Berita Karo Terkini

POTRET Miris Wisata Siosar Dulu dan Sekarang, Buntut Pengelolaan Tak Becus dan Retribusi

Bagaimana tidak, objek wisata yang dulunya menjadi salah satu primadona di Kabupaten Karo tersebut kini sudah kehilangan pesona.

Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Randy P.F Hutagaol
T R I B U N MEDAN/Alija Magribi
Panorama Zia Cofee di Kawasan Puncak 2000 Siosar 

Dikatakan Munarta, saat beberapa waktu lalu melakukan kunjungan ke Siosar dirinya melihat jika objek wisata yang dulunya menjadi primadona kini sudah banyak ditumbuhi rumput liar yang tinggi.

Viral Puncak 2000 Siosar yang berlokasi di Nagara, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara terbengkalai dan sepi pengunjung.
Viral Puncak 2000 Siosar yang berlokasi di Nagara, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara terbengkalai dan sepi pengunjung. (Instagram.com/@sumut.viral)

"Untuk Siosar memang sudah miris kita lihatnya, kalau kemaren ke Siosar kondisinya sudah banyak ditumbuhi rumput panjang-panjang pun di sana," ujar Munarta, Kamis (9/5/2024).

Berdasarkan informasi yang didapat dari sejumlah sumber, kondisi terpuruknya wisata di Siosar ini menampilkan banyaknya rumput dan ilalang yang tumbuh liar di kawasan villa dan objek wisata.

Tak hanya itu, salah satu spot yang dulunya sempat diburu oleh wisatawan menjadi latar belakang foto kini tampak sudah terbengkalai.

Diungkapkan Munarta, perihal kabar Siosar yang ramai diperbincangkan karena sudah mulai ditinggal oleh wisatawan ini banyak faktor yang menjadi penyebabnya.

Dirinya mengatakan, salah satu hal yang menjadi faktor utama ialah karena buruknya pengelolaan manajemen yang dilakukan oleh pengelola terutama penerapan retribusi.

Pasalnya, dirinya mendapatkan laporan dari berbagai pihak jika pengelola melakukan banyaknya pengutipan kepada wisatawan yang berkunjung ke sana.

Tangkapan layar kondisi objek wisata di kawasan Siosar, di Kabupaten Karo, yang sudah ditumbuhi rumput liar setelah ditinggal wisatawan
Tangkapan layar kondisi objek wisata di kawasan Siosar, di Kabupaten Karo, yang sudah ditumbuhi rumput liar setelah ditinggal wisatawan (FACEBOOK/Sekitar Sumut Ezra Eriks)

Tak hanya kutipan yang berlapis, ternyata harga yang dipatok oleh pengelola untuk setiap pengutipan dan biaya kuliner juga cukup mahal.

Sehingga membuat objek wisata yang berada di kawasan puncak 2000 Siosar ini semakin ditinggalkan oleh wisatawan.

"Kalau informasi yang kita dapat, dari tahun lalu sudah banyak wisatawan yang mengeluh perihal banyak kutipan oleh pengelola, tapi bukan Pungli ya. Karena harga yang tidak terkontrol, wisatawan sidah mulai meninggalkan objek wisata itu," ucapnya.

Dari informasi yang didapat, diketahui kutipan berlapis yang dilakukan oleh pengelola yang menjadi penyebab hilangnya wisatawan mulai dari biaya masuk dan parkir yang sudah berbeda dari pertama kali dibuka.

Selanjutnya, kutipan untuk menggunakan wahana di sana, dan juga harga makanan serta minuman yang dinilai terlampau mahal membuat wisatawan datang ke sana hanya cukup satu kali.

"Jadi pengelola ini suka hati buat harga," ungkapnya.

Ketika ditanya perihal apakah Pemkab Karo memiliki wewenang untuk mengurus perihal batas harga objek wisata, Munarta mengaku secara aturan pihaknya belum memiliki wewenang turut campur untuk penerapan batas maksimal.

Namun, dirinya mengatakan pihaknya sudah beberapa kali mengingatkan pengelola objek wisata khususnya di Siosar agar turut memperhatikan pelayanan dan memenuhi fasilitas bagi wisatawan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved