Berita Nasional
Ucapan Maaf Purbaya Untuk Pemda Soal Pemangkasan TKD: Kalau Tersinggung, Saya Mohon Maaf
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meminta maaf kepada pemerintah daerah terkait pemangkasan Dana Transfer ke Daerah (TKD)
TRIBUN-MEDAN.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meminta maaf kepada pemerintah daerah terkait pemangkasan Dana Transfer ke Daerah (TKD) dalam APBN 2026.
Dalam rapat dengan DPD di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/11/2025), Purbaya menekankan bahwa anggaran yang diberikan pusat harus dimanfaatkan secara maksimal.
“Kalau ada daerah yang tersinggung, saya mohon maaf, tapi ya kerja yang benar lah. Habisin itu duit. Kita manfaatkan maksimalkan uang yang ada,” ujarnya.
Pernyataan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pemangkasan anggaran bertujuan untuk menjaga keseimbangan fiskal dan mendorong percepatan ekonomi.
Kunjungan Bukan Buat Mengintervensi
Purbaya menekankan kunjungannya ke kementerian bukan intervensi kebijakan, melainkan dorongan agar anggaran yang ada benar-benar digunakan.
“Saya enggak intervensi kebijakan, saya hanya datang ke mereka, 'program Anda apa? Habisin uangnya. Apa yang bisa saya bantu?' Kenapa? Kalau uangnya nganggur, satu, saya bayar bunga untuk yang enggak dipakai. Kedua, ekonomi lagi susah enggak kedorong,” jelasnya.
Selain kementerian, Purbaya juga mendorong pemerintah daerah agar membelanjakan anggaran mereka, terutama di tengah pemangkasan Dana Transfer ke Daerah (TKD) dalam APBN 2026, yang turun menjadi Rp692,6 triliun dari Rp919,87 triliun di 2025.
Pemangkasan rata-rata 20-30 persen di tingkat provinsi ini memicu protes 18 gubernur, tetapi Purbaya tetap melanjutkan kebijakan demi menjaga keseimbangan fiskal.
TKD merupakan dana dari APBN yang dialokasikan dan disalurkan kepada pemerintah daerah untuk mendanai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
TKD sendiri mencakup Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH), yang merupakan sumber utama pendanaan bagi pemerintah daerah untuk membiayai operasional, gaji ASN, dan pembangunan infrastruktur.
Kebijakan pemangkasan TKD sempat membuat Purbaya dikeroyok protes dari 18 gubernur di Kantor Kementerian Keuangan RI pada Selasa (7/10/2025).
Penolakan di antaranya datang dari Gubernur Jambi Al Haris, Gubernur Aceh Muzakir Manaf, Gubernur Maluku Tengah Sherly Tjoanda, Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid, dan lainnya.
Meski sudah diprotes, Purbaya tetap tancap gas melancarkan kebijakan pemangkasan Dana TKD demi menjaga keseimbangan fiskal nasional.
Purbaya menyebut, tingginya sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) di banyak daerah menjadi salah satu alasan utama.
“Kalau semua orang angkanya dipotong, ya pasti semuanya enggak setuju. Itu normal,” ujar Purbaya di Istana Negara, Rabu (8/10/2025).
Meski begitu, Purbaya menegaskan bahwa nantinya pemerintah pusat masih memberi ruang bagi daerah untuk mendapatkan tambahan alokasi tahun depan jika kondisi ekonomi membaik.
Purbaya Sebut Langkahnya Direstui Prabowo
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa membeberkan tingkah dan cara kerjanya sudah sesuai dengan arahan dan perintah Presiden Prabowo Subianto.
Menurut Purbaya, langkah yang ia tempuh untuk memperbaiki ekonomi Indonesia walau keliatannya koboi.
Dalam hal ini, tingkah koboi yang dimaksud Purbaya adalah gaya bicara dan tindakan yang lugas dan berani, tanpa basa-basi.
Purbaya juga membeberkan cara Prabowo jika ada yang memberi masukan aneh ke Prabowo.
Menurut Purbaya, Prabowo akan memberi kode khusus kepadanya sebagai tanda saatnya bicara dan saat itulah ia menghantam usulan dan masukan aneh tersebut.
"Semua pekerjaan saya, walaupun saya kelihatannya koboi, itu disuruh oleh presiden. Itu pandangan Presiden. Bahkan kalau anda ikut rapat dengan Presiden, Presiden lebih keras dari saya kok. Jadi saya enggak takut, saya sudah korting berapa persen. Beliau lebih keras dari saya, jadi saya versi halusnya, tapi orang luar gak biasa dengar," kata Purbaya dalam acara yang dipandu Desy Anwar dan tayang di channel YouTube CNN Indonesia, Kamis (30/10/2025) malam.
Saat ditanya apakah sering berbicara empat mata dengan Presiden Prabowo, Purbaya mengaku tidak sering dan hanya beberapa kali saja.
"Tapi biasanya kalau ada rapat tertentu, di mana ada yang ngasih masukan aneh-aneh, saya disuruh datang. KIra-kira disuruh counter sedikit-sedikit," ujar Purbaya.
Menurut Purbaya, Presiden Prabowo cukup cerdik karena tidak mengcounter langsung pandangan dan masukan aneh dari orang lain.
Tetapi kata Purbaya, Prabowo akan menyuruh dirinya dan memberi kode khusus saat ia harus bicara langsung mengkonter orang yang memberi masukan aneh tetsebut.
"Ini orang, pintar juga Presiden kita ini. Dia enggak konter langsung, biar enggak disalahin langsung. Panggil aja Purbaya suruh dengerin, terus ke ngelirik-ngelirik gitu. Berarti saya disuruh ngomong, ya saya hantem di situ," jelas Purbaya sambil tersenyum.
Purbaya mengatakan dirinya akan mengkonter dengan pandangan yang benar dan sangat masuk logika.
"Biasanya untuk pandangan-pandangan yang aneh, banyak yang ngasih masukan aneh, saya konter dengan logik, yang benarlah. Biasanya langsung mundur. Dan kelihatan hitam putihnya. Dia hitam, seperti hitam putih. Mana yang betul, mana yang salah. Kan saya jago," tambah Purbaya sedikit bercanda.
Menurut Purbaya gaya koboinya saat menjabat Menteri Keuangan adalah otentik dan tidak ada yang akan diubahnya.
"Tidak ada. Namun saya baru tahu, bahwa sebagian orang, enggak bisa terima tapi biar saja. For the save of the country, I don't care. I don't care. Tapi karena ini diperintah, maka kalau diperintah berubah, saya berubah. Jadi ini hanya ini perpanjangan tangan dari Bapak Presiden, dengan versi yang lebih halus," paparnya.
Purbaya mengatakan hal ini bukan berarti apa yang dikatakan dirinya akan selalu didengar Prabowo.
"Enggak didengarkan, tapi kalau ada yang salah-salah suruh koreksi, gitu kira-kira," katanya.
Desy Anwar lalu menanyakan ke Purbaya soal dana Rp 200 triliun yang diberikannya ke sejumlah bank di Himbara, dan bagaimana cara memonitornya.
"Bagaimana memonitor memastikan bahwa memang Rp 200 triliun ini diterjemahkan dalam menggerakkan roda perekonomian. Bukan saja nanti dipakai untuk ya, nih mumpung dapat uang banyak, untuk hal-hal yang tidak ada kaitannya ataupun tidak produktif. Bagaimana memastikan Rp 200 triliun itu setiap peser itu menjadi penggerak roda ekonomi?" tanya Desy.
Purbaya menyatakan tidak peduli bank menggunakan uang itu untuk apa, asalkan tidak untuk membeli dolar dan untuk konglomerat jahat.
"Saya enggak peduli banknya makai untuk apa, asal enggak untuk beli dolar dan enggak untuk konglomerat yang jahat, untuk manipulasi segala macam, itu yang kita monitor. Yang lain terserah banknya. Saya enggak monitor, saya diamin aja. Kalau itu kan ada laporannya, uangnya ke mana. Pinjaman kita bisa monitor pinjamannya ke mana sih dari bulan ke bulan," kata Purbaya.
Ia memastikan tidak ikut campur bagaimana cara bank memakai uang tersebut.
Namun Purbaya mengumpulkan keahlian orang-orang di Perbankan itu sendiri.
"Saya pakai keahlian orang perbankan, untuk berpikir mencari program-program yang paling menguntungkan. Mereka lebih ahli dari pemerintah atau dari saya. Jadi saya manfaatkan mereka untuk berpikir mencari proyek-proyek yang paling menguntungkan. Jadi saya menggunakan kepintaran sistem untuk memakai uang yang saya kasih tadi," papar Purbaya.
Karena, kata Purbaya ketika ia memindahkan uang ke sistem atau Perbankan, maka seperti ada peserta baru.
"Bank kan pasti nyari penyalurannya. Kalau tidak, kan dia bayar ke saya, hampir 4 persen. Rugi dia 4 persen , jadi dia pasti akan nyalurin," kata Purbaya.
Sebab, mereka tidak bisa lagi memberikan uang itu ke BI.
"Dia akan nyari tempat yang lain. Dia akan pasti mencari proyek-proyek yang menguntungkan pertamanya atau yang paling gampang mereka buang ke interbank market itu sudah bagus juga. Bunga di perbankan turun," katanya.
"Nanti kalau sudah itu habis, cari kredit-kredit. Jadi saya maksa mereka berpikir menggunakan kerja kecerdasan mereka yang selama ini nganggur, untuk membuat keuntungan maksimal buat mereka sendiri dan untuk saya, buat negara," papar Purbaya.
Pada akhirnya kata Purbaya, uang akan bergerak ke UMKM juga, karena UMKM menawarkan bunga yang lebih tinggi dibanding perusahaan-perusahaan yang besar dan stabil.
"Kalau saya gelontorin uang sebanyak itu pasti akan nyari juga ke sana. UMKM juga, pertama pasti dipilih yang bagus-bagus setelah itu menyebar ke yang lain. Begitu uang masuk ke UMKM satu, dua, tiga, mereka punya klien yang lain juga. Maka ekonomi akan berputar di situ," kata Purbaya.
Artikel sudah tayang di Tribun Jatim
(*/ Tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| Presiden Prabowo Tanggung Jawab Utang Whoosh, Tak Masalah Harus Bayar Rp 1,2 Triliun Per Tahun |
|
|---|
| Budie Arie, Menkominfo Era Jokowi Lolos Kasus Judol, Disorot Soal Statemen Projo Bahasa Sansekerta |
|
|---|
| SANKSI Terbaru ASN Bolos Kerja Bisa Dipecat, Tak Terima Uang Pensiun, Simak Hukuman Berjenjangnya |
|
|---|
| Ketua MKD Beberkan Alasan 5 Anggota DPR Dilaporkan, Nafa Urbach Disebut Hedon dan Tamak |
|
|---|
| Daftar Harta Kekayaan Budi Arie Usai Terpilih Lagi sebagai Ketum Projo 2025-2030, Capai Rp 103,8 M |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.