Berita Medan

Adian Napitupulu Usulkan Skema Berlangganan Bagi Ojol, Ini Tanggapan Driver di Medan

Dengan sistem itu, aplikator berkewajiban mendistribusikan order secara adil kepada para driver.

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/ABDAN SYAKURO
DRIVER OJOL- Sejumlah driver ojek online dari berbagai platform seperti Gojek, Grab, Maxim, dan ShopeeFood berkumpul di salah satu titik di Kota Medan. Usulan anggota Komisi V DPR RI, Adian Napitupulu, terkait penerapan sistem berlangganan sebagai alternatif potongan komisi yang dinilai terlalu tinggi mendapat respon beragam dari driver ojol di Medan. 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Anggota Komisi V DPR RI sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Adian Napitupulu, mengusulkan agar sistem kerja ojek online (ojol) beralih dari skema komisi ke model berlangganan.

Hal tersebut mendapat respons beragam dari sejumlah driver di Kota Medan.

Sebelumnya, Adian mengusulkan agar pengemudi ojol cukup membayar biaya tetap atau iuran bulanan kepada aplikator, misalnya Rp200 ribu per bulan, sebagai ganti potongan komisi per order.

Dengan sistem itu, aplikator berkewajiban mendistribusikan order secara adil kepada para driver.

“Maksimal untuk saat ini, kita minta komisi aplikator tidak lebih dari 10 persen. Tapi perkembangan di negara lain sudah lebih maju, mereka pakai sistem berlangganan,” ujar Adian.

Bagi para pengemudi ojol di Medan, wacana tersebut dianggap bisa membawa angin segar.

Dayat (20), driver ojol yang beroperasi di kawasan Medan, menyebut sistem berlangganan dapat memberi kepastian pendapatan dan mengurangi potongan yang selama ini dianggap terlalu besar.

“Kalau tiap bulan bayar tetap, itu lebih enak. Sekarang potongan aplikator bisa sampai 20 persen per order, belum lagi kalau order sepi. Kadang capek kerja, tapi hasilnya nggak seberapa,” katanya kepada Tribun Medan, Rabu (5/11/2025).

Sementara itu, Andi (39), driver yang sering mengambil order di sekitar kampus USU, menilai sistem berlangganan akan memberikan plus minus kepada driver juga.

“Kalau orderannya banyak, bagi yang tidak mendapatkan orderan bagaimana. Jaminan orderan merata terkadang menjadi jebakan bagi kami” ujarnya.

Para driver berharap wacana ini benar-benar dibahas serius di tingkat regulasi dan tidak berhenti pada wacana politik. Mereka juga meminta agar pemerintah memastikan sistem tersebut tidak merugikan pengemudi kecil dan tetap fleksibel bagi yang belum mampu membayar iuran bulanan.

“Intinya jangan memberatkan. Kalau bisa, ada simulasi dulu di beberapa kota termasuk Medan, biar tahu cocok atau nggak sistem ini,” kata Andi.

Tetapi Andi menegaskan, sistem berlangganan ini bisa menjadi boomerang bagi para driver, jika sistemnya tidak dibuat secara matang.

Ia sebenarnya berharap sistem dibuat untuk meringankan pengemudi, misalnya mengurangi biaya aplikator yang dibebankan kepada pengguna.

“Jadi pengguna lebih banyak. Saya pikir lebih baik regulasi itu saja yang diperkecil,” ungkapnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved