Breaking News

Berita Medan

Cerita Guru di Medan, Mengajar Anak Cerdas Istimewa, IQ di Atas 130

Menurut Tri, musik berperan penting untuk menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan para siswa.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/HUSNA
SISWA CIBI- Suasana lingkungan belajar di SMP Al Azhar Medan yang asri dan hijau, menjadi ruang nyaman bagi siswa program Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI) untuk berkembang secara akademik dan karakter. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Tidak semua ruang kelas berisi siswa dengan kemampuan rata-rata. Di SMA dan SMP Al Azhar Medan, ada ruang belajar khusus bagi mereka yang memiliki IQ di atas 130.

Program ini dikenal sebagai Cerdas Istimewa Bakat Istimewa atau CIBI, dan di sinilah guru seperti Tri Adinata dan yang lainnya menemukan tantangan sekaligus kebahagiaan tersendiri dalam mengajar.

Tri Adinata, guru musik yang sudah mengajar sejak 2012, mengatakan bahwa mengajar anak-anak CIBI justru terasa lebih mudah sekaligus menyenangkan.

“Hampir semua anak di kelas CIBI jago musik. Mereka cepat tangkap, suka menantang diri, dan tiap hari minta pelajaran lebih,” ujarnya.

Menurut Tri, musik berperan penting untuk menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan para siswa.

“Mereka bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga akhlaknya baik karena di sekolah ini juga dibekali ilmu agama,” tambahnya.

Tri mengaku selalu memakai metode demonstrasi atau praktik langsung dalam pembelajaran.

“Kalau suasana jenuh, kami belajar di luar kelas. Aktivitas mengajar yang sempat viral itu sebenarnya cuma dokumentasi, bukan niat supaya viral,” katanya sambil tersenyum.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Syaiful Anshari, menjelaskan bahwa program CIBI di Al Azhar ditujukan bagi anak-anak dengan IQ di atas 130.

“Mereka melalui tes psikotest dan akademik yang bekerja sama dengan lembaga psikologi dari USU,” katanya.

Siswa CIBI menempuh pendidikan lebih cepat dari reguler SD 5 tahun, SMP 2 tahun, dan SMA 2 tahun.

“Setiap kelas maksimal hanya 20 siswa agar fokus belajar tetap terjaga. Gurunya pun dipilih yang memahami gaya belajar percepatan,” ujarnya.

Syaiful menambahkan, gaya belajar anak-anak CIBI sangat beragam. Ada yang kinestetik, auditori, atau visual. Mereka bisa terlihat tidak fokus, tapi sebenarnya sedang memproses informasi lewat cara yang berbeda.

“Karena itu, metode belajarnya harus menyenangkan dan bermakna,” jelasnya.

Salah satu siswa CIBI, Daffa, mengaku menyukai pelajaran Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris sejak SD. Ia sering mengikuti olimpiade dan riset ilmiah.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved