Berita Viral

Mbah Benu Minta Maaf Soal Ucapannya Telepon Allah Menentukan Idul Fitri: Kontak Batin dengan Allah

Menurut KH Raden Ibnu Hajar Pranolo, sebenarnya yang disampaikannya itu adalah sebuah istilah, bukan dalam arti sebenarnya bahwa dia menelepon Allah.

Instagram
Mbah Benu Minta Maaf Soal Ucapannya Telepon Allah Menentukan Idul Fitri: Kontak Batin dengan Allah 

TRIBUN-MEDAN.com - Mbah Benu minta maaf soal ucapannya telepon Allah menentukan Idul Fitri.

Ia mengatakan hal itu hanyalah istilah kontak batin dengan Allah.

Terkait ucapan soal menelepon Allah, Pimpinan Jemaah Aolia Gunungkidul, KH Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu kini memohon maaf.

SOSOK Mbah Benu Ngaku Telpon Tuhan Untuk Lebaran Lebih Cepat, Pimpinan Jemaah Masjid Aolia (Kompas.com/Markus Yuwono)
SOSOK Mbah Benu Ngaku Telpon Tuhan Untuk Lebaran Lebih Cepat, Pimpinan Jemaah Masjid Aolia (Kompas.com/Markus Yuwono) ((Kompas.com/Markus Yuwono))

Sebelumnya Mbah Benu sempat mengucapkan kata-kata 'menelepon Allah' dalam menentukan tanggal 1 Syawal 1445 Hijriah dalam video yang viral.

Pada Jumat (5/4/2024) kemarin, ratusan warga yang tergabung dalam jemaah Masjid Aolia di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta sudah melaksanakan Salat Idulfitri

Jemaah Aolia ini diketahui menunaikan ibadah puasa lima hari lebih cepat dibandingkan hari penetapan dari pemerintah.

Jemaah Aolia memulai puasa pada 7 Maret 2024.

Sehingga 1 Syawal 1445 H bagi jemaah Aolia jatuh pada Jumat (5/4/2024) kemarin.

Dari video yang beredar terlihat KH Raden Ibnu Hajar Pranolo bersama sejumlah jemaahnya.

Baca juga: 2300 Pemudik Gratis Dilepas Pemko Medan, Kadishub: Terbanyak Pemudik asal Madina dan Sibuhuan

Saat itu Mbah Benu menyampaikan pernyataannya terkait bagaimana cara menentukan jatuhnya 1 Syawal 1445 Hijriah.

Berikut bunyi pernyataan yang disampaikan KH Raden Ibnu Hajar Pranolo.

"Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah taala, ya Allah kemarin tanggal 4, malem 4, ya Allah ini sudah 29 (hari puasa ramadan), 1 syawalnya kapan," kata Mbah Benu dikutip dari video yang beredar via TribunSumsel.com

Dia melanjutkan: "Allah taala cerito tanggal limo jumuah (5, Jumat). kui lah ngomong, lah mangke nek disalahke uwong, ora opo2 urusane Gusti Allah (begitu ngomongnya, nanti kalau disalahkan orang, ngga apa-apa urusannya Gusti Allah)," katanya.

Menurut KH Raden Ibnu Hajar Pranolo, sebenarnya apa yang disampaikannya itu adalah sebuah istilah, bukan dalam arti sebenarnya bahwa dia menelepon Allah.

"Terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Gusti Allah SWT itu sebenarnya hanya istilah. Dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah SWT."

"Apabila pernyataan saya yang menyinggung atau tidak berkenan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terima kasih," kata Mba Benu.

Lebaran Lebih Dulu

Diberitakan sebelumnya, para jemaah Aolia melaksanakan Salat Ied di Masjid Aolia yang berlokasi di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.

Jemaah Aolia dipimpin oleh KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau akrab dipanggil Mbah Benu.

Mbah Benu mengatakan ditetapkannya Lebaran jatuh pada Jumat berdasarkan keyakinan dari perjalanan spiritualnya.

"Penetapan ini berdasarkan keyakinan. Dan, jemaah Aolia bukan hanya ada di sini tapi tersebar di seluruh Indonesia," kata dia, Jumat (5/4/2024).

Ia pun meminta kepada para jemaahnya agar saling menghormati dengan masyarakat yang belum merayakan Idulfitri.

Mbah Benu Minta Maaf Soal Ucapannya Telepon Allah Menentukan Idul Fitri: Kontak Batin dengan Allah
Mbah Benu Minta Maaf Soal Ucapannya Telepon Allah Menentukan Idul Fitri: Kontak Batin dengan Allah

"Jemaah untuk menjaga toleransi antar umat beragama dan menghargai keputusan yang ada," tutur dia.

Layaknya perayaan Lebaran pada umumnya, jemaah Aolia juga merayakan bersama-sama dengan keluarga.

Diketahui, sejumlah masjid Aolia juga menggelar salat Idulfitri di antaranya di Kapanewon Wonosari.

Hidup Harmonis

Jemaah Aolia juga tersebar di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.

Lurah setempat, Sutarpan mengatakan, di wilayah ada sekitar puluhan warga yang tergabung dalam jemaah Aolia.

Dia mengaku, aktivitas jemaah Aolia yang merayakan Idulfitri lebih awal sudah dilakukan sejak dulu.

"Kami sudah terbiasa dengan ini, sehingga jika mereka merayakan lebih cepat, warga di sini hanya bisa toleransi dan menghormati," ucapnya.

Dia mengaku, selama ini hubungan antara Jemaah Aolia dengan warga yang bukan jemaah terjalin harmonis. Warga saling memahami.

"Tidak pernah ribut-ribut. Kami di sini ya damai saja. Mereka ibadah ya silakan. Tidak ada yang merasa terganggu," ujarnya.

Hubungan harmonis itu, kata Sutarpan, dapat dilihat saat perayaan Lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah.

Biasanya jemaah Aolia dan warga lainnya mengadakan halal-bihalal untuk satu kampung.

Baca juga: KALAH di Pilpres, Mahfud Dorong Gibran Didiskualifikasi, Sebelumnya Sebut Status Cawapres Gibran Sah

"Kalau sudah hari Lebaran yang umum dari pemerintah. Kami di sini semua ngumpul untuk halal bi halal, gabung semua termasuk jemaah Aolia. Jadi memang tidak ada selisih antar warga, semua saling menghormati," terangnya.

Sementara itu, saat ditanya apakah tradisi silaturahmi antara warga saat lebaran juga berlaku saat perayaan Lebaran versi Jemaah Aolia, dia mengatakan, biasanya yang saling mengunjungi itu sesama jemaah Aolia saja.

"Biasanya saling mengunjungi sesama mereka saja. Mereka juga buat halal bi halal di rumah imamnya ya itu Mbah Benu, jadi lebih banyak aktivitas di sana," urainya.

Tak hanya perbedaan perayaan Idulfitri, sebelumnya jemaah Aolia juga melaksanakan ibadah puasa lima hari lebih cepat pada 7 Maret 2024, dibandingkan hari penetapan dari pemerintah.

(*/tribun-medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter 

 

 

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved