Sumut Terkini

Cerita Guru TK di Deli serdang, Hadapi Tantangan Kerja Lewat Komunitas Belajar

Sebagai salah satu TK Penggerak di Deli Serdang, mereka bukan hanya mengajarkan anak usia dini sampai pintar, namun lebih daripada itu. s

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
HO
Guru TK di Deliserdang bentuk komunitas untuk saling berkomunikasi dalam menghadapi tantangan kerja. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Gaji yang rendah tak menyurutkan semangat para guru di TK Salwa Abidah Anwar di Tanjung Morawa, untuk terus berinovasi.

Selalu ada terobosan yang unik bagi seorang guru untuk membuat iklim pendidikan menjadi mengasyikkan. 

Spirit pendidikan sekolah melekat pada jiwa mereka setiap saat.

Sebagai salah satu TK Penggerak di Deli Serdang, mereka bukan hanya mengajarkan anak usia dini sampai pintar, namun lebih daripada itu. 

TK ini memiliki komunitas yang setiap minggunya aktif melakukan giat dalam mencari solusi terbaik untuk guru yang mengalami kendala saat mengajar.

Devika Puspa selaku ketua komunitas belajar TK Salwa Abidah Anwar dan ketua IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Tanjung Morawa) mengatakan, pendidikan tidak melulu berbicara tentang siswa saja. 

"Sebab, guru yang menjadi fasilitator keilmuan juga memiliki peranan yang esensial," ujarnya.

Misi meningkatkan kompetensi tenaga pendidik khususnya di Taman Kanak-kanak menjadi misi utama komunitas ini.

Apalagi TK Salwa Abidah Anwar secara resmi telah dinyatakan sebagai sekolah penggerak oleh Kemendikbudristek di wilayah Deli Serdang.

"Kita punya wadah bernama Komunitas Belajar TK Salwa Abidah Anwar. Ini diinisiasi sejak tahun 2022. Komunitas ini seolah menjadi jawaban untuk mewujudkan konteks belajar yang kreatif, inovatif, dan kolaboratif. Di mana itu sebenarnya untuk mendorong peningkatan kompetensi para pendidiknya," katanya.

Meskipun yang digali ialah kompetensi guru, orientasi dari komunitas ini adalah bagaimana peserta didik harus mendapatkan ilmu yang mereka butuhkan dari pendidiknya. Hal itulah yang membuat mengapa mereka menaruh fokus terhadap pengajarnya pula.

Para guru TK ini mendapat angin segar, berbagai masalah yang muncul dan dihadapi guru saat mengajar bisa dicurahkan melalui komunitas ini.

Dengan menularkan semangat komunal sesama guru TK, wadah ini dapat pula menjadi pusat konseling bagi mereka.

"Jadi refleksi awal terlebih dahulu kemudian kita ke tahap perencanaan. Setelah itu barulah kita mulai implementasi, dan berikutnya evaluasi. Setelah evaluasi dilakukan, baru kembali lagi melakukan refleksi awal. Minimal terjadi dua siklus dalam proses komunitas belajar ini untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kita dapatkan," tutur Devika.

Tidak banyak sekolah yang memiliki komunitas belajar sebagai wadah refleksi para guru. 

Namun sebagai sekolah penggerak, TK Salwa Abidah Anwar selalu ikhtiar menghelat pertemuan komunitas belajar minimal seminggu sekali. 

Di wadah tersebut para guru TK yang tergabung membahas tentang kurikulum, modul ajar, sampai dengan platform merdeka belajar. 

Guru-guru TK ini secara bersama-sama mengulik strategi bagaimana mereka bisa mewujudkan disiplin positif hingga diferensiasi dalam pembelajaran.

"Guru-guru di sini alhamdulillah mereka mau diajak kerja sama, jadi kita saling berbagi ilmu dan berkolaborasi menghadapi permasalahan secara terbuka. Tugas dari sekolah penggerak salah satunya mengampanyekan komunitas belajar kepada sekolah-sekolah lainnya," jelas Devika.

TK yang dipimpin oleh Devika ini telah bersumbangsih penuh khususnya dalam pengimbasan guru. Pengimbasan secara terminologi dapat diartikan sebagai upaya berbagi pengetahuan. 

"Dan TK Salwa Abidah Anwar mengirimkan pendidiknya sebagai narasumber ke sekolah yang lain dalam beberapa bulan sekali," lanjutnya.

Di samping sikap guru TK yang terkenal ekspresif lagi ceria, bukan berarti mereka sama sekali tidak pernah diterpa duka.

Gaji yang rendah seolah tidak sebanding dengan beban kerja yang mereka terima.
 
Lebih lanjut Kepala Sekolah TK Salwa Abidah Anwar berharap agar komunitas belajar mereka semakin solid dan menjalankan fungsinya dengan baik. Sebab, siswa akan menjadi pribadi yang baik jika gurunya juga baik.

"Kami tetap berkolaborasi dan menjalankan praktik dengan baik. Ketika komitmen di sekolah sudah bagus dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka kita punya misi untuk membaginya ke sekolah lain dan membentuk komunitas belajar yang solid dan aktif pula," pungkasnya.

Sementara itu Patma Wati selaku seorang guru TK di sekolah penggerak merasakan manfaat sebuah komunitas belajar ini. 

Menjadi guru yang bermanfaat dan bisa membetuk karakter anak dengan baik adalah tantangan terbesar.

"Tapi melalui komunitas ini kita bisa saling sharing dan merumuskan strategi. Manfaatnya banyak, lah. Terutama untuk meningkatkan kompetensi kami juga sebagai seorang guru," kata Patma.

Menghadapi anak-anak yang berbeda generasi dengannya menjadi tantangan tersendiri. Apalagi era disrupsi digital dapat mengubah pola hidup mereka secara masif.

"Untungnya program komunitas belajar ini terjadwal dan berkesinambungan. Kita seorang guru seolah punya wadah yang bisa menyelesaikan berbagai masalah mengajar," pungkasnya.

(cr26/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved