Berita Advertorial
Program KABAYA, Transformasi Ekonomi-Sosial Melalui Pengolahan Sampah di Kampung Nelayan Seberang
PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Medan menginisiasi Program Kampung Pesisir Berdaya (KABAYA) sebagai upaya pemberdayaan masyarakat pesisir.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Abdan Syakuro
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Medan menginisiasi Program Kampung Pesisir Berdaya (KABAYA) sebagai upaya pemberdayaan masyarakat pesisir di Kampung Nelayan Seberang.
Program KABAYA ini memiliki tiga Model Pokja Utama, yaitu HORAS BAH (Hayu Olah Sampah Menjadi Berkah), KETAPANG (Ketahanan Pangan), dan Pengembangan UMKM untuk memberdayakan Kelompok Rentan melalui kegiatan produktif berbasis lingkungan dan kewirausahaan.
Killbergen Wilton Gultom, Fuel Terminal Manager Medan, menjelaskan bahwa program KABAYA dirancang dengan melibatkan anggota kelompok kerja (Pokja) yang memiliki komitmen kuat untuk perubahan berkelanjutan.
"Anggota Pokja ini dipilih yang memiliki komitmen untuk bisa mengembangkan dan menciptakan perubahan yang berkelanjutan di Kampung Nelayan Seberang," ujar Kilbergen.
Beberapa bentuk dukungan yang diberikan meliputi pembangunan Bank Sampah, Rumah Pangan, Keramba Jaring Apung sebagai tempat Pengelolaan Hasil Pertanian dan Perikanan, serta berbagai pelatihan pemberdayaan masyarakat.
"Kami memberikan pelatihan pengelolaan pangan dan pelatihan pemberdayaan untuk merawat ikan di keramba jaring apung. Respon masyarakat sangat positif, karena sebelumnya kita sudah melakukan mapping kebutuhan masyarakat. Program ini benar-benar tepat sasaran," jelasnya.
Melalui Bank Sampah Horas, masyarakat diajak mengubah sampah menjadi sumber penghasilan.
Burhanudin Saragih, Ketua Kelompok Bank Sampah Horas, menjelaskan bahwa para ibu rumah tangga terlibat aktif dalam memilah dan mengolah sampah.
"Bank Sampah buka dari Senin sampai Sabtu. Ibu-ibu tidak hanya memilah sampah, tapi juga mengubahnya menjadi kerajinan seperti tempat tisu, tas, dan lampu hias," ujar Burhanudin.
Selain menjual sampah anorganik ke pengepul, kelompok ini mengolah sampah organik menjadi maggot (larva lalat) untuk pakan ikan serta pupuk organik yang dijual ke petani perkotaan.
Saat ini, Bank Sampah Horas mampu mengelola 100-150 kg sampah per hari, mengurangi tumpukan sampah yang kerap membanjiri kampung saat air pasang.
"Manfaatnya besar, masyarakat mulai sadar untuk tidak buang sampah sembarangan," tambah Burhanudin.
Sementara itu, program KETAPANG fokus pada tiga kegiatan, yaitu Pertanian urban yang menghasilkan sayuran dan tanaman obat keluarga.
Kemudian, keramba jaring apung memproduksi ikan kakap, bandeng, dan kerapu.
Serta UMKM olahan mengembangkan produk seperti abon, keripik, nugget, dan amplang.
Wujudkan Keluarga Sejahtera, Dinas P3APPKB Gelar Layanan KB Gratis |
![]() |
---|
Bekerjasama dengan Pemkab Samosir, YGPP Gelar Pengobatan Gratis |
![]() |
---|
Gerakan Pangan Murah di Samosir, Pemkab Sediakan 5 Ton Beras |
![]() |
---|
Cicipi Ikan Arsik Tilapia Milik Regal Springs, Bobby Nasution: Approved, Rasanya Enak Sekali Mantap |
![]() |
---|
Tanoto Foundation Gelar Talkshow Teladan Goes To Campus di USU, Tawarkan Berbagai Program Beasiswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.