Tribun Ramadan

Kisah Penggali Kubur, Dari Preman hingga Bertaubat karena Bertemu Imam yang Tak Basah Kena Hujan

Kalam Wibowo (51) dulunya adalah seorang pemuda berperawakan keras dan hidup luntang lantung bak preman.

Tribun-Medan/ Fatah Baginda Gorby
Kalam Wibowo saat bertemu di kediamannya di Jalan Patriot, Medan. 

Pada masa-masa itu, Kalam melewati hal yang mungkin menurut orang menyeramkan namun menurutnya biasa saja.

"Saya pernah menggali tanah untuk seorang mayat, namun mayat itu seakan tak mau dimasukkan ke tanah," katanya.

Tanah yang sudah digali Kalam itu seakan menyempit. Setelah digali dan terus digali, si mayat tetap tak bisa dimasukkan.

Akhirnya, ia meminta izin keluarga sang mayit untuk memijak kaki si mayit agar bisa bertekuk. Lalu dipaksa masuk ke tanah.

Pernah juga ia menggali makam yang sudah puluhan tahun, namun kondisi mayat utuh sama sekali.

"Kulit-kulitnya masih kencang, wajahnya putih, kafannya bersih," jelasnya.

Namun perangai keras dalam dirinya berubah drastis dan iapun bertaubat karena satu hal.

Kalam bercerita, Imam Besar Masjid Agung, Hasan Maksum adalah orang yang membuatnya berubah hingaa menjadi seperti saat ini.

Kala itu, ia pernah pulang bersama Imam Hasan Maksum. Tiba-tiba hujan turun sangat lebat. Ia terkejut karena imam tersebut tidak basah terkena hujan, sedangkan dirinya basah kuyup.

"Saya yang telah basah kuyup, namun ia (sang imam) yang hanya menutup kepalanya dengan sebuah map, tidak basah sama sekali," katanya.

Pengalaman itu membuat Kalam berguru kepada sang Imam.

Setelah tahu profesi anak muridnya, sang guru menyuruh kalam untuk menatap nisan orang yang telah dikuburkannya seharian.

"Awalnya biasa saja, enggak ada yang menarik, tapi setelah saya baca tulisan di nisan itu yang menerangkan waktu lahirnya, dan meninggalnya, saya jadi menangis," jelasnya.

Sang guru mengatakan kepadanya, orang yang mati itu tak tahu orang lain apa bekalnya. Hanya kita sendiri yang tahu apa bekal yang akan dibawa nanti.

Kata-kata itu yang membuat Kalam berubah. Ia lalu melanjutkan dirinya menjadi asisten bilal mayit hingga menjadi seorang bilal berpengalaman.

"Mulai dari memandikan potongan tubuh, mayat yang hanyut dan lembek, hingga mayat orang bunuh diri itu sudah hal biasa," katanya.

Bagi Kalam profesi itu selain mencari nafkah adalah ibadah. Ia mengaku tidak mematok harga untuk keluarga yang berduka.

Yang jelas, ia menikmati profesi yang digelutinya selama ini. Bahkan, istrinya, Basyariah juga seorang bilal mayit wanita.(*)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved