TRIBUN WIKI
Apa Itu Latiao, Camilan Asal China yang Kini Memicu Keracunan Massal di Indonesia
Latiao adalah camilan berupa stik pedas yang terbuat dari tepung terigu dan minyak cabai. Camilan ini berasal dari Provinsi Henan, China.
TRIBUN-MEDAN.COM,- Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLBKP) terjadi di beberapa wilayah Indonesia akibat mengonsumsi latiao.
Peristiwa keracunan massal ini terjadi di wilayah Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, dan Pamekasan.
Karena hal itu pula, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengambil langkah cepat dalam mengatasi masalah ini.
BPOM melakukan uji klinis terhadap latio yang memicu keracunan massal di banyak daerah di Indonesia.
Dari hasil uji klini tersebut, ditemukan bahwa latiao yang memicu keracunan massal itu ternyata sudah kontaminasi bakteri Bacillus cereus.
Baca juga: Apa Itu Giant Sea Wall dan Fungsinya, Simak Dampak Lingkungannya Bagi Jakarta
Akibatnya, korban yang mengalami keracunan merasa mual, muntah, pusing, dan sakit perut.
Dikutip dari Kompas.com, sejauh ini BPOM telah menemukan empat produk dari total 73 jenis Latiao yang beredar mengandung bakteri tersebut.
BPOM segera menginstruksikan importir untuk menarik dan memusnahkan produk yang terkontaminasi.
Selain itu, penjualan Latiao secara online di marketplace turut dihentikan. Untuk itu, BPOM bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
"Kami meminta importir untuk segera melaporkan proses penarikan dan pemusnahan ini kepada Badan POM dan kami akan terus memantau kepatuhan mereka," kata Kepala BPOM, Taruna Ikrar, Jumat (1/11/2024).
Baca juga: Apa Itu Itsbat Nikah? Mengapa dan Kapan Hal Itu Bisa Dilakukan, Simak Penjelasannya
Ia mengatakan, latiao yang terpapar bakteri itu merupakan Latiao Strips dan Hot Spicy Latiru.
Keduanya berasal dari China.
Karena berbahaya bagi kesehatan, BPOM mengimbau kepada masyarakat, terkhusus bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil, untuk menghindari pangan olahan berbahaya dan memilih produk yang telah terjamin keamanannya.
"BPOM akan terus meningkatkan pengawasan pre dan post-market terhadap pangan olahan yang beredar di masyarakat demi melindungi kesehatan publik," tegas Taruna.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Halloween, Tradisi Kristen Barat yang Identik dengan Labu Berwajah Seram
Apa Itu Latiao
Latiao adalah camilan berupa stik pedas yang terbuat dari tepung terigu dan minyak cabai.
Camilan ini berasal dari Provinsi Henan, China yang dibuat pada tahun 1990-an.
Latiao memiliki rasa pedas dan gurih, serta tekstur yang elastis saat digigit.
Camilan ini biasanya dimakan bersama bir dan sering dijadikan camilan saat bepergian atau berkumpul bersama teman dan keluarga.
Baca juga: Apa Itu UNRWA yang Dituding Israel Sebagai Organisasi Teroris, Padahal Bertindak Demi Kemanusiaan
Dikutip dari laman halalmui.org, latiao umumnya tidak mengandung bahan-bahan haram, seperti daging babi.
Ada juga varian latiao yang terbuat dari bahan-bahan 100 persen vegan, seperti biji kedelai, tepung, dan kulit tahu, serta minyak nabati seperti wijen dan chili oil.
Latiao sendiri berbahan dasar tepung gandum, kinako (tepung kacang kedelai panggang),dan minyak cabai.
Ketiga bahan akan dicampurkan dengan air, garam, gula, penyedap rasa, minyak nabati, dan beberapa bahan lain, lalu dipanaskan dengan suhu tinggi.
Walaupun berbahan baku nabati, namun ternyata ada beberapa bahan baku Latiao viral yang perlu kita cermati.
Baca juga: Apa Itu La Nina yang Bakal Melanda Indonesia Hingga Maret 2025, Simak Penjelasannya
Apa saja yang menjadi titik kritis di balik kelezatan si pedas latiao?
Pertama, gula sebagai penambah rasa. Titik kritisnya terletak pada proses pemutihan yang kerap menggunakan karbon aktif.
Dari aspek bahan, karbon aktif bisa berasal dari tempurung kelapa, serbuk gergaji, batu bara, atau tulang hewan.
Jika menggunakan bahan-bahan nabati, maka tak perlu diragukan kehalalannya.
Namun jika karbon aktif tersebut berasal dari hewan, maka harus dipastikan berasal dari hewan halal yang disembelih secara syariah.
Umumnya, sumber tulang hewan yang seringkali dijadikan karbon aktif adalah babi dan sapi.
Baca juga: Apa Itu Pcare BPJS, Simak Cara Loginnya dengan Mudah
Kedua, minyak. Pada umumnya, minyak berasal dari tumbuhan meski kadang bisa menggunakan minyak hewan untuk memberikan rasa dan aroma yang menggoda.
Saat kemasan dibuka dan diunakan menggoreng, minyak mudah sekali teroksidasi dan berubah dari segi bau dan rasa.
Untuk mencegah tengik, minyak biasanya diberikan antioksidan beta-karoten, yang umumnya diproduksi secara sintetik sehingga relatif tidak kritis.
Agar menarik, produsen juga menjernihkan minyak, misal dengan bantuan karbon aktif yang perlu dikaji kehalalannya.
Baca juga: Apa Itu Sindrom Asperger? Gejalanya Mirip dengan Autisme
Ketiga, penggunaan penyedap rasa. Ada aneka pilihan penyedap rasa yang dapat digunakan, seperti Monosodium Glutamat (MSG) dan Sodium Inosinate dan Guanylate (I+G).
Keduanya merupakan produk mikrobial hasil fermentasi. Media pertumbuhan bakteri penghasil kedua senyawa ini harus dipastikan terbebas dari bahan najis.
Menurut Manager Halal Auditor Management LPPOM MUI, Ade Suherman, S.Si., titik kritis fermentasi terletak pada sumber nitrogen untuk perbanyakan bakteri, yang lazim menggunakan pepton.
Pepton ini dapat berasal dari unsur hewani, sehingga harus dipastikan kehalalan.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.