Berita Viral
SOSOK Irene Sokoy Ibu Hamil Meninggal Setelah Ditolak 4 RS Alasan Ruang Penuh, Tinggalkan 2 Anak
Sosok Irene Sokoy ibu hamil yang meninggal setelah ditolak empat kali di rumah sakit menuai perhatian warganet.
TRIBUN-MEDAN.com - Sosok Irene Sokoy ibu hamil yang meninggal setelah ditolak empat kali di rumah sakit menuai perhatian warganet.
Peristiwa ini terjadi di Jayapura.
Irene Sokoy berasal dari Kampung Hobong, Sentani.
Irene dan bayi yang dikandungnya meninggal dunia pada Senin (17/11/2025) sekitar pukul 05.00 WIT.
Keduanya mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan menuju RSUD Dok II Jayapura.
Irene meninggal setelah tidak mendapat pelayanan medis yang layak saat akan melahirkan buah hatinya.
Adapun Irene diduga ditolak oleh RSUD Yowari, RS Dian Harapan, RSUD Abepura, dan RS Bhayangkara.
Dari keterangan keluarga, Irene mulai merasakan sakit hebat pada dini hari sekira pukul 03.00 WIT.
Keluarga lantas membawa Irene dari Kampung Kensio menggunakan speedboat menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yowari untuk melahirkan.
Namun, setibanya di RSUD Yowari, Irene tidak mendapatkan pertolongan untuk melakukan persalinan.
Baca juga: Rekti Yoewono Berbagi Wawasan soal Membangun Sound di Soundrenaline Sana Sini di Medan
Baca juga: SOSOK Inara Rusli Eks Istri Virgoun Dituding Pelakor Usai Influencer Mawa Bongkar Perselingkuhan
Alasannya, berat bayi dalam kandungan mencapai 4 kilogram, sehingga harus menjalani operasi.
Irene kemudian dirujuk ke RSUD Abepura, melansir Tribun-Papua.com.
Di RSUD Abepura, Irene tidak dilayani. Keluarga lantas membawa Irene ke RS Dian Harapan, tetapi kembali tidak mendapat pelayanan.
Selanjutnya, Irene dirujuk ke RS Bahayangkara. Ternyata kamar perawatan di RS tersebut penuh.
Hanya ada ruang VIP yang tersedia dan keluarga perlu membayar Rp4 juta sebelum pasien masuk ruang perawatan.
Tak hanya itu, keluarga juga diminta menyediakan uang sebesar Rp8 juta untuk biaya operasi persalinan.
Namun, keluarga yang berasal dari kalangan ekonomi lemah, tak mampu membayar biaya sebesar itu.
Irene kemudian dirujuk ke RS Dok II Jayapura.
Nahas, dalam perjalanan, nyawa ibu muda itu tak tertolong. Ia meninggal bersama bayi yang belum sempat dilahirkannya.
Alasan 4 RS Diduga Tolak Irene
Direktur RS Yowari, Maryen Braweri menjelaskan bahwa Irene diantar keluarga ke RS Yowari pada Minggu sore.
Dia mengatakan saat itu, Irene seharusnya harus segera melakukan persalinan karena kepala bayi sudah terlihat.
Akhirnya, kata Maryen, dokter pun menyarankan agar segera dilakukan operasi.
Namun, lantaran dokter kandungan di RS Yowari tak berada di lokasi, maka Irene dirujuk ke RS Dian Harapan.
Maryen mengungkapkan pada hari tersebut, dokter tengah berada di luar kota.
"Pada saat pasien datang itu sudah pembukaan lima dan sampai 22.10 WIT baru pembukaan lengkap dan bayi sudah kelihatan. Namun karena kondisi jantung janin menurun, maka dokter menyarankan untuk operasi,” katanya, Jumat.
Namun, lantaran dokter kandungan di RS Yowari tak berada di lokasi, maka Irene dirujuk ke RS Dian Harapan.
Maryen mengungkapkan pada hari tersebut, dokter tengah berada di luar kota.
“Pada saat pasien datang itu sudah pembukaan lima dan sampai 22.10 WIT baru pembukaan lengkap dan bayi sudah kelihatan. Namun karena kondisi jantung janin menurun, maka dokter menyarankan untuk operasi,” katanya, Jumat.
Lalu, dalam perjalanan ke RS Dian Harapan, ada kabar bahwa ruang untuk BPJS Kesehatan Kelas III sedang penuh.
Selain itu, dokter spesialis anestesi juga tidak berada di RS Dian Harapan. Hal ini membuat Irene kembali harus melakukan perjalanan di mana kali ini menuju ke RSUD Abepura.
Lagi-lagi Irene tidak bisa segera ditangani lantaran ruang operasi di RSUD Abepura sedang direnovasi. Alhasil, pasien pun dibawa ke RS Bhayangkara.
Namun, ruang BPJS Kelas III di RS Bhayangkara juga dalam kondisi penuh dan hanya tersedia ruang VIP.
Keluarga Irene pun harus membayar uang muka sebesar Rp4 juta jika ingin dirawat di ruang VIP.
Maryen mengatakan karena keluarga Irene tidak memiliki uang tersebut, maka pasien kembali ditolak dan berujung dibawa ke RSUD Jayapura.
"Di satu sisi keluarga tidak bawa uang, sehingga petugas kami minta untuk dilakukan tindakan, tetapi karena tidak terima akhirnya pasien dibawa menuju ke rumah sakit RSUD Jayapura,” kata dia.
Belum sampai ke RSUD Jayapura, Irene mengalami kejang-kejang dan berujung ambulans yang membawanya putar balik ke RS Bhayangkara.
Nahas, dalam perjalanan, Irene menghembuskan nafas terakhirnya.
Selain pihak RS Yowari, tiga rumah sakit lainnya turut memberikan klarifikasi. Menurut pihak RSDH, pihaknya sudah menginformasikan ke petugas RSUD Yowari bahwa ruang NICU dan ruang kebidanan telah penuh.
Selain itu, dokter spesialis Obgyn juga kebetulan sedang cuti pada hari Irene akan melahirkan tersebut.
Sehingga, RS Dian Harapan menegaskan pihaknya tidak melakukan penolakan terhadap pasien dan telah seluruh prosedur sudah dijalankan.
Sementara pihak RS Bhayangkara menyebut RS Yowari tidak melalui Sistem Rujukan saat akan membawa Irene.
Alhasil, pihak RS Bhayangkara tidak memperoleh informasi riwayat penyakit pasien.
“Saat dibawa ke RS Bhayangkara kami langsung melakukan pemeriksaan dan pasien Irene Sokoy termasuk dalam pasien BPJS PBI,” jelas Direktur RS Bhayangkara, AKBP dr Romy Sebastian.
Romy menegaskan rumah sakit tidak menolak pasien, namun ruang kelas III penuh dan yang tersedia hanya kamar VIP.
“Kami menawarkan pasien untuk sebagai pasien umum,” ujarnya.
2 Direktur Bakal Dicopot
Akibat kejadian tersebut, Gubernur Papua Matius D Fakhiri akan mengganti dua direktur rumah sakit daerah yang menolak ibu melahirkan, Irene Sokoy.
Dua rumah sakit tersebut yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yowari dan RSUD Abepura.
Sementara untuk dua rumah sakit lainnya yang juga menolak Irene hingga akhirnya meninggal dunia bersama bayi yang dikandungnya, yaitu Rumah Sakit Bhayangkara dan RS Dian Harapan, Matius akan berkoordinasi dengan para pimpinan rumah sakit.
"Saya pastikan bahwa rumah sakit yang di bawah pemerintah, minggu depan akan saya copot semua direkturnya. Untuk rumah sakit lainnya, kita akan koordinasi untuk evaluasi terhadap direkturnya," ujar Fakhiri saat diwawancarai usai bertemu keluarga Irene di Kampung Hobong, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura pada Jumat (21/11/2025) malam.
Usai mengetahui kejadian itu, Fakhiri mendatangi keluarga almarhumah Irene di Kampung Hobong pada Jumat malam.
Dalam kunjungan itu, Gubernur Fakhiri mendengarkan perjuangan keluarga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan agar melahirkan normal.
Namun, alih-alih mendapat pelayanan kesehatan yang maksimal, Irene justru ditolak oleh empat rumah sakit di Jayapura. Di hadapan keluarga, Gubernur Fakhiri menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Irene karena buruknya pelayanan kesehatan rumah sakit.
"Saya baru mau memulai, tetapi Tuhan sudah memberikan satu contoh kebobrokoan pelayanan kesehatan di provinsi di Papua. Saya mohon maaf dan turut berduka yang mendalam atas kejadian dan kebodohan jajaran pemerintah mulai dari atas sampai ke tingkat bawah. Ini kebodohan yang luar biasa yang dilakukan oleh pemerintah," tegas Fakhiri.
Fakhiri berjanji segera melakukan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan di Papua.
Selain itu, purnawirawan polisi itu juga mengatakan akan mengganti peralatan medis yang rusak karena diabaikan oleh para direktur.
"Hal ini sudah saya minta langsung ke Menteri Kesehatan untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di RS yang ada di Provinsi Papua. Saya yakin ada sekat-sekat yang merusak pelayanan di rumah sakit, Saya pastikan akan memperbaiki ini," ujarnya.
Fakhri mengatakan, kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang prima bagi masyarakat.
Dia akan memanggil semua rumah sakit pemerintah dan swasta dalam rangka menyatukan visi misi dalam melayani kesehatan di Provinsi Papua.
"Saya sudah berulang kali sampaikan, layani dulu pasien baru urusan yang lain. Hal ini akan saya sampaikan ulang ke seluruh direktur RS dan kepala dinas kesehatan yang ada," katanya.
"Sebagai gubernur, tentunya saya tidak perlu takut dan tidak perlu malu untuk menyampaikan permohonan maaf. Ini pembelajaran yang sangat berharga kepada kami pemerintah," tuturnya.
(*/tribun-medan.com)
Artikel sudah tayang di tribun-sumsel
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| PENGAKUAN Kubu Dosen Levi Soal Hubungan dengan AKBP Basuki, Tak Diketahui Istri Perwira 5 Tahun |
|
|---|
| TERUNGKAP Mantan Pacar Dosen Untag Tewas Tanpa Busana di Hotel, Seprofesi AKBP Basuki |
|
|---|
| BARU Kenalan di Rumah Temannya, Pria AS Nekat Merudapaksa MW di Kantor Dinas Pemkab Mamuju |
|
|---|
| SIAPA Aisha Retno? Berani Sebut Batik dari Malaysia di Hadapan Ariana Grande, Kini Klarifikasi |
|
|---|
| POLISI Menjadi Superpower di KUHAP Baru yang Mulai Berlaku Januari 2026, Disorot Koalisi Sipil |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Abraham-Kabey-dan-kedua-cucusdsds.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.