"Saya harus berpindah-pindah mencari kontrakan untum tinggal. Itu saya biayai sendiri, setelah tidak punya uang lagi, saya tidak bisa bayar kontrakan dan tinggal di pos ormas," ungkapnya dengan berkaca-kaca.
Kesehariannya saat ini, ia selalu berjalan kaki kemana-mana, pagi hari menuju siang, pria 5 orang anak ini berjalan dari Pos Ranting PP menuju Masjid Bea Cukai yang berada di Pelabuhan Belawan untuk salat.
Menuju siang ke sore, tak ayal ia akan kembali lagi ke posko untuk tegur sapa dengan rekan sejawatnya.
Kemudian pada malam, ia akan nongkrong di Rumah Makan Padang tepat di depan Posko Ranting PP untuk membeli makan malam dan akan makan bersama rekannya di cakruk kayu.
Tak ayal, beberapa orang yang melihat Mamek yang berjalan-jalan terseok menganggapnya sebagai seorang gelandangan.
Namun, tak begitu bagi masyarakat setempat, Mamek sudah dikenal sebagai seorang legenda sepakbola.
"Oh yang pemain bola PSMS itu," cetus seorang ibu saat ditanya ada mengenal orang bernama Mamek.
Mamek sebenarnya bukanlah seseorang yang tidak bercukupan, selain mendapat gaji dari olah bola bundar sejak 1977-1990, Mamek Sudiono adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak 1980 hingga 2012.
Mamek mengakui dirinya melakukan hal yang salah di masa muda, hingga akhirnya tak bisa memberikan rumah bagi keluarganya pascapensiun sebagai PNS di Bea Cukai.
"Saya sangat loyal di masa muda, kurang hemat. Kalau nyesal ya pasti nyesallah, tapi semua tidak bisa saya ulang lagi," ungkapnya.
Saat ditanya mengapa tak tinggal bersama anak-anaknya, Mamek menyebutkan dirinya tak mau bergantung dan merepotkan anak-anaknya.
"Belum mau tinggal sama mereka, masih mau mandiri, enggak mau gantung sama anak. Tapi mereka beberapa kali lihat saya disini," cetusnya.
Mamek mengaku bertahan hidup saat ini dengan bekerja di perusahaan ekspidisi barang di Pelabuhan Belawan. Yang dimana dirinya mendapatkan penghasilan tidak menentu ketika ada pekerjaan.
Dengan kondisinya saat ini, bahkan kontribusinya terhadap PSMS Medan, Mamek mengaku tak pernah sekalipun mendapatkan perhatian dari manajamen PSMS Medan.
"Enggak ada kasih bantuan dengan kondisi saya ini. Saya nggak pernah dipanggil bahkan engga pernah dapat undangan di acara apapun maupun ulang tahun PSMS Medan. Orang manajamen PSMS belum ada, enggak ada," tuturnya.