Berita Samosir

Rumah Darma Dibikin Parit Keliling Buntut Sengketa Tanah Warisan, Ternyata Sama-sama Tak Ada SHM

Sengketa tanah warisan yang berujung pembuatan parit di sekeliling rumah Darma Ambarita di Desa Unjur, Kecamatan Simanindo, Samosir, menjadi sorotan

Penulis: Arjuna Bakkara | Editor: Juang Naibaho
HO/SINTA SIHOTANG
RUMAH TERISOLASI - Darma Ambarita menggendong anaknya yang hendak berangkat ke sekolah, melewati parit buatan yang mengelilingi rumahnya di Desa Unjur, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu. Rumah yang ditempati keluarga Darma Ambarita kini terisolasi buntut sengketa warisan tanah. 

Pada 6 Januari 2025, Trapolo Ambarita datang sambil membawa alat berat lalu menggali sekeliling rumah Darma.

Anggota DPR RI Kunjungi Rumah Darma Ambarita

Sengketa lahan yang dialami Darma Ambarita ini turut menarik perhatian anggota DPR RI Rapidin Simbolon. Ketua PDI Perjuangan Sumut itu menyambangi kediaman keluarga Darma di Desa Unjur, Kecamatan Simanindo, Rabu (29/1/2025) sore.

Rapidin yang saat ini duduk di Komisi III yang membidangi Hukum dan HAM, merasa prihatin atas peristiwa getir yang dialami Darma dan keluarganya. Rapidin mengaku dapat informasi awal tentang persoalan keluarga Darma dari media sosial.

“Saya sudah melihat video kejadian ini, membaca laporan, dan mendengar sendiri cerita keluarga. Saya benar-benar miris,” ujar Rapidin.

"Bayangkan, setiap hari anak-anak ini harus diangkat oleh ayahnya hanya untuk bisa pergi ke sekolah. Parit ini bukan sekadar galian tanah, ini ancaman nyawa bagi mereka," imbuhnya.

Mata Rapidin sempat terlihat berkaca-kaca saat coba mengobrol dengan kedua anak Darma. "Yang sabar, ya, Nak. Kita nanti akan perjuangkan," ujar Rapidin mencoba menenangkan.

Kedua bocah yang mengalami trauma itu, sempat merasa takut dan terus memeluk erat ibunya. Kepada Rapidin, Darma Ambarita menceritakan, anak-anaknya masih merasa trauma karena melihat langsung sejumlah orang dengan alat berat menggali tanah di sekitar rumah mereka.

Rasa trauma itu pula yang membuat kedua bocah itu kerap menghindar dari orang-orang asing. Mereka juga tak berani keluar rumah, bahkan untuk bermain seperti biasa.

"Saat itu saya menyuruh mereka masuk ke rumah, karena saya takut mereka kenapa-napa. Tapi trauma itu masih ada,” kata Darma.

Momen yang paling menyayat hati bagi Darma dan istrinya, adalah saat Yosefin bilang ingin mengirim video pengerukan tanah itu ke sepupunya melalui WhatsApp. "Dia bilang ke saya, ‘Video ini untuk dikirim ke abang sepupu, supaya tahu kalau datang ke rumah saya, dia tidak bisa lagi masuk’," ucap Darma.

Rapidin menilai, persoalan ini bukan sekadar konflik lahan, melainkan juga rasa soal kemanusiaan. Dia menegaskan, anak-anak punya hak untuk merasa aman dan bermain tanpa rasa takut.

"Kita tidak boleh membiarkan hal seperti ini terus terjadi. Saya tidak kenal pelaku (pengerukan) maupun keluarga Darma secara pribadi, tapi saya melihat ini sebagai sesama warga negara. Ini soal kemanusiaan," ujarnya.

Disampaikan Rapidin, kunjungannya ke kediaman Darma Ambarita bukan sekadar bentuk empati, tetapi juga berupaya membawa permasalahan ini ke tingkat yang lebih tinggi agar keadilan dan keamanan bagi anak-anak ini bisa segera terwujud. (Arjuna Bakkara/Tribunmedan.com)

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved