Breaking News

Makam Siswa SMP Tewas Dibongkar

Sosok Guru yang Hukum Squat Jump Siswa, Dikenal sebagai Orang yang Lembut di Sekolah

Oknum guru agama Protestan SMP Negeri 1 STM Hilir Kabupaten Deli Serdang berinisial SWH yang sempat menghukum siswanya squat jump 100 kali.

|
Penulis: Indra Gunawan | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/INDRA GUNAWAN SIPAHUTAR
SMP Negeri 1 STM Hilir Kabupaten Deli Serdang, Selasa (2/10/2024). Sosok Guru yang Hukum Squat Jump Siswa, Dikenal sebagai Orang yang Lembut di Sekolah 

TRIBUN-MEDAN. com, LUBUKPAKAM - Oknum guru agama Protestan SMP Negeri 1 STM Hilir Kabupaten Deli Serdang berinisial SWH yang sempat menghukum siswanya squat jump 100 kali sampai saat ini masih dalam keadaan syok atas kematian siswanya itu.

Ia masih sering menangis karena tidak menyangka kejadian bisa seperti sekarang ini.

Hal diungkapkan oleh Eka Br Barus yang juga merupakan rekan kerja sesama guru di SMP 1 STM Hilir. 

"Saya masih sering komunikasi. Syok dia sampai sekarang. Nangis juga kalau cerita sama saya. Kenapa bisa jadi begini katanya," ucap Eka yang ditemui di sekolah, Selasa (1/10/2024). 

Guru Bahasa Indonesia ini menilai kalau karakter temannya itu adalah orang yang baik.

Sepengetahuannya suara SWH juga lembut. Di lingkungan sekolah juga selalu happy bawaannya. 

"Kalau suara dia lembutnya itu. Mungkin ya saya yang lebih ditakuti anak-anak di sini. Suara saya yang mungkin lebih besar dari suara dia. Kalau saya jalan anak-anak itu mungkin takut tapi kalau dia itu ya biasa saja orangnya. Kalau istirahat ya kita cerita-cerita dan paling kami foto-foto bersama," ucap Eka. 

Saat diwawancarai Eka pun sempat meneteskan air mata.

Ia mengaku cukup sedih lantaran melihat temannya itu bisa menghadapi situasi seperti sekarang ini.

Para guru lain juga mengakui kalau selama ini Eka adalah guru yang paling dekat dengan SWH.

Saat ini www.tribun-medan.com menyambangi sekolah ini para guru pun semuanya mengungkap kalau SWH adalah guru yang baik.

Selli Winda Hutapea (Facebook Selli Winda)
Selli Winda Hutapea (Facebook Selli Winda) (Facebook Selli Winda)

Mereka juga menyebut kalau korban, RSS juga merupakan siswa yang juga baik.

"Kami intinya terkejut jugalah satu sisi dia (SWH) teman kami dan disatu sisi juga yang itu (RSS) anak kami. Sama-sama baik ini keduanya," ungkap para guru. 

Informasi yang dihimpun SWH dan RSS sama-sama merupakan warga Desa Negara Beringin.

Semenjak peristiwa kematian RSS, SWH yang sudah dinonaktifkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang tinggal di rumah saudaranya di desa yang sama.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, SWH telah menuliskan surat terkait kronologi pemberian hukuman kepada RSS. 

Kejadian tersebut berlangsung pada Kamis (19/8/2024), ketika enam siswa tidak mengerjakan tugas.

SWH bertanya kepada para siswa tentang hukuman yang mereka inginkan, dan mereka menjawab squat jump.

SWH kemudian meminta siswa yang dihukum melakukan squat jump sebanyak 100 kali, dengan catatan boleh berhenti sejenak jika merasa lelah.

Namun, setelah pulang ke rumah, RSS merasakan sakit di kedua kakinya.

Keesokan harinya, RSS mengalami demam tinggi dan akhirnya dirawat di Rumah Sakit Sembiring, Deli Tua, Deli Serdang, kemudian meninggal pada Kamis (26/9/2024).

SWH merupakan guru honorer yang mengajar pendidikan agama Kristen sejak Januari 2024.

SWH menggantikan guru sebelumnya yang mengajar mata pelajaran tersebut telah pensiun.

Yuliana Padang, ibu dari Rindu Syahputra Sinaga (14) siswa sekolah menengah pertama (SMP) di SMP Negeri I STM Hilir, Kabupaten Deliserdang tewas diduga usai disuruh Squat jump sebanyak 100 kali oleh gurunya, Jumat (27/9/2024).
Yuliana Padang, ibu dari Rindu Syahputra Sinaga (14) siswa sekolah menengah pertama (SMP) di SMP Negeri I STM Hilir, Kabupaten Deliserdang tewas diduga usai disuruh Squat jump sebanyak 100 kali oleh gurunya, Jumat (27/9/2024). (TRIBUN MEDAN/FREDY SANTOSO)

Pesan Terakhir Korban sebelum Meninggal Dunia

Peristiwa memilukan menimpa seorang siswa sekolah menengah pertama (SMP) berinisial RSS (14) di Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut).  

RSS meninggal usai dihukum squat jump 100 kali oleh guru agamanya gara-gara tidak hafal ayat kitab suci, Kamis (26/9/2024).

 Menurut ibu korban, Yuliana Derma Padan, putranya itu sempat mengeluh kakinya sakit dan demam pada hari Rabu (25/9/2024).

Melihat kondisi putranya mengkhawatirkan, Yuliana segera membawa RSS ke Rumah Sakit Umum Sembiring, Kecamatan Deli Tua.

Tim medis segera melakukan tindakan. Namun korban dinyatakan meninggal dunia pada Kamis pagi (26/9/2024). 

"Ia mengeluh sakit kaki dan demam tinggi. Sempat bilang ke saya, 'Mak, kakiku sakit sekali, penjarakanlah gurunya itu, Mak. Biar jangan dia biasa begitu.' Paginya, anak saya sudah meninggal," ujar Yuliana.

Pada Selasa pagi 1 Oktober 2014, RSH bersama dengan Kepala SMP Negeri 1 STM Hilir sedang berada di kantor Ombudsman memenuhi panggilan. 

"Lagi dimintai keterangan, lagi proses. Yang dipanggil Kadisdik, Kepala Sekolah dan gurunya," kata Kepala Ombudsman Sumut, James Panggabean. 

Ditanya hasil pemeriksaan, James meminta waktu karena proses sedang berlangsung. 

"Sebentar ya bang, masih proses," katanya. 

Polisi Periksa Oknum Guru dan 9 Saksi

Kapolresta Deliserdang Kombes Raphael Sandhy mengatakan pihaknya telah memeriksa Seli Winda Hutapea, guru agama Kristen SMP Negeri I STM Hilir, Kabupaten Deliserdang terkait tewasnya seorang pelajar bernama Rindu Syahputra Sinaga.

Seli diperiksa lantaran sempat menghukum Rindu dengan hukuman 100 kali squat jump lantaran tak mengerjakan tugas.

Hukuman inilah diduga penyebab Rindu meninggal sepekan setelah dihukum.

Raphael menyebut Seli diperiksa pada Senin 30 September kemarin dari siang hingga malam.

"Kemarin. Biar bisa menjawab pertanyaan publik apakah memang karena tindakannya itu yang menyebabkan meninggalnya ananda kita ini,"kata Kombes Raphael, di pemakaman Rindu Syahputra, di Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deliserdang, Selasa (1/10/2024).

Polisi membeberkan, total saksi yang sudah dimintai keterangan sebanyak sembilan orang diantaranya orang terdekat korban hingga pihak sekolah.

Sejauh ini belum ada penetapan tersangka lantaran proses penyelidikan masih berlangsung.

Sementara itu di hari yang sama pihak kepolisian pun melakukan pembongkaran makam RSS untuk melakukan autopsi. 

(dra/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved