TRIBUN WIKI
Jejak Peninggalan Sejarah di Kabupaten Dairi, Mulai dari Batu Hingga Pohon yang Terlupakan
Tercatat ada empat peninggalan sejarah di Kabupaten Dairi yang mulai dilupakan banyak orang. Terdiri dari batu hingga pohon berusia 400 tahun
Konon, jika terjadi musuh atau bencana yang melanda Tunggung Batu, suara petir akan terdengar meskipun tidak ada angin atau hujan.
Selain itu, salah satu dahan pohon ini konon akan patah sebagai pertanda apabila ada penduduk desa yang akan meninggal dunia.
Pohon Singgangsora juga terkait dengan beberapa benda cagar budaya penting di wilayah tersebut, seperti Tunggung Kuta, Mejan Pangulubalang Cibro, Simanuk-manuk Sipitu Takal, dan Batu Perabun.
Informasi mengenai pohon ini berasal dari generasi ke-16 Marga Cibro, yang telah menyimpan dan meneruskan kisah-kisah serta kepercayaan terkait pohon ini.
4. Simanuk-manuk sipitu takal
Secara harfiah, Simanuk-manuk Sipitu Takal berarti "burung dengan tujuh kepala."
Dalam konteks budaya Batak, burung sering kali dianggap sebagai simbol roh, kebijaksanaan, atau makhluk mistis yang terkait dengan dunia gaib.
Angka tujuh, dalam berbagai tradisi, dianggap sakral dan sering dihubungkan dengan kepercayaan terhadap dunia supranatural.
Simanuk-manuk Sipitu Takal terletak sekitar 300 meter dari Pangulubalang, sebuah patung atau monumen yang berfungsi sebagai pelindung desa dalam tradisi Batak.
Lokasinya yang berada di tengah ladang yang tidak ditanami menambah aura mistis dari objek ini.
Dalam kepercayaan masyarakat lokal, tanah yang tidak diolah sering dianggap memiliki energi khusus atau dianggap sebagai tempat suci.
Menurut tradisi setempat, burung ini diyakini pernah membawa petunjuk, namun kemudian diubah menjadi batu. Konon, batu yang dulunya adalah burung ini dapat mengeluarkan suara berbeda dan akan berbunyi saat mendeteksi tanda bahaya dari Pangulubalang, Batu Tunggung ni Kuta, dan Pohon Singgang Sora—yang dikenal dengan suara kuat.
Jika suara ini terdengar, masyarakat akan segera berlari dan bersembunyi ke Perisang Manuk.
Saat ini, Simanuk-manuk Sipitu Takal sebagian besar telah terbenam dalam tanah, sehingga bentuk burungnya hampir tidak terlihat dan hanya tampak sebagai batu alam biasa.
Bagian yang tersisa memiliki panjang sekitar 33 cm, lebar 22 cm, dan tinggi 20 cm.(tribun-medan.com)
Ditulis oleh mahasiswi magang FISIP Universitas Medan Area (UMA) Handayani Berutu
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan

                
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.