Sumut Terkini

Menyelami Tradisi Penenun Tumtuman di Bustak Nabirong, Warisan Leluhur hingga Pemberdayaan Ekonomi

Di desa ini, sebagian besar penduduknya masih aktif menggeluti seni tenun tradisional yang dikenal dengan nama Tumtuman.

TRIBUN MEDAN/RISYA
Tiurma Siagian (38) seorang penenun asal Bustak Nabirong, Desa Banua Huta, Kecamatan Sigumpar, Kabupaten Toba sedang menenun kain Tumtuman yang menjadi mata pencahariannya. Dari hasil tenun ini, Tiurma mampu menghidupi keluarganya hingga sang anak meraih gelar sarjana. 

TRIBUN MEDAN.com, BANUAHUTA- Bustak Nabirong, sebuah desa di Banua Huta, Kecamatan Siugumpar, Kabupaten Toba, dikenal sebagai Desa Penenun.

Hal ini bukan tanpa alasan, karena tradisi menenun di desa ini telah berlangsung turun-temurun, dimulai dari nenek moyang hingga anak cucu.

Di desa ini, sebagian besar penduduknya masih aktif menggeluti seni tenun tradisional yang dikenal dengan nama Tumtuman.

Tumtuman yang kini menjadi simbol budaya, sering digunakan dalam acara adat dan pernikahan, baik sebagai sarung maupun selendang.

Tiurma Siagian (38), satu di antara penenun di Bustak Nabirong mengungkapkan, meskipun proses pembuatan kain Tumtuman memakan waktu dua minggu lamanya, namun ia merasa bahagia karena dengan menjadi seorang penenun, ia dapat menghidupi keluarganya.

“Tumtuman ini saya kerjakan dengan senang hati, karena dari sinilah sumber penghasilan saya agar bisa menghidupi keluarga,” ucap Tiurma saat ditemui di kediamannya.

Menurut Tiurma, Bustak Nabirong kerap dijuluki sebagai "Desa Penenun" karena mayoritas warganya terlibat dalam dunia tenun.

“Orang tua terdahulu sudah bertenun sejak dahulu kala, kita sebagai anak cucu inilah yang belajar dan meneruskan dari mereka,” tuturnya sambil menenun Tumtuman.

Tiurma juga menambahkan, bahwa meski dahulu kala kain Pinuccaan menjadi produk utama, saat ini mereka cenderung menenun ulos untuk Tumtuman, yang lebih sering digunakan dalam acara adat dan pernikahan.

Ia pun berharap, hasil tenunan yang dikerjakan dengan sepenuh hati dapat memberikan manfaat bagi banyak orang dan terus mempertahankan budaya yang diwariskan dari nenek moyang mereka.

"Semoga dengan kita bertenun ini, hasil yang kita dapatkan bisa bermanfaat bagi keluarga dan banyak orang, serta mempertahankan budaya yang diturunkan dari nenek moyang kita zaman dahulu," harap Tiurma.

Menjaga Kualitas dan Menghadapi Tantangan Rosita Siagian (59), yang juga seorang penenun di Bustak Nabirong, telah menjalani profesi ini sejak tahun 1991.

Berbeda dengan Tiurma yang kini lebih banyak menenun Tumtuman, Rosita turut berperan penting dalam melestarikan seni tenun ini dengan meneruskannya ke anaknya, Nanianti Hasibuan (29), yang kini juga aktif sebagai penenun.

Rosita bercerita tentang bagaimana ia berupaya untuk terus mempertahankan tradisi ini agar tidak hilang begitu saja. “Daripada penenun ini berhenti, jadi saya teruskan ke anak saya, Nanianti. Dan ia sekarang juga sudah menjadi penenun ulos,” ujar Rosita bangga.

Menurutnya, menjadi seorang penenun ulos bukan hanya soal menghidupi keluarga, tetapi juga mewarisi budaya leluhur yang sangat berharga.

“Kami menenun Tumtuman ini, bisa menambah pencaharian suami kami. Kami dapat duit untuk anak sekolah, belanja, dan keperluan lainnya,” ungkap Rosita.

Tidak hanya itu, keberadaan pemerintah pun turut mendukung para penenun di Bustak Nabirong, seperti yang disampaikan Rosita mengenai bantuan yang mereka terima.

"Kami sangat bangga melihat pemerintah karena permohonan kami dipenuhi. Kami mendapatkan alat tenun sepasang setiap orang dan benangnya juga diberikan jika kita membuat proposal,” lanjutnya.

Di samping itu, Rosita juga mengajak orang-orang yang tertarik untuk datang melihat langsung proses pembuatan tenun di desanya.

“Bagi orang-orang yang mau melihat proses kami bertenun, bisa datang ke kampung kami ini. Kami juga menerima pesanan, jika ada yang berminat bisa memesan langsung ke kami,” kata Rosita.

Saat ditemui bersama sang ibu, Nanianti Hasibuan (29) mengungkapkan, bertenun adalah bagian dari kehidupannya sejak usia 15 tahun.

Kini, ia terus menjalankan pekerjaan ini sebagai sumber kehidupan, dan juga menghidupkan tradisi yang telah ada di keluarganya.

Seperti ibunya dan neneknya, Nanianti merasa bangga bisa terus melestarikan seni menenun ini, terlebih ia mendapatkan penghasilan dari hasil tenunannya.

Namun, menjadi seorang penenun tidaklah mudah.

Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran, lantaran benang yang digunakan sangat halus dan mudah putus.

“Dalam menenun, kita perlu ketelitian, kehati-hatian dan kesabaran karena benangnya halus, jadi mudah putus,” jelas Tiurma.

Hal ini menunjukkan, selain sebagai pekerjaan yang menguntungkan, menenun juga membutuhkan keahlian khusus dan kesabaran yang tinggi.

Ekonomi Desa yang Berkembang Melalui Keterampilan Menenun Mayoritas penduduk pria di Bustak Nabirong adalah petani yang menanam padi, jagung, dan ubi.

Namun, para wanita desa inipun memiliki peran penting dalam meningkatkan ekonomi keluarga melalui keterampilan bertenun.

Selain menghasilkan pendapatan tambahan, bertenun juga telah menjadi pilar dalam perekonomian desa, membawa perubahan positif bagi kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

Bagi Tiurma, Rosita, dan Nanianti, bertenun adalah jalan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

"Dari kain tenun ini, saya bisa memperoleh banyak hal, seperti anak saya bisa kuliah, bisa bangun rumah, biaya hidup kami bisa tertutupi," ungkap Tiurma.

Mereka berharap, tradisi ini terus berkembang dan diwariskan kepada generasi berikutnya, agar keahlian bertenun tidak punah.

“Saya berharap masyarakat di Bustak Nabirong ini terus mewarisi keahliannya dalam bertenun kepada para keturunannya, jadi anak-cucu kita bisa ikut menikmati hasil dari bertenun ini,” harap Tiurma.

(CR34/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved