Breaking News

Berita Viral

Pengakuan Suku Anak Dalam di Balik Kasus Penculikan Bilqis, Jadi Korban Bukan Pelaku

Menanggapi isu yang menyeret nama Orang Rimba, Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi meminta publik untuk memahami persoalan ini secara utuh.

|
Kolase Tribun Jambi/Kompas
DITANGKAP : Para penculik BR balita asal Makassar hilang sepekan ternyata dijual sindikat penculikan anak lintas pulau, para pelaku berhasil ditangkap. 

Berdasarkan keterangan yang diterima KKI Warsi, Begendang menuturkan bahwa istrinya didatangi seorang perempuan dari luar komunitas yang membawa anak kecil bernama Bilqis.

“Orang luar itu mengatakan anak tersebut berasal dari keluarga tidak mampu dan meminta tolong agar dirawat,” ujar Robert, menirukan penuturan Begendang.

Penyerahan anak itu disertai surat bermaterai Rp10 ribu, yang konon ditandatangani ibu kandung Bilqis, berisi pernyataan bahwa anak tersebut diserahkan secara sukarela dan tak akan ada tuntutan di kemudian hari.

Namun, hanya dua hari setelah anak itu berada di kelompok mereka, kabar tentang penculikan Bilqis menyebar.

Begendang pun segera menyerahkan anak tersebut kepada pihak berwenang.

Orang Rimba: Korban dari Sistem yang Lebih Besar

KKI Warsi menegaskan bahwa Orang Rimba tidak terlibat dalam kejahatan ini, melainkan korban dari kemiskinan struktural dan hilangnya wilayah hidup mereka.

“Ada pihak yang memanfaatkan kerentanan mereka dengan narasi palsu, janji ekonomi atau bujukan emosional.

Orang Rimba dijadikan alat dalam jejaring kejahatan yang mereka sendiri tidak pahami,” kata Robert.

Ia menambahkan, penegakan hukum dan pemberitaan media harus dilakukan dengan perspektif perlindungan terhadap kelompok rentan, agar mereka tidak menjadi kambing hitam atas persoalan sosial yang jauh lebih kompleks.

“Yang perlu diusut bukan hanya siapa yang membawa anak itu, tapi juga siapa yang memanfaatkan Orang Rimba dan menciptakan kondisi yang membuat mereka terjebak,” tegasnya.

Seruan untuk Pemulihan Sosial

Robert berharap kasus Bilqis bisa menjadi momentum untuk melihat akar persoalan Orang Rimba secara menyeluruh dan mendorong langkah pemulihan nyata.

“Pemulihan bisa dimulai dengan memperluas akses terhadap pendidikan, layanan dasar, serta pengakuan hak atas wilayah hidup mereka,” ujarnya.

Kasus ini pun menjadi pengingat bahwa di balik kisah dramatis penyelamatan seorang anak, tersimpan realitas sosial yang lebih dalam tentang komunitas adat yang terpinggirkan, dan bagaimana kerentanan mereka sering kali dimanfaatkan oleh pihak luar tanpa rasa iba.

Artikel sudah tayang di TribunJambi

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved