TRIBUN WIKI
SOSOK dan Profil 10 Tokoh Bergelar Pahlawan Nasional 2025, Marsinah Kisahnya Tragis di Era Soeharto
10 tokoh penerima gelar pahlawan nasional diantaranya Abdurrachman Wahid atau Gus Dur hingga
Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
Ringkasan Berita:
- Presiden RI Prabowo Subianto memberikan gelar pahlawan nasional kepada 10 tokoh di Indonesia
- Penerima gelar pahlawan nasional itu ada dari kalangan buruh hingga cendikiawan dan ulama
- Satu diantara penerima gelar pahlawan nasional itu adalah Soeharto
- Nama Soeharto menuai polemik karena dianggap terlibat kejahatan HAM di masa lalu
TRIBUN-MEDAN.COM,- Presiden RI Prabowo Subianto memberikan gelar pahlawan nasional kepada 10 tokoh yang ada di Indonesia.
Para tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional ini tercatat dan dikenal mulai dari aktivis buruh, akademisi, cendikiawan, hingga tokoh militer dan seorang sultan.
Namun, di tengah pemberian gelar pahlawan nasional itu, nama Soeharto yang masih menjadi polemik.
Presiden RI ke 2 itu dinilai terlibat dalam sejumlah kejatan Hak Azasi Manusia (HAM) menurut kalangan aktivis.
Baca juga: Profil dan Biodata KGPH Hangabehi, Putra Tertua Pakubuwono XIII dari Istri Kedua
Bahkan, Soeharto diduga terlibat dalam praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) selama dirinya berkuasa.
Uniknya, pemberian gelar pahlawan nasional terhadap Soeharto bersamaan dengan pemberian gelar serupa terhadap Marsinah.
Marsinah tewas dengan cara yang tragis di masa rezim Soeharto.
Berikut ini adalah sosok dan profil 10 tokoh penerima gelar pahlawan nasional dari Prabowo Subianto.
Baca juga: SOSOK Pakubuwana XIV, Raja Jawa dari Solo Masih 22 Tahun, Tempuh S2 UGM
Daftar 10 Tokoh Penerima Gelar Pahlawan Nasional
1.Abdurachman Wahid
Abdurachman Wahid, yang lebih dikenal dengan Gus Dur, adalah Presiden Indonesia ke-4 yang menjabat dari tahun 1999 hingga 2001.
Ia lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940, sebagai putra pertama dari enam bersaudara.
Gus Dur adalah putra dari KH Wahid Hasyim, Menteri Agama pada masa Presiden Sukarno, dan cucu dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Baca juga: SOSOK Briptu Yuli Setyabudi, Polisi Konten Viral Lagi, Kini Diduga Terlibat Penggelapan Mobil Rental
Ia dikenal sebagai ulama Islam terkemuka dan tokoh pluralisme yang sangat mendukung hak-hak minoritas, termasuk penghapusan diskriminasi terhadap warga Tionghoa di Indonesia serta pembebasan pers yang lebih luas selama masa pemerintahannya.
Gus Dur juga pernah menjadi Ketua Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Masa pemerintahannya diwarnai oleh kebijakan reformis namun juga kontroversial, hingga akhirnya dimakzulkan pada tahun 2001.
Gus Dur dihormati luas sebagai guru bangsa dan pembela Hak Asasi Manusia (HAM).
2. Jenderal Besar TNI Soeharto
Jenderal Besar TNI Soeharto adalah Presiden Indonesia ke-2 yang lahir di Jawa Tengah pada 8 Juni 1921.
Karier militernya dimulai sejak masa penjajahan Belanda dan Jepang, di mana ia awalnya menjadi anggota tentara KNIL dan kemudian bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Soeharto dikenal sebagai perwira lapangan yang tangguh dan cerdik.
Baca juga: SOSOK Mayjen TNI Hendy Antariksa, Pangdam I/BB yang Baru Jebolan Kopassus, Ini Harta Kekayaannya
Ia berperan penting dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, termasuk memimpin serangan umum 1 Maret 1949 merebut kembali Kota Yogyakarta selama enam jam. Pangkatnya terus naik hingga menjadi Brigadir Jenderal pada tahun 1960 dan Mayor Jenderal pada 1962.
Ia memimpin Komando Mandala dalam operasi pembebasan Irian Barat pada tahun 1961-1962.
Soeharto dikenal memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat dan kecerdasan taktis, meskipun ia tidak pernah menempuh pendidikan militer formal di luar negeri.
Karier militernya yang gemilang membawanya menjadi Panglima Kostrad dan kemudian mengambil alih kekuasaan dari Presiden Sukarno, menjadi Presiden Indonesia selama lebih dari tiga dekade sampai tahun 1998.
Baca juga: Profil Mayjen TNI Krido Pramono, Akmil 1997 Jadi Pangdam VI/Mulawarman, Harta Kekayaan Rp 1 M
3. Marsinah
Marsinah adalah seorang aktivis buruh perempuan asal Jawa Timur yang menjadi simbol perjuangan hak-hak pekerja di Indonesia.
Ia bekerja di pabrik jam tangan PT Catur Putra Surya di Sidoarjo dan menjadi salah satu pemimpin gerakan buruh yang menuntut kenaikan upah serta perbaikan kondisi kerja pada awal Mei 1993.
Marsinah dikenal vokal dan gigih memperjuangkan hak buruh, termasuk dalam aksi pemogokan dan perundingan dengan perusahaan.
Baca juga: Profil Muhammad Baron, Jubir Pertamina yang Baru Lulusan Universitas Katolik Parahyangan
Pada 5 Mei 1993, Marsinah diculik setelah mengunjungi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan nasib rekan-rekannya yang dipanggil militer.
Tubuhnya ditemukan beberapa hari kemudian dengan kondisi penuh luka dan bekas penyiksaan, menunjukkan ia menjadi korban pembunuhan yang tragis.
Kasusnya menjadi sorotan dan simbol penindasan terhadap gerakan buruh pada masa Orde Baru.
Marsinah dihormati sebagai pahlawan buruh yang keberaniannya melawan ketidakadilan tetap dikenang hingga kini
4. Mochtar Kusumaatmadja
Mochtar Kusumaatmadja adalah seorang akademisi, diplomat, dan tokoh hukum Indonesia asal Jawa Barat yang lahir pada 17 Februari 1929 dan wafat pada 6 Juni 2021.
Ia pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman (1974-1978) dan Menteri Luar Negeri (1978-1988) Indonesia.
Mochtar dikenal sebagai bapak hukum internasional Indonesia dan berperan penting dalam memperjuangkan pengakuan Indonesia sebagai negara kepulauan di tingkat internasional melalui konsep Wawasan Nusantara dan Deklarasi Djuanda.
Konsep tersebut diakui dalam Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) tahun 1982, yang sangat berkontribusi pada kedaulatan wilayah laut Indonesia.
Selain kiprahnya di bidang hukum dan diplomasi, ia juga aktif dalam diplomasi budaya, mempromosikan kebudayaan Indonesia di dunia internasional.
Mochtar Kusumaatmadja juga pernah menjadi Rektor Universitas Padjadjaran dan dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia di bidang perjuangan hukum dan politik.
5. Hajjah Rahma El Yunusiyyah
Hajjah Rahmah El Yunusiyyah (26 Oktober 1900 – 26 Februari 1969) adalah seorang reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan dari Sumatera Barat.
Ia dikenal sebagai pendiri Diniyah Putri, sekolah agama Islam pertama khusus perempuan di Indonesia yang didirikan pada 1 November 1923 di Padang Panjang.
Rahmah memperjuangkan pendidikan perempuan di masa ketika akses pendidikan untuk wanita sangat terbatas.
Selain sebagai tokoh pendidikan, ia juga aktif dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia dengan memelopori pembentukan unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Padang Panjang, membantu pengadaan alat dan perbekalan senjata.
Rahmah adalah sosok pemberani yang menentang norma sosial pada zamannya dengan mendalami agama secara mendalam dan mendirikan institusi pendidikan yang berfokus pada kaum perempuan.
Ia dihormati sebagai pahlawan nasional pendidikan dan tokoh inspiratif dalam memajukan pendidikan Islam dan kesejahteraan perempuan di Indonesia.
6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo
Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo adalah seorang tokoh militer penting Indonesia yang dikenal sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), sekarang Kopassus, pada masa kritis tahun 1964-1967.
Ia memainkan peran vital dalam operasi penumpasan Gerakan 30 September (G30S) yang berujung pada bubarnya PKI.
Sarwo Edhie diangkat oleh Presiden Soeharto sebagai Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) di Magelang pada tahun 1970, di mana ia membina banyak calon perwira militer.
Karier militer Sarwo Edhie dimulai saat Jepang menguasai Indonesia pada 1942, bergabung dengan PETA, kemudian memimpin berbagai batalion dan resimen di Divisi Diponegoro.
Ia juga pernah menjadi Panglima Komando Daerah Militer II Bukit Barisan dan memimpin Kodam XVII Cenderawasih di Irian Barat setelah penumpasan G30S.
Selain perannya sebagai prajurit dan komandan, Sarwo Edhie juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan dan Ketua BP-7 Pusat.
Ia adalah ayah dari Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono), istri Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono.
Sarwo Edhie dikenal sebagai tokoh yang sangat loyal kepada negara dan berani, yang turut membentuk sejarah dan keamanan Indonesia di masa orde baru, meski juga terkait dengan babak kelam dalam sejarah bangsa.
Pada 2025, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai pengakuan atas jasanya bagi bangsa dan negara.
7. Sultan Muhammad Salahuddin
Sultan Muhammad Salahuddin adalah Sultan terakhir Kesultanan Bima yang memerintah dari tahun 1915 hingga 1951 di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).
Ia dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah Kesultanan Bima, salah satu kerajaan Islam tertua di Kepulauan Sunda Kecil.
Pada masa pemerintahannya, ia melakukan berbagai pembaruan dalam bidang politik, pemerintahan, dan pendidikan, seperti mendirikan sekolah Islam dan masjid di setiap desa dalam wilayah Kesultanan Bima.
Sultan Muhammad Salahuddin juga berperan aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Pada 22 November 1945, ia mencetuskan Pernyataan Jiwa Rakyat Bima yang mendukung penuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu, ia juga menjadi Ketua Dewan Raja Pulau Sumbawa dan bersama-sama mendeklarasikan bergabungnya Federasi Pulau Sumbawa dengan Republik Indonesia.
Sebagai seorang pemimpin, Sultan Salahuddin dikenal cerdas, berilmu luas, dan sangat setia kepada negara, dengan berbagai upaya memperkuat kedaulatan dan membela hak rakyatnya di tengah tekanan kolonial Belanda dan Jepang.
Kini ia dihormati sebagai pahlawan nasional dari NTB.
8. Syaikhona Muhammad Kholil
yaikhona Muhammad Kholil, atau yang dikenal juga sebagai Mbah Kholil Bangkalan, adalah seorang ulama besar dan guru dari banyak ulama ternama di Indonesia, terutama di Jawa dan Madura.
Ia lahir pada 14 Maret 1820 Masehi (11 Jumadil Akhir 1235 H) di Bangkalan, Madura.
Ayahnya adalah KH Abdul Latif, dan Syaikhona Kholil memiliki silsilah keturunan sampai ke Sunan Gunung Jati.
Syaikhona Kholil sangat dihormati sebagai Bapak Pesantren di Indonesia dan dianggap sebagai guru dari para kiai pendiri pesantren, termasuk KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
Ia dikenal karena keilmuan agama yang luas, terutama dalam bidang fiqih dan nahwu, serta memiliki beberapa karya kitab berbahasa Arab yang membahas hukum Islam dan pernikahan.
Mbah Kholil juga berperan penting dalam mendukung berdirinya Nahdlatul Ulama dan berupaya mengatasi keraguan para ulama di awal pendirian organisasi tersebut.
Syaikhona Kholil dianggap sebagai guru spiritual dan ulama besar yang memberikan pengaruh kuat terhadap perkembangan Islam tradisional dan pendidikan pesantren di Nusantara.
9. Tuan Rondahaim Saragih
Tuan Rondahaim Saragih Garingging, juga dikenal dengan gelar Raja Raya Namabajan (1828–1891), adalah seorang penguasa Kerajaan Raya di daerah Simalungun, Sumatera Utara.
Ia dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan kolonial Belanda dan dijuluki oleh pemerintah Belanda sebagai "Napoleon der Bataks" karena perlawanan kerasnya terhadap penjajahan.
Pada masa pemerintahannya, Partuanan Raya tidak pernah takluk kepada Belanda, dan baru setelah kematiannya pada tahun 1891, wilayah tersebut jatuh ke tangan kolonial Belanda sepuluh tahun kemudian.
Tuan Rondahaim membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Simalungun dan memimpin langsung latihan pasukan untuk mempertahankan tanah Simalungun dari pengaruh luar.
Ia dipandang sebagai tokoh nasionalis yang berjuang keras mempertahankan kedaulatan wilayahnya serta menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Belanda di Sumatera Utara.
Rondahaim juga telah menerima penghargaan sebagai tokoh bersejarah dari Provinsi Sumatera Utara.
10. Zainal Abisin Syah
Zainal Abisin Syah adalah Sultan Tidore periode 1947-1967 dan merupakan Gubernur Irian Barat pertama yang menjabat dari tahun 1956 hingga 1961.
Ia lahir di Soa-Sio, Tidore, Maluku Utara, pada 15 Agustus 1912.
Zainal Abisin Syah berperan penting dalam sejarah perjuangan perebutan kembali Papua Barat ke dalam wilayah Indonesia.
Pada masa ketegangan antara Indonesia dan Belanda terkait Irian Barat, Presiden Soekarno menunjuknya sebagai Gubernur Propinsi Perjuangan Irian Barat pada 23 September 1956 dengan ibu kota sementara di Soa-Sio, Tidore.
Penunjukan ini merupakan langkah strategis Presiden Soekarno untuk melemahkan kekuasaan Belanda dengan menegaskan bahwa Irian Barat dan pulau-pulau sekitarnya adalah bagian dari wilayah kesultanan Tidore yang sejak lama masuk ke wilayah Indonesia.
Zainal Abisin Syah juga berperan aktif dalam Operasi Mandala pembebasan Irian Barat.
Pengabdiannya kepada negara dan perannya dalam memperjuangkan integrasi Papua Barat ke Indonesia diakui secara resmi dengan pemberian gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto pada 10 November 2025.
Ia dikenang sebagai tokoh sentral yang menguatkan persatuan dan kedaulatan wilayah NKRI di wilayah timur Indonesia.(ray/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/10-tokoh-penerima-gelar-pahlawan-nasional.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.