islam pada syaikh-syaikh yang lain.

 

 

 

Sehingga ia menguasai pengetahuan Islam dan dapat menjadi pemimpin majelis taklim Nurul Musthofa Jakarta selatan.

Habib Hasan memulai pendidikan resmi seperti biasa (SD, SMP, dan SMA) dan selanjutnya dilanjutkan di IAIN Sunan Ampel Malang.

Selepas menuntut pengetahuan yang ia cari dari kota Malang, kemudian Habib Hasan memutuskan berusaha bisa bersama alim ulama di Jakarta dengan para Kiyai-Kiyai dan para Habaib (para Habib).

Pada tahun 1997 untuk pertama kalinya Habib Hasan bin Ja’far Assegaf berdakwah, yang dimulai di daerah Sukabumi, Jawa Barat.

Di sana Habib Hasan berdakwah dengan izin Allah SWT mendapatkan jama’ah sebanyak lima ratus orang, lalu Habib Hasan pulang ke Bogor dikarenakan Umi dari Habib Hasan sakit.

Pada tahun 1998 beliau melakukan dakwah kembali, dilakukan di daerah yang sangat jauh yaitu di daerah TimorTimur (yang sekarang menjadi negara sendiri dan pisah dari wilayah Indonesia), tepatnya di daerah Palu. Habib Hasan berdakwah bersama AlHabib Abubakar bin Hasan Alatas.

Pada tahun 1999, dia pergi kembali ke Jakarta, dikarenakan mendapat kabar bahwa guru Habib Hasan Al-Habib Umar bin Hud Alatas telah meningal dunia.

Dari situlah Habib Hasan melihat Jakarta yang dipenuhi oleh para pemuda suka hura-hura dan senang melakukan maksiat kepada Allah SWT, tidak mengenal Allah SWT dan Nabi Muhamad SAW, serta pemuda yang sangat jauh dari ketakwaan sering berbuat maksiat jauh dari sunah-sunah Nabi Muhammad SAW.

Dikarenakan keadaan Jakarta yang bermacam-macam karakter dan berbagai fenomena maksiat, Habib Hasan tersentak untuk berdakwah kepada pemuda di Jakarta.

Karena belum ada celah dan tempat untuk berdakwah di Jakarta, akhirnya beliau kembali ke Bogor untuk membantu orang tua Habib Hasan untuk berdagang berjualan kain yang berkodi- kodi jumlahnya.

Biasanya Habib Hasan menjual kain sehari habis 18 kodi kain, bahkan Habib Hasan menjajahkan daganganya mulai dari kampung ke kampung, dari pesantren ke pesantren.

Di tahun yang sama, ada sekelompok pemuda yang datang untuk berziarah ke Habib Keramat Empang, Bogor.

Para peziarah berasal dari Jakarta Selatan, peziarah tersebut bernama Aray dan Zaenal Arifin.

Para anak muda tersebut menginginkan Habib Hasan untuk berdakwah di Jakarta, akan tetapi Allah SWT belum berkehendak karena Habib Hasan belum niat berdakwah ke Jakarta.

Akhirnya selang beberapa minggu Allah SWT memberikan petunjuk kepada Habib Hasan untuk berangkat ke Jakarta untuk berdakwah, adapun dakwah yang pertama kali Habib Hasan dimulai di wilayah Ciganjur, Jakarta Selatan tepatnya di jalan Jambu Dua Ciganjur di rumah Zaenal Arifin.

Mulailah Habib Hasan berdakwah dengan membuka ratib dan maulid Simthuddurrar secara kecil-kecilan, baru berapa hari di Jakarta untuk berdakwah Habib Hasan sudah mendapatkan ujian baik bersifat dzahir dan batin.

Pada tahun 2000 mulailah Habib Hasan untuk membuat pengajian ratib, yang diikuti oleh dua puluh orang jama’ah, semingu kemudian berkurang jama’ahnya menjadi lima belas orang saja yang mengikuti pengajian ini hari demi hari, minggu demi minggu, jama’ah bukan bertambah tetapi berkurang.

Dengan kondisi yang seperti ini, tidak mengurangi gairah untuk berdakwah di jalan Allah SWT karena Habib Hasan tidak memandang manusia, tetapi ini semua untuk Allah SWT.

Pada akhirnya, ujian Habib Hasan lewati para penduduk kembali lagi untuk mengikuti pengajian yang dipimpin langsung oleh Habib Hasan sendiri, sampai lima puluh jama’ah yang mengikuti pengajian ini.

Dari tahun ke tahun terus bertambah lagi menjadi seratus orang jama’ah.

Karena para jama’ah yang terus bertambah banyak, maka di saat itulah beliau berangkat ke Solo untuk menemui Habib Anis Al-Habsyi untuk minta ijazah maulid Simthuddurrar.

Diijinkanlah oleh Habib Anis Al-Habsyi untuk membawakan maulid Simthuddurrar, mulailah Habib Hasan membuka pengajian dengan mengunakan maulid Simthuddurrar, pada saat itu maulid diadakan di wilayah Ciganjur ataupun Kampung Kandang.

Habib Hasan menggagas untuk membuat maulid dengan mengunakan marawis atau ketimpring (rabana) dengan tujuan agar lebih meriah dan ramai.

Pada tahun 2001 jama’ah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf terus bertambah mulai dari seratus jama’ah lalu bertambah menjadi 150 orang, sampai akhirnya menjadi 500 jama’ah yang menghadiri pengajian ini.

Tahun yang sama Habib Hasan kedatangan para habib mulai dari Habib Anis AlHabsyi, yang memberikan ijazah maulid Simthuddurrar.

Saat itu pula pengajian ini diberi nama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa yang sebelumya bernama Al-Irfan.

Sosok yang Mulia dan Lembut

Calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan melayat ke rumah duka di Masjid Nurul Musthofa Center, Jalan Kampung Sawah, Cilodong, Kota Depok.

Ia mengenakan baju koko berwarna putih dan peci hitam.

"Masya Allah luar biasa. Beliau pribadi yang sangat mulia, yang halus, yang lembut, yang selalu menyapa semua," kata Anies kepada wartawan, Rabu.

Anies mengungkapkan, semasa hidup, almarhum selalu menunjukkan kepeduliannya terhadap anak-anak muda.

"Almarhum selalu memberikan rasa kasih pada anak-anak muda di Jakarta, mereka semua merasakan betul kehadiran almarhum, luar biasa," kata dia.

Anies juga menuturkan bagaimana Habib Hasan meninggal dalam kondisi yang baik.

"Seperti yang tadi saya bilang, beliau wafat dalam keadaan tenang dan habis mengkhatamkan Al-Quran, sedang dalam kondisi puasa, selesai shalat dhuha," jelas Anies.

Bagi Anies, sosok yang mampu dan dapat berdakwah kepada anak-anak muda hanyalah Habib Hasan bin Ja'far Assegaf.

"Kalau yang menjangkau mereka (anak muda) adalah orang-orang yang sudah berumur tua, itu banyak dikerjakan. Tapi yang bisa dakwah ke anak-anak muda, ya beliau. Jadi semoga apa yang beliau kerjakan, bisa diteruskan," lanjut Anies.

(*/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved