Ramadan 2025
Mengenal Sejarah Masjid Al Osmani yang Berada Dekat Laut, Menyimpan Arsitektur Khas Tiongkok-Eropa
Satu di antara rumah ibadah tertua di Medan, Masjid Al Osmani telah menjadi saksi sejarah panjang ratusan tahun.
Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Satu di antara rumah ibadah tertua di Medan, Masjid Al Osmani telah menjadi saksi sejarah panjang ratusan tahun.
Masjid dengan khas warna kuning ini telah berdiri sejak tahun 1854 di dekat laut Belawan, di Jalan KL Yos Sudarso, Kelurahan Pekanlabuhan, Kecamatan Medanlabuhan, Kota Medan, Sumatera Utara hingga Ramadhan tahun 2025.
Di balik kemegahannya, masjid tua ini menyimpan nilai akulturasi ragam budaya pada arsitekturnya. Setidaknya ada lima unsur arsitektur, yakni Tiongkok, Timur Tengah, India, Eropa, dan Melayu.
Dengan perpaduan itu Masjid Al Osmani masih berdiri megah sebagai bukti kejayaan Islam yang terbuka pada budaya luarnya. Khas Tiongkok bisa dilihat dari motif pada pintu-pintu masjid, khas Eropa ada pada bagian ornamen dan tiang-tiang penyanggah, khas India ada pada bagian dalam masjid dan kubah.
Lalu, khas Timur Tengah ada pada bagian ornamen dalam masjid, sedangkan khas melayu dari sisi warna kuning dan hijau yang menyelimuti indah warna dinding-dinding masjid.
"Kuning keemasan ini khasnya, melambangkan kemuliaan dan keagungan. Hijau warna adalah simbol Islam dan kedamaian," katanya pengurus Masjid Al Osmani.
Masjid Al Osmani yang awalnya berbahan kayu-kayu pilihan saat ini sudah semakin megah dan dihiasi cahaya gemerlap dari lampu-lampu gantung.
Masjid Al-Osmani menjadi saksi sejarah pusat peradaban Islam. Dan sekaligus saksi peninggalan bersejarah pemerintahan Raja Deli Ketujuh, Sultan Osmani Perkasa Alam, sebelum berpindah pusat pemerintahan dipindah ke Istana Maimon, Medan.
"Desain masjid ini sangat kaya dan beragam perpaduan banyak budaya. Masjid awalnya masih berbahan kayu, dibangun Raja Deli ketujuh, Sultan Osman Perkasa Alam. Awalnya hanya rumah panggung dari kayu.
Kemudian dibangun oleh anaknya langsung, dengan memadukan arsitektur ala Timur Tengah, India, Eropa, Tiongkok, dan Melayu," kata Ketua Pengurus Masjid Ustaz Haji Ahmad Fahruni.
Tak lupa juga, masjid Al Osmani mengandung unsur warna hijau, yang bermakna dalam literasi Islam memang beberapa kali disebutkan di Al-Qur'an-firman Allah yang Maha Esa.
Di antaranya, dalam surah Al-Insan ayat 21, tertulis 'Mereka (penghuni) di dalam surga memakai pakaian Hijau yang terbuat dari sutera halus dan sutera tebal (yang berketat), serta mereka dihiasi dengan gelang-gelang tangan dari perak dan mereka diberi minum oleh Tuhan mereka dengan sejenis minuman (yang lain) yang bersih suci'.
Dikisahkan Ustaz Ahmad Fahruni, awalnya, masjid ini menjadi tempat ibadah umat Islam, dan sarana berkumpul antara raja dan rakyatnya. Di masjid lah ini jadi muasal persebaran ilmu pengetahuan, ilmu Islam, dan peradaban di kawasan rumpun Melayu, Labuhan Deli.
Seiring perkembangan zaman dan penduduk, bangunan masjid dibangun dan diluaskan oleh Raja Deli Kedelapan, Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam, pada medio 1870-hingga 1872.
Beliau adalah putra kandung Sultan Osman Perkasa Alam.
Daftar Link Twibbon Idul Fitri 2025 Gratis, Cocok untuk Diunggah di Medsosmu |
![]() |
---|
Menjelang Lebaran 2025, Mall di Medan Alami Peningkatan Pengunjung hingga 25 Persen |
![]() |
---|
Sudah Akhir Ramadan 2025, Inilah Tanda-tanda Puasa Kita Diterima, Termasuk Menjadi Lebih Ikhlas |
![]() |
---|
Bacaan Doa Akhir Ramadan 2025 dan 1 Syawal 1446 H, Semoga Ramadan Tahun Depan Dipertemukan Lagi |
![]() |
---|
Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini 29 Maret di Medan dan 10 Daerah Lainnya di Sumatera Utara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.