PDI Perjuangan Sumut
Ungkapan Syukur Petani di Taput Terima Pogram 6 Ton Benih Jagung P-32 dari Ketua DPD PDIP Sumut
Bagi mereka, langkah sederhana itu adalah simbol perlawanan terhadap lupa—bahwa gotong royong dan marhaenisme bukan hanya ideologi dalam buku
TRIBUN-MEDAN.COM, TAPUT-Suara syukur petani menggema di Desa Harianja, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Rabu (8/10/2025).
Di tengah udara dingin perbukitan, tangan-tangan para petani menggenggam erat kantong benih jagung Pioner-32 (P-32) yang diserahkan langsung oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut, Drs. Rapidin Simbolon, MM yang juga Anggota Komisi XIII DPR RI.
Bagi warga desa yang hidup dari tanah dan keringat sendiri, kehadiran Rapidin bukan sekadar kunjungan pejabat melainkan wujud nyata kepedulian di tengah seretnya anggaran negara.
“Yang pertama kami bangga sekali, beliau datang melihat masyarakat seperti kami ini,” ujar Nursi Sormin, petani setempat dengan mata berbinar.
Rapidin datang bersama Tonny Simanjuntak, mantan Wakil Bupati Toba 2020-2024, serta tokoh masyarakat Amon Sormin dan Jimmi Tambunan, legislator PDIP Taput.

Dalam kesempatan itu, Rapidin juga memberikan jaket kepada petani lanjut usia.
“Ini luar biasa, tandanya dia sayang sama kami, petani-petani kecil di Sipahutar dan Pangaribuan,” lanjut Nursi boru Siregar Sormin.
Bantuan benih ini, kata para petani, terasa seperti embun di musim kering.
“Bantuan dari negara sekarang hampir tak ada, kita tahu keuangan sedang defisit. Untung masih ada Rapidin yang mau turun langsung,” ujar seorang petani lainnya.
Rapidin sendiri menyebut langkah ini sebagai bagian dari gerakan gotong royong DPD PDIP Sumut inisiatif pribadi di tengah keterbatasan fiskal negara.
Sebagian dari enam ton benih jagung P-32 itu ia bagikan langsung di Pangaribuan dan Lobu Siregar, Kecamatan Siborong-borong.
“Inilah semangat marhaen sesungguhnya,” kata Rapidin di tengah ladang, dikelilingi warga yang antusias.
“Bung Karno pernah berkata, marhaen adalah penopang bangsa. Tanpa petani yang menanam, takkan ada kehidupan di negeri ini.”
Ia menegaskan, gerakan tersebut bukan seremoni politik.
“Kami datang menembus dusun-dusun terpencil, karena di sinilah denyut rakyat itu berada di ladang, bukan di gedung pemerintahan,” tegasnya.
Menurut Rapidin, defisit anggaran bukan alasan untuk berhenti membantu rakyat kecil.
“Justru di tengah keterbatasan seperti ini semangat gotong royong diuji. Dengan dana pribadi, kami berupaya menjaga agar petani tetap menanam dan roda ekonomi desa tetap berputar,"jelasnya.
Secara hit

ungan teknis, enam ton benih jagung P-32 mampu menggarap sekitar 400 hektare lahan, dengan potensi panen 2.400 ton jagung kering—setara Rp14,4 miliar nilai ekonomi desa jika harga jual Rp6.000 per kilogram.
Andre Siamanjuntak kalangan petani laniya di Sipahutar warga mengaku terharu.
“Tak kami sangka dia datang lagi, seperti janji yang dulu ia ucapkan. Saat negara tak bisa membantu, Rapidin datang membawa harapan,” ujarnya lirih.
Bagi mereka, langkah sederhana itu adalah simbol perlawanan terhadap lupa—bahwa gotong royong dan marhaenisme bukan hanya ideologi dalam buku, melainkan napas yang menumbuhkan kembali harapan dari tanah-tanah petani kecil.(Jun-tribun-medan.com).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.