Berita Viral
Soal Tagar Kabur Aja Dulu, Pendiri Drone Emprit Sebut Muncul Sejak 2023 Secara Organik, Bukan Robot
Fahmi pun mengungkapkan meningkatnya tren penggunaan tagar tersebut di media sosial juga cenderung alami dan bukan dibuat oleh Bot (robot).
Para pengguna tagar tersebut di media sosial, menurut Fahmi, mengkritik pernyataan-pernyataan pejabat pemerintahan yang dinilai tidak tepat itu justru dengan video-video berdurasi pendek melalui media sosial TikTok atau Instagram khas generasi milenial dan generasi Z.
Baca juga: Roma Panggabean, Kader PMT di Desa Belang Malum Diberhentikan Sepihak, Diduga karena Kritikannya
"Enggak pakai (kritik) frontal tapi dengan gaya yang lucu-lucu. Dan itu akhirnya apa? Jadi lebih viral lagi. Lebih viral lagi, akibatnya jadi kritik sosialnya itu semakin nama makin tinggi. Kritik terhadap politik semakin lama semakin tinggi," ungkapnya.
Menurutnya hal tersebut bisa dijadikan pelajaran bagi para pejabat pemerintahan untuk memberikan respons yang tepat dengan terlebih dulu mempelajari kenapa tagar tersebut muncul serta bagaimana situasi dan kondisi emosional publik ketika tagar itu muncul.
Sehingga, ungkapnya, para pejabat tersebut bisa memberikan respon yang tepat.
"Harapannya supaya, ini kan karena sifatnya kritik kepada pemerintah. Jadi pemerintah paham dulu lah. Dipahami situasinya seperti apa. Kemudian tidak menuding," ucapnya.
Fahmi pun mengungkapkan meningkatnya tren penggunaan tagar tersebut di media sosial juga cenderung alami dan bukan dibuat oleh Bot (robot).
Baca juga: Puluhan Pelajar dan Mahasiswa Ikuti National Dance Competition Inspirasi Diri di Medan
Berdasarkan analisis Drone Emprit, kata dia, tagar #KaburAjaDulu rata-rata dibuat oleh akun-akun media sosial yang telah ada sejak tahun 2009.
Selain itu, kata dia, tagar tersebut juga tersebar tidak hanya di Indonesia melainkan juga di beberapa negara lain.
"Tapi yang ini cukup natural. Dan ini bukan hanya di Indonesia, tapi juga sebarannya cukup luas di berbagai negara. Dari UK, South Korea, Singapura, dan lain-lain. Kita bisa lihat di sini. Nah ini sebagai analisis bahwa ini betul-betul natural," ungkapnya.
"Usia (pengguna)-nya, kalau yang saya lihat itu dari data, paling besar itu antara 19 sampai 29 tahun. Jadi ini kan usia-usia mereka lulus SMA, kuliah, dan lulus kuliah. Ini memang usia-usia kerja. Kemudian juga anak-anak yang usianya di bawah 18 tahun. Berarti kan masih muda. Mereka udah banyak bahas tentang kabur aja dulu," lanjutnya.
Fahmi pun menyarankan kepada para wakil rakyat untuk dapat mendorong perbaikan kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap kualitas pendidikan dan pelatihan, ekonomi, serta perlindungan WNI di luar negeri.
"Jadi MPR dan DPR bisa mendorong pemerintah supaya ada perbaikan kebijakan ekonominya. Ini kan menjadi salah satu alasan kondisi ekonomi," ungkap dia.
Harus Berhati-hati
Dalam acara yang sama, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat memandang tren #KaburAjaDulu sebagai fenomena yang sangat unik.
Tren itu menurutnya tidak hanya bisa dilihat sebagai sebuah kritik sosial, namun juga bisa dilihat sebagai "wake up call" bagaimana anak muda melihat atau menempatkan dirinya dalam konteks tatanan bernegara dan kebangsaan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.