Dicoret Sebagai Penceramah, Tengku Zulkarnain Ungkap Dirinya Mantan Dosen USU yang Pancasilais

Ketua DP P3M Agus Muhammad, menuturkan ada 5 hal kriteria menentukan masjid teridentifikasi radikal atau tidak.

Tengku Zulkarnain 

"Kemudian survey dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Syarif Hidayatullah Jakarta, dari responden 1522 siswa, dan 377 mahasiswa di 34 provinsi, temuannya 58 persen berpaham radikal, kemudian 37 setuju dengan jihad terhadap non muslim, kemudian semuanya menerima informasi itu melalui internet," tambahnya.

"Kemudian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang juga melakukan beberapa survey berkali-kali dan ini yang ditanggal 30 Oktober 2018, dengan responden 1800 mahasiswa di 9 provinsi bahwa ada peningkatan intoleransi di negeri ini," jelas Guntur.

Menurut penuturan Guntur, beberapa lembaga survey, membedakan antara Intoleransi dengan Radikalisme.

"Intoleransi itu sikap tidak terima dengan kelompok yang lain, dengan kata lain tidak mau toleransi, sedangkan Radikal itu sudah mendukung kelompok-kelompok seperti khilafah, seperti ISIS, atau terlibat dalam kegiatan kekerasan seperti Jihad dalam arti kekerasan," jelasnya.

"Di situ dapat disimpulkan, ada persoalan serius terhadap radikalisme di negeri ini," terang Guntur.

"Kemudian hasil survey ini yang lebih penting kita perlu membaca semuanya berasal dari lembaga independen, jadi jangan sampai di framming ini merupakan kerjaan pemerintah, apalagi BIN atau Kemenag dianggap mengawasi masjid-masjid, karena ini adalah survey dari lembaga independen, jadi jangan kemudian memakai framming, negara ketakutan jadi kemudian melakukan pengawasan terhadap masjid-masjid, itu tidak benar," jelasnya.

"Oleh karena itu kita melihat, ada dua persoalan di bangsa ini bang, pertama masalah intoleransi dan yang kedua adalah masalah korupsi, dan kedua masalah ini bergelindan dalam soal politisasi agama," terangnya.

Kemudian Guntur juga menjelaskan, alasan mengapa wacana radikalisme semakin lama semakin menguat dan mengapa seseorang bisa menjadi radikal.

Menurut penelitian dari Wahid Foundation, bahwa seseorang yang ingin menjadi radikal karena ia merasa terancam.

Yang kedua lantaran ia banyak mengkonsumsi pesan-pesan kebencian.

Pesan-pesan kebencian tersebut datang dari media sosial atau khutbah-khutbah.

Dan yang ketiga adalah pemahaman yang salah terhadap jihad, bahwa jihad hanya kekerasan dan merupakan tindakan kekerasan bagi agama yang lain.

Hal tersebut merupakan pemahaman yang keliru terhadap jihad.

Guntur Romli, Selasa (27/11/2018)
Guntur Romli, Selasa (27/11/2018) (capture Youtube ILC)

Tengku Zulkarnain : Penelitian Abal-Abal ini

Tengku Zulkarnain mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah menolak Pancasila.

Hal tersebut diungkapkan berdasarkan lima point yang diungkapkan oleh Ketua P3M Agus Muhammad yang menyebutkan bahwa salah satu indikasi radikal yakni sikap nya terhadap konstitusi nasional.

Lantas dirinya memberikan penjelasan lebih lanjut terkait pernyataannya tersebut.

"Saya pegawai negeri 30 tahun, dosen di Universitas Sumatera Utara, pensiun dengan baik, dibayar gajinya setiap bulan Rp4,2 juta, saya lulus penataran 120 jam dan saya bisa menatar tingkat manggala. Kurang apa diragukan kepancasilaan saya?, " ucapnya.

Tengku juga mengungkapkan bahwa dirinya merupakan Wakil Sekjen MUI yang dipilih di Munas, sedangkan dirinya bukan perwakilan dari NU maupun Muhammadiyah.

"Saya Pancasilais lho pak, aturan Undang-Undang itu yang saya lakukan" ucap Tengku Zulkarnain.

Tengku Zulkarnain lantas menyebut hasil penelitian Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) adalah abal-abal.

Tengku Zulkarnain bahkan menyindir Badan Intelejen Negara (BIN) yang percaya dengan penelitian tersebut.

"Penelitian ini saya katakan abal-abal,".

"Enggak kelas lah, 100 masjid diawasi cuma 4 kali khutbah. Setahun 1 masjid itu 52 kali khutbah,".

"Dan satu masjid di Jakarta ini umumnya hanya 1-2 kali khutbah dalam setahun, kalau 4 kali khutbah, saya enggak akan masuk itu (sambil menunjuk ke perwakilan P3M), atau mungkin masuk diawasi dari 52 khutbah," ungkap Tengku Zulkarnain.

"Ternyata kan tidak semua BUMN coret, saya di masjid BUMN belum dicoret, sudah 19 tahun," jawab Tengku Zulkarnain.

"Tapi begitu direksi Garuda Indonesia berubah bulan lalu saya dicoret,".

"Ini mungkin gara-gara penelitian abal-abal ini," imbuhnya disambut tepuk tangan penonton dan tawa dari Ketua DP P3M Agus Muhammad.

tengku zulkarnain
tengku zulkarnain (Capture/YouTube/Indonesia Lawyers Club)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Soal Survey 41 Masjid Terpapar Radikalisme di ILC, Begini Ragam Tanggapan Narasumber yang Hadir

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved