Taruna Tewas
Taruna Amirullah Dimakamkan Sore Ini, Berikut Kronologi, Senior Ditangkap hingga Sanksi Menteri
Tindak kekerasan dilakukan empat senior ke juniornya itu, kata Andre, hanya menggunakan tangan kosong, dengan target perut hingga ke ulu hati.
TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA - Usai disalatkan, jenazah korban pengeroyokan, Amirullah Adityas Putra (19), siswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara, dimakamkan Rabu (11/1/2017) sore.
Pantauan Tribunnews.com, jenazah disalatkan pukul 14.00 di Mushala Baburrahim, Jalan Warakas Gang 16 nomor16, Jakarta Utara, sebelah rumah korban.
Seorang tetangga, Dede mengatakan jenazah tiba pukul 13.30 WIB.
"Langsung disalatkan tadi karena katanya sudah dimandikan di RS Polri," kata Dede, Rabu (11/1/2017).
Berdasarkan pantauan, suasana Rumah Duka Amirullah, sudah dipadati pelayat sejak pagi.
"Katanya dimakamkan di Budhi Dharma, Semper," kata Dede.
Rencananya, setelah magrib juga akan digelar pengajian untuk mendoakan almarhum yang diketahui meninggal semalam setelah menerima beberapa pukulan di asrama STIP Marunda, Cilincing, Selasa (10/1/2017).
Sejumlah kawan dari STIP turut hadir dalam prosesi pemakaman sejak dari rumah duka.
Mereka mengenakan seragam putih lengkap dengan topi. Salah seorang dari mereka memegang foto Amirulloh.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bertindak cepat atas tragedi meninggalnya Amirulloh Adityas Putra (19 tahun), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Tingkat I Angkatan Tahun 2016 Jurusan Nautika.
Almarhum meninggal pada Selasa, 10 Januari 2017 yang diduga dianiaya oleh seniornya.
Lebih lanjut, Menhub Budi menyesalkan terjadinya tindakan kekerasan di Sekolah tersebut yang menewaskan taruna.
Pasalnya karena Kementerian Perhubungan telah berulang kali menyampaikan peringatan kepada para pengelola sekolah untuk melaksanakan standar prosedur (protap) pengawasan dan pencegahan terjadinya kekerasan di sekolah-sekolah dibawah pembinaan Kementerian Perhubungan.
"Menhub telah memerintahkan Kepala Badan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Perhubungan untuk membentuk tim investigasi internal guna melakukan investigasi mengapa kasus tersebut sampai terjadi lagi," ujar Kabiro Humas Kemenhub Bambang S. Ervan, Rabu (11/1/2017).
Baca: Saat Amirullah Ambruk lalu Tak Bernapas Para Senior Panik, Ditemukan 6 Tanda Luka Fatal
Tim investigasi internal saat ini telah dibentuk dan diketuai oleh Sekretaris BPSDM Perhubungan, Edward Marpaung.
Sebagai tindak lanjut dari kejadian tersebut, Kemenhub juga telah mengambil langkah cepat dengan membebastugaskan Ketua STIP, Capt. Weku F. Karuntu, MM dan menunjuk Pelaksana Tugas Ketua STIP.

Amirulloh Adityas Putra. (IST)
Rentetan Kejadian
Amirullah Adityas Putra (18), taruna tingkat satu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, tewas akibat tindak kekerasan dari sejumlah seniornya.
Peristiwa terjadi di Kampus STIP Lantai II Gedung Dormitory Ring 4 Kamar M205, Jalan Marunda Marunda Makmur, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (10/1/2017).
Korban yang merupakan warga Jalan Warakas III Gang 16 RT 07/014 Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dipukul di bagian dada, perut, dan ulu hati, hingga tewas oleh senior tingkat II.
Peristiwa berawal ketika senior di tingkat II sedang asyik berkumpul.
Sekitar pukul 17.00 WIB usai latihan marching band, salah satu senior di tingkat dua sekaligus pelaku, Sisko Mataheru (19), mengajak berkumpul untuk mengerjai para junior di tingkat satu.
"Kasus berawal pada pukul 17.00 WIB, usai latihan giat drum band. Seorang pelaku, yakni Sisko Mataheru, ajak berkumpul rekannya yang juga ada di tingkat II.
Sisko berencana mengerjai junior di tingkat satu yang merupakan basis alat drum atau tam-tamnya. Kemudian sekitar pukul 22.00 WIB, sebanyak enam taruna tingkat I tersebut dipanggil oleh para pelaku agar segera berkumpul di lokasi kejadian," ungkap Kanit Reskrim Polsek Cilincing AKP Andre Soeharto, Rabu (11/1/2017).
Andre memaparkan, para taruna di tingkat II selain Sisko, juga berada di lokasi kejadian, yakni Willy Hasiholan (20), Inswanto (21), dan Akbar Ramadhan (20). Keempat taruna tingkat II tersebut, lanjut Andre, langsung melakukan tindak kekerasan.
"Ada enam orang taruna tingkat I yang disuruh berkumpul oleh empat pelaku, yang merupakan seniornya di tingkat II tersebut."
"Saat para enam taruna tingkat I itu sudah di lokasi kejadian, keempat pelaku ini malah langsung memukul seluruh tubuh para juniornya. Tanpa perlawanan, junior-juniornya saat itu hanya bisa diam ketika para seniornya memukuli tubuhnya berkali-kali," papar Andre.
Andre mengatakan, aksi kekerasan yang dilakukan empat pelaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan bergantian.
Tindak kekerasan dilakukan empat senior ke juniornya itu, kata Andre, hanya menggunakan tangan kosong, dengan target perut hingga ke ulu hati.
"Saat tindak kekerasan itu terjadi, terjatuhlah Amirulloh ini tepat di depan para seniornya di tingkat II itu. Amurilloh terjatuh membuat para seniornya panik, sementara lima junior lainnya masih terlihat kesakitan saat itu.
Amirulloh terjatuh karena perut, dada, serta ulu hatinya mendapat pukulan berkali-kali yang dilakukan bergantian. Pukulan terakhir diketahui oleh salah satu pelaku yang bernama Willy," tutur Andre.
Melihat Amirulloh tak sadarkan diri, tambah Andre, Willy mengatakan ke Amirulloh bahwa mereka sama-sama tinggal di Kecamatan Tanjung Priok. Saat itu, tubuh korban ambruk di dada Willy dan tak sadarkan diri.
"Pada pukulan terakhir, dilakukan oleh pelaku bernama Willy dan sambil berkata 'Sama-sama Anak Priok, kok'. Tapi Amirulloh ketika itu tetap tak sadarkan diri.
Selanjutnya, oleh para pelaku bersama saksi lainnya di lokasi, menggotong tubuh Amirulloh ke tempat tidur. Para pelaku pun panik, dan selanjutnya langsung menghubungi seniornya yang di tingkat IV," beber Andre.
Kapolsek Cilincing Kompol Ali Yuzron menambahkan, korban yang saat itu tak sadarkan diri, langsung dibawa oleh para pembina dan piket medis di STIP. Sekitar pukul 01.45 WIB, maut sudah merenggut nyawa Amirulloh.
"Mengetahui kondisi korban ini tidak bernyawa, setelah diperiksa dokter piket STIP, kejadian itu selanjutnya dilaporkan ke Polsek Cilincing.
Empat Pelaku Resmi Tersangka
Penyidik Kepolisian Resor Metro Jakarta Utara dan Kepolisian Sektor Cilincing telah menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam perkara kematian taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) bernama Amirullah Adityas Putra (18).
"Kemarin Kapolres Metro Jakarta Utara telah menetapkan tersangka terhadap pengeroyok korban," kata Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Inspektur Jenderal Polisi M Iriawan di Jakarta, Rabu.
Iriawan mengatakan penyidik telah mengantongi cukup bukti untuk menetapkan empat taruna senior yang diduga menganiaya Amirullah itu sebagai tersangka. Keempat siswa tingkat dua STIP yang ditetapkan sebagai tersangka inisialnya SM (19), WH (20), I (21) dan AR (19).
Menurut Iriawan, penyidik kepolisian sudah melakukan olah tempat kejadian perkara dan mengautopsi jasad Amirullah guna memastikan penyebab kematian korban.
Berdasarkan hasil autopsi, korban mengalami luka lebam pada bagian dada, perut dan ulu hati, diduga akibat benturan benda tumpul.
Amirullah Adityas Putra alias Amir (18) pada Rabu (11/1) dini hari meninggal dunia, diduga akibat dianiaya empat taruna seniornya di asrama pada Selasa (10/1/2016) malam.
Amir tidak sadarkan diri usai kena pukulan di dada, perut dan ulu hati dari empat seniornya. Keempat senior Amir sempat membawa dia ke tim medis pada Rabu dini hari, namun nyawanya tidak tertolong.
Petugas medis dan beberapa saksi mata kemudian melaporkan kejadian itu ke Kepolisian Sektor Cilincing Jakarta Utara.
Duka Nestapa Keluarga
Keluarga pun mempertanyakan bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan di STIP, pasalnya kejadian ini bukan yang pertama.
Seperti yang diungkapkan paman Amirullah, Nur Arifin, saat menunggui jenazah di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Rabu (11/1/2017) siang.
"Ini kejadian kesekian kalinya. Yang harus dipertanyakan bagaimana sebenarnya bentuk pengawasan terhadap para taruna di sana?"
Padahal, kata Arifin, saat hendak masuk pertama kali ke STIP, keluarga Amirullah bertanya sekaligus memastikan kepada pihak STIP bahwa tidak ada kekerasan terhadap junior, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Saat itu mereka (pihak STIP) bilang sudah tidak ada kekerasan lagi. Tapi ini terjadi menimpa anak kami," ujarnya.
Arifin mengungkapkan, akibat tindakan kekerasan itu keponakannya mengalami luka-luka di sejumlah badan.
"Di wajahnya terlihat lebam. Tapi katanya yang menyebabkan dia meninggal saat dipukul di bagian perut sama ulu hati. Nanti kita tunggu saja hasil autopsi," jelasnya.
Kata Arifin, keluarga sebenarnya selalu memperhatikan kondisi kesehatan Amirullah mengingat proses pendidikan di STIP diketahui sebagian merupakan pembejalaran kekuatan fisik.
Baca: Selain Tewasnya Amirullah, Inilah Sederet Kasus Penganiayaan di Sekolah Pelayaran
"Kondisi Amir baik-baik saja. Dia juga tidak pernah mengeluh," ujar Arifin.
Arifin dan keluarga besar meminta polisi mengusut tuntas kejadian ini.
Ia juga bilang, kasus yang menimpa keponakannya agar bisa dijadikan pelajaran berharga di kemudian hari.
"Harus diusut tuntas dan pelaku bisa diadili atas tindakannya ini. Supaya tidak terjadi lagi tindakan kekerasan seperti ini," jelasnya.
Punya Saudara Kembar
Beginilah kebersamaan antara saudara kembar Amarullah dan Amirullah Adityas Putra yang terekam dalam sebuah foto.
Belakangan Amir pergi untuk selama-lamanya usai tewas dikeroyok kakak seniornya sesama taruna di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Diketahui korban yang bernama Amirullah Adityas Putra mendapat tindak kekerasan di Lantai II Gedung Dormitory Ring 4 Kamar M205 Jalan Marunda Makmur, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (10/1/2017) malam.

Amirullah Aditya Putra bersama saudara kembarnya Amarullah Aditya Putra
Mereka berdua seperti yang diperlihatkan dalam akun media sosial Amir tercatat pernah menempuh pendidikan di SMPN 65 Jakarta.
Sejak lulu SMP mereka berdua mengambil jurusan pendidikan yang sama yakni pelajaran, namun berbeda sekolah.
Jika Amir memilih melanjutkan pendidikannya di STIP Kemenhum, maka Amar melanjutkan sekolah ke Akademi Maritim Indonesia (AMI) Pulomas.
Saat mereka memposting foto kebersamaan mereka berdua selalu saja ada yang bercanda, mereka bertanya, "kok mirip?" tanya seorang temannya.
"Namanya juga kembar, wkwkw," jawab Amir sambil tertawa.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/amirullah-adityas-putra_20170111_154343.jpg)