Kisah NH Dini Ungkap Alasan Tinggal di Panti Jompo dan Rela Berpisah dari Kedua Anaknya

Anak pertama Marie-Claire Lintang dan anak kedua Pierre-Louis Padang Coffin yang merupakan animator terkenal di dunia.

Editor: Tariden Turnip
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Novelis NH Dini merayakan ulang tahunnya yang ke-76 pada 29 Februari dengan meluncurkan karya terbarunya. NH Dini meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas di jalan tol Semarang, Selasa (4/12/2018) 

NH Dini meninggalkan dua putra dan empat cucu.

Anak pertama Marie-Claire Lintang dan anak kedua Pierre-Louis Padang Coffin yang merupakan animator terkenal di dunia.

Lintang saat ini tengah perjalanan pulang ke Semarang dari Bandung.

Sementara Padang sedang di Prancis.

"Sepertinya tidak menunggu Padang, besok dilakukan kremasi," ucapnya.

Abi Hasantoso, penulis di kompasiana, menuturkan pengalamannya pertama bertemu mendiang dalam tulisan berjudul: Pada Satu Kesempatan Bertemu NH Dini di kompasiana, Selasa (4/12/2018).

Saat itu 24 Februari 1990 di Semarang, Jawa Tengah, NH Dini hadir sebagai pembicara bersama Gola Gong, dalam acara "Temu Pers Sekolah" yang diselenggarakan kantor tempatnya bekerja, Majalah HAI dan Pemkot Semarang. 

Usai acara Abi Hasantoso sempatkan ngobrol dengan NH Dini bersama Redaktur HAI Dharmawan Handonowarih.

Topik obrolan tentu saja tak jauh dari dua bukunya yang jadi bacaan wajib buku sastra saat itu, "Pada Sebuah Kapal" dan "Namaku Hiroko". 

Dua buku itu sebetulnya semacam catatan pribadi jalan hidupnya yang sempat menjadi seorang pramugari, menikah dengan diplomat asal Perancis, dan berpisah dengan suaminya dan dua anaknya. 

Lalu ia bercerita tentang pilihan untuk hidup sendiri tanpa menikah lagi dan tinggal di panti jompo bersama orang-orang yang usianya jauh lebih tua dibanding dirinya.

"Anak-anak saya tinggal di Perancis. Mereka punya kehidupan sendiri. Saya tak ingin mengganggu. Saya bahagia tinggal di panti jompo," ungkap NH Dini. 

Abi mengaku tidak berani bertanya lebih jauh atas pilihannya tinggal di rumah jompo. 

Padahal saat itu usianya belum termasuk lansia.

Bahkan Abi terkesan dengannya sebagai perempuan yang tegar, mandiri, dan menjalani hidup tanpa ingin merepotkan orang lain, bahkan kepada anak-anaknya. 

Sutradara Minions

Pierre Coffin, sutradara Despicable Me 2, adalah putra novelis terkemuka NH Dini dengan diplomat Prancis, Yvess Coffin.

Kariernya dalam film animasi sebenarnya dimulai sejak ia bersekolah di Gobelins di Paris, Prancis.

Sutradara berusia 51 tahun itu tak menampik ketika ditanya apakah benar ia berdarah campuran Indonesia-Perancis dan putra NH Dini.

Namun, ia mengaku tidak bisa berbahasa Indonesia dan tak mengikuti karya-karya ibunya.

"Sebenarnya agak aneh karena karya-karya ibu saya tidak pernah diterjemahkan dalam bahasa Prancis, jadi saya belum pernah membaca buku-buku klasik tulisannya. Saya tidak tahu benar persepsi orang-orang tentang ibu saya," ujarnya dalam wawancara yang dimuat situs VOA Indonesia pada 15 Juli 2013.

Pierre Coffin, sutradara film-film Despicable Me, berfoto bersama para Minion.

Pierre Coffin, sutradara film-film Despicable Me, berfoto bersama para Minion. Coffin adalah anak kedua NH Dini. (Universal Pictures and Illumination Entertainment - 2010 Universal Studios)

Namun, ia tahu kalau banyak orang yang mengagumi karya ibunya.

Ia pun sedikit tahu mengenai karya ibunya dari informasi teman-teman ibunya di Prancis.

"Karena saya tidak paham kata-kata Indonesia, maka saya sering bertanya kepada teman-teman ibu saya," ucapnya.

Coffin mengaku bangga dengan karya-karya NH Dini yang ia sebut ditulis berdasarkan pendekatan cerita kehidupan keluarganya.

"Tentunya saya sangat bangga, tapi juga malu pada diri sendiri karena ternyata ia banyak menulis tentang kami sebagai keluarga. Saya sebenarnya sangat berkeinginan untuk membaca buku-bukunya," tambahnya.

Seperti halnya orang-orang lain yang punya darah Indonesia, misal Presiden AS Barack Obama, ia pun kangen makanan Indonesia.

"Makanan Indonesia favorit saya nasi goreng," jawab Pierre Coffin sambil tertawa.

Sebagai keluarga diplomat, Pierre menjelaskan berbagai latar belakang budaya yang ia pelajari dan dialaminya semasa kecil, termasuk budaya-budaya Indonesia.

Ia mengatakan ketika masih kecil sering diajak ibunya ke Kedutaan Besar Indonesia di negara tempat mereka menetap.

Sampai sekarang, ia mengaku masih ingat irama musik tradisional Indonesia yang selalu membawa ingatannya kembali ke masa lampau.

"Makanan Indonesia, buat saya adalah hidangan paling enak di seluruh dunia. Dan bahasa Indonesia, menurut saya adalah bahasa yang sangat indah, seperti alunan musik," ujarnya.

Makanya, ketika ia menyuarakan Minions dalam film Despicable Me, ia pun menggunakan bahasa Indonesia di antara berbagai bahasa lainnya.

"Setiap kata-kata lucu saya gunakan dengan cara menarik, mungkin Anda mendengar saya menggunakan kata 'terima kasih'," katanya.

Meski demikian, kata tersebut mungkin tidak jelas terdengar karena sebenarnya yang ditekankan adalah sonority atau resonansi suaranya.

Sutradara film Hollywood ini memang tetap rendah hati meskipun telah meraih ketenaran dan kesuksesan.

Latar belakang budaya yang beragam justru membuat Pierre menganggap kesuksesannya ini bukan hal utama untuknya.

Bagi putra NH Dini ini, kebahagiaan justru didapatkan dari keluarga, istri, dan anak-anaknya.

Artikel ini dikompilasi dari beberapa artikel di kompas.com berjudul " NH Dini di Mata Keponakan, Sosok yang Tekun dan Mandiridi Tribunjateng.com dengan judul Kronologi Lengkap Kecelakaan yang Menyebabkan Sastrawan NH Dini Meninggal dan artikel abi hasantoso di kompasiana berjudul: Pada Satu Kesempatan Bertemu NH Dini

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved