Breaking News

TRIBUN WIKI

Sejarah Keberadaan Tugu Pers Pertama Indonesia yang Ada di Bumi Rafflesia 

Tugu Pers di Kota Bengkulu adalah monumen yang dibangun untuk memperingati Hari Pers Nasional (HPN).

Editor: Array A Argus
Pinterest/@husnizeine24 
TUGU PERS- Tugu Pers yang ada di Kota Bengkulu yang diresmikan saat Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2014. 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Kota Bengkulu dikenal sebagai rumah bagi bunga Rafflesia Arnoldi.

Rafflesia Arnoldi adalah bunga paling besar di dunia yang dikenal juga dengan nama bunga padma raksasa atau bunga bangkai.

Tanaman ini adalah tumbuhan parasit yang tumbuh menempel pada tanaman inangnya, yaitu tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma.

Baca juga: Sejarah PT Sepatu Bata Tbk yang Kini Berhenti Produksi Alas Kaki

Rafflesia Arnoldii tidak memiliki akar, batang, maupun daun, sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis dan sepenuhnya bergantung pada inangnya untuk memperoleh nutrisi.

Di Kota Bengkulu, tanaman ini sering ditemukan.

Namun, selain dikenal sebagai kota tempat penemuan bunga Rafflesia, Kota Bengkulu juga punya cerita menarik seputar perkembangan pers di Indonesia.

Di kota ini, terdapat sebuah tugu yang dinamai Tugu Pers.

Baca juga: Mengenal Wilayah Barus, Kota Tua Saksi Sejarah Masuknya Islam ke Tanah Air

Lokasi Tugu Pers ini ada di kawasan wisata Pantai Tapak Paderi, Kota Bengkulu.

Pada tahun 2014, ketika Hari Pers Nasional (HPN) diadakan, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Tugu Pers ini.

Sejarah Berdirinya Tugu Pers di Kota Bengkulu 

Sejarah berdirinya Tugu Pers di Kota Bengkulu bermula dari ide yang muncul pada tahun 2009, yang diprakarsai oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bengkulu.

Tujuan utama pembangunan tugu ini adalah untuk mengenang para pahlawan pers yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, khususnya di Bengkulu, serta sebagai simbol kebebasan pers.

Baca juga: Masjid Kedatukan Sunggal Serbanyaman, Saksi Sejarah Perlawanan Belanda

Pembangunan Tugu Pers Bengkulu didanai oleh Pemerintah Kota Bengkulu bersama dengan sumbangan dari masyarakat dan perusahaan media.

Proses pembangunan tugu ini selesai dan resmi diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 Februari 2014, bertepatan dengan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang saat itu diselenggarakan di Bengkulu.

Dikutip dari lawan web cdnc.heyzine.com, Tugu Pers ini dirancang oleh I Nyoman Nuarta, seorang arsitek yang sangat telaten di bidangnya.

Baca juga: Masjid Lama Gang Bengkok, Saksi Sejarah Perkembangan Islam di Kota Medan

Tugu ini menjadi satu-satunya tugu pers di Indonesia dan memiliki desain unik berbentuk pena menjulang ke langit yang dikelilingi oleh bunga Rafflesia, ikon Provinsi Bengkulu.

Tugu Pers ini tidak hanya menjadi simbol perjuangan wartawan dan kebebasan pers, tetapi juga menjadi ikon wisata yang menarik, terutama karena lokasinya yang strategis berdekatan dengan Benteng Marlborough, warisan kolonial Inggris yang juga bersejarah di Kota Bengkulu.

Sejak diresmikan, Tugu Pers Bengkulu kerap menjadi lokasi perayaan Hari Pers Nasional dan berbagai kegiatan pers lainnya, serta menjadi tempat favorit bagi wisatawan dan warga lokal untuk berfoto dan bersosialisasi, khususnya pada malam hari ketika lampu-lampu di sekitar tugu menyala indah.

Baca juga: Sejarah Hamparan Perak, Kampung yang Dibuka Datuk Setia Raja Tahun 1823

Pers Melawan Kolonial 

Sejarah Pers Indonesia bermula ketika kesatuan negara dan keutuhan bangsa terancam diporak porandakan penjajah.

Pers adalah kunci utama dalam menyampaikan suara rakyat, membuka kebenaran yang tertutup kebohongan dan sebagai jalan untuk mendapatkan keadilan.

Tokoh yang paling berperan besar adalah Raden Mas Jokomono Tirto Adi Soerjo, yang merupakan seorang jurnalis, aktivis, dan penerbit makalah.  

Baca juga: Sejarah Bangunan Balai Kota Lama Medan yang Kini Jadi Hotel Grand City Hall Medan

Dinobatkan sebagai Bapak Pers Indonesia, Raden Mas Tirto banyak mengungkap kebenaran melalui majalah-majalahnya.

Ia menentang kolonial Belanda dengan menjadikan pers sebagai senjatanya.

Perjalanannya tidaklah mudah, Raden Mas Tirto seringkali mendapat tekanan bahkan sempat beberapa kali di tahan karena tulisan-tulisannya dianggap sebagai ancaman.  

Akan tetapi, meskipun dihadapkan dengan segala rintangan it,u Raden Mas Tirto tetap bangkit dan terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Sejarah Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Sudah Berdiri Satu Abad yang Dilaporkan Ambruk

Hingga saat ini, kebebasan pers yang kita nikmati adalah buah hasil kerja keras Raden Mas Tirto dan para jurnalis pada masa penjajahan.

Media pers menjadi gerbang utama untuk membuka semua kebenaran dan jalan untuk mendapatkan keadilan untuk negeri ini.   (mag/tribun-medan.com)

Ditulis oleh mahasiswi magang Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, Elvina Irma Yanti 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved