Sumut Terkini

Tim Pengabdi Masyarakat USU Ajak Petani di Berastagi Manfaatkan Tanaman Acem-Acem untuk Atasi Hama

Adapun tanaman yang dirugikan oleh musuh alami ini, seperti contohnya tomat, jeruk, kopi, dan lain sebagainya. 

Penulis: Muhammad Nasrul | Editor: Ayu Prasandi
HO
Ketua Tim Peneliti dari Universitas Sumatera Utara Dr. Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes (memakai hijab), berfoto bersama dengan petani usai memberikan penyuluhan tentang kegunaan daun acem acem untuk memerangi lalat buah, di kawasan Berastagi, Kabupaten Karo, Minggu (11/8/2024). 

TRIBUN-MEDAN.com, KARO - Petani di Kabupaten Kari khusunya di Berastagi, hingga saat ini masih memiliki permasalahan dengan hama lalat buah atau cit-cit yang menyerang tanaman holtikultura.

Adapun tanaman yang dirugikan oleh musuh alami ini, seperti contohnya tomat, jeruk, kopi, dan lain sebagainya. 

Melihat hal ini, Fakultas Kesehatan Masyarakat  dan Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU), mengajak masyarakat terutama petani yang adi Berastagi untuk memanfaatkan potensi lokal yaitu tanaman acem acem (Oxalis dehradunensis R.) sebagai solusi inovatif untuk mengatasi serangan hama lalat buah. Berdasarkan keterangan perwakilan tim pengabdi masyarakat Dr. Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes, kegiatan ini dilaksanakan dalam menjaga ekologi lingkungan dan kesehatan kerja di dunia pertanian.

"Lalat buah atau yang sering dikenal dengan nama “cit-cit” menjadi musuh utama petani Karo karena sering merugikan hasil panen.

Dimana cit-cit merupakan penyebab busuk buah dan juga menurunkan nilai jual dari panen produk pertanian yang dikelola seperti buah tomat, jeruk, kopi, ataupun tanaman hortikultura lainnya," ujar Eka, Minggu (11/8/2024). 

Diungkapkan Eka, belum lama ini pihaknya telah meneliti manfaat tanaman acem acem yang memiliki khasiat sebagai insektisida dan repellent bagi hama cit-cit ini.

 Inisiatif ini mengangkat daun acem acem sebagai solusi inovatif untuk mengatasi masalah hama pada tanaman hortikultura.

Daun acem acem, yang merupakan tanaman liar dari pegunungan sekitar Tanah Karo, telah dikembangkan menjadi pestisida alami yang efektif melawan lalat buah sebuah hama yang sering mengancam hasil pertanian lokal.

"Pengembangan berbagai produk dari daun acem acem ini sudah kita lakukan sejak tahun 2019 lalu. Dimana hasilnya meliputi sabun pembersih pestisida, krim anti penuaan dini, serbuk effervescent, dan kini pestisida alami untuk mengusir dan membunuh lalat buah.

Program ini tidak hanya memberikan solusi bagi petani untuk meningkatkan hasil panen tetapi juga menawarkan alternatif ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan pestisida kimia," ungkapnya. 

Dikatakannya, megiatan pengabdian yang telah dilakukan mulai dari tanggal 28 Juni 2024 lalu tersebut pihaknya membuat pestisida nabati ekstrak Oxalis dehradunensis R untuk masyarakat petani di Desa Semangat.

Kegiatan dilanjutkan pada 03 Agustus 2024 dengan pengujian pestisida nabati ekstrak Oxasalis dehradunensis R. pada tanaman tomat yang diinjeksikan lalat buah kemudian pestisida nabati tersebut disemprotkan. 

Tak hanya itu, dirinya menjelaskan tim juga melakukan pengukuran lingkungan khususnya kualitas udara ambien dengan beberapa parameter seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), partikulat ukuran 2,5 mikron (PM2,5).

Selanjutnya partikulat ukuran 10 mikron (PM10), total volatile organic compound (TVOC), formaldehida (HCHO) dan beberapa parameter meteorologi seperti suhu, kelembaban, tekanan, arah angin dan kecepatan angin. 

"Hasil pengukuran kualitas udara ambien untuk semua parameter pencemar udara menunjukkan bahwa semua parameter masih jauh dibawah baku mutu udara ambien.  

Hal ini menunujukkan bahwa pemanfaatan daun acem acem dapat menjaga ekologi lingkungan. Daun acem acem yang sering dianggap sebagai tanaman liar tidak perlu dibuang lagi namun dapat dibudidayakan sebagai bahan baku pestisida nabati," katanya. 

Namun, yang ditemukan selama ini ternyata petani masih menjadikan tanaman ini sebagai limbah pertanian sehingga selalu dibuang karena dianggap sebagai tanaman liar yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pertanian. 

“Selama ini petani sering membuang tanaman ini padahal saya yakin bahwa tidak ada yang tidak bermanfaat diciptakan oleh Tuhan termasuk si acem acem atau dengan nama latinnya Oxalis dehradunensis R. Pestisida nabati ini merupakan produk saya yang kelima dan kita ciptakan untuk menjaga siklus atau ekologi lingkungan melalui pengelolaan limbah pertanian yaitu daun acem acem," ungkapnya. 

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2023 lalu, menunjukkan bahwa kandungan tanaman acem acem tidak hanya dapat diolah menjadi produk kesehatan namun juga dapat membantu petani menjadi produk pertanian yaitu pestisida nabati.

Pemanfaatan ini dapat meningkatkan pendapatan petani dan bermanfaat bagi petani lainnya sesuai dengan upaya preventif yang digalakkan Dr. Eka agar tercipta petani yang sehat, produk yang aman dan lingkungan yang terkendali.

Dikatakannya, ini merupakan bagian dari program health and sustainability agriculture yang diciptakannya telah fokus memperhatikan keselamatan dan kesehatan masyarakat petani di tanah Karo. 

“Pengabdian ini merupakan titik tolak saya melalui pengembangan produk inovasi yang baru. Awal tahun 2021 saya telah membuktikan khasiat acem acem ini sebagai pembersih pestisida dengan produk hand soap gel ekstrak daun acem acem.

Tidak hanya itu daun acem acem ini juga sudah saya kembangkan menjadi produk krim anti penuaan dini dan serbuk effervescent dengan tetap berfokus dapat dimanfaatkan untuk keselamatan dan kesehatan petani," katanya. 

Dari penelitian yang dilakukan, dirinya menjelaskan saat ini daun acem acem ternyata juga dapat diolah menjadi pestisida alami dan telah teruji dapat membunuh dan mengusir lalat buah sebagai hama yang menjadi momok petani Karo selama ini.

Memberdayakan petani untuk memanfaatkan acem acem ini merupakan pengembangan berkelanjutan yang dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kesehatan petani namun juga menjaga ekologi lingkungan disamping pengembangan desa dalam pemanfaatan acem acem. 

“Desa Semangat merupakan desa kedua yang menjadi sasaran dari pengembangan program pemanfaatan daun acem acem.

Semakin banyaknya petani yang menggunakan acem acem untuk mendukung pengelolaan pertanian dan kesehatannya maka semakin meningkat juga pendapatan petani di Tanah Karo," ucapnya. 

Lebih lanjut, dirinya menjelaskan program ini adalah langkah nyata dalam mendukung petani lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

"Kami berharap inovasi ini dapat menginspirasi praktik serupa di daerah lain dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat," katanya.

(mns/tribun-medan.com) 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved