Pelecehan Seksual Dosen USU terhadap Mahasiswi Bikin Jelek Nama Kampus,Dekan Berharap Tidak Terulang

Muryanto Amin tidak mau kejadian serupa terulang kembali dan menjadi perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat.

Penulis: Satia |
TRIBUN MEDAN/Satia
Pelecehan Seksual Dosen USU terhadap Mahasiswi Bikin Jelek Nama Kampus,Dekan Berharap Tidak Terulang. Dekan FISIP USU Muryanto Amin. 

Tribun : Benefit apa yang anda terima setelah penelitian itu?
Mawar : Karena sudah ikut membantu survey proyek tersebut aku diberi Rp 250 ribu sebagai uang capek dan ongkos. Menurutku itu sudah menjadi hakku atas kerjaku sehingga kuterima

Tribun : Kemudian apa lagi yang terjadi?
Mawar : Seminggu setelahnya, si HS kembali menghubungi aku. Pada hari Selasa tanggal 25 Juli 2017, HS mengajakku bergabung proyek penelitiannya di Serdang Bedagai. Penelitian kali ini tentang BKKBN. Sebelumnya kami berkomunikasi via chat whatsapp, dia menjelaskan bahwa akan ada team dan aku mengenal baik orang-orang yang disebutkannya

Tribun : Apakah kali kedua mengikuti penelitian anda langsung turut serta bersama sang dosen?
Mawar : Aku kembali diizinkan orangtua yang membuatku tertarik untuk kembali ikut karena sebelumnya dia menawarkan untuk mengajariku SSPS. Wajar saja aku tertarik karena memang dalam waktu dekat aku akan skripsian dan aku tahu butuh pengetahuan untuk itu

Tribun : Kemudian apa yang terjadi?
Mawar : Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 11 pagi. Kami bertemu di RM Cindelaras Serdang Bedagai. Aku juga membawa peralatan mandi dan pakaian di dalam tas punggungku. Pada saat itu aku memakai baju lengan panjang dilapisi jaket dan celana jeans. Setelah kami bertemu sekitar pukul 1 siang, dia bilang untuk makan siang di RM Cindelaras. Saat kutanyakan di mana tim yang lain, dia bilang nanti nyusul. Kemudian kami bergerak ke hotel di seberang RM Cindelaras

Tribun : Apakah anda ingat persis lokasi hotel tersebut?
Mawar : Lokasi hotelnya tapi agak melewati RM. Dia mengatakan 'kita check in aja dulu biar gak ribet, sore baru bergerak ke masyarakat' Akupun menyetujuinya. Pada saat mau check in aku merasa aneh. Ia memesan kamar dengan dua bed dengan alasan lebih murah tapi kutentang dengan alasan tidak akan nyaman dan pandangan buruk terhadap kami

Tribun : Kemudian bagaimana penolakan yang anda lakukan?
Mawar : Aku mengira pasti sudah ada dana untuk penelitian, jadi bagaimanapun tidak ada alasan murah. Akhirnya dia setuju check in beda kamar. Setelah melihat kamarnya beralih ke kamarku. Dia minta izin masuk dengan alasan mau diskusi sebentar dan aku diminta membaca kuesioner yang dia buat. Bagiku karena HS yang membuat kurasa tidak ada kesalahan

Tribun : Kemudian apa yang terjadi?
Mawar : Perasaan tidak enakku semakin kuat, kami hanya berdua di dalam kamar. Pintu kamar ditutup dengan alasan supaya AC tidak keluar ruangan kamar. Dia memulai obrolan dengan mengaku tidak bisa tidur karena minum kopi. Aku masih tetap merespon obrolan sesuai batasan dosen dan mahasiswi. Aku masih sibuk memainkan hpku. Aku chat dengan pacarku saat itu dan mengadu mengenai situasi dan perasaanku saaat itu

Tribun : Apa yang anda rasakan saat itu?
Mawar : Aku minta tolong. Aku ingin kabur. Pacarku mendorongku untuk keluar dari kamar secepatnya. Pacarku tetap menemaniku dari whatssap. Tiba - tiba HS mengambil powerbank dari atas pahaku dan meminta HPku agar dicarger saja. Permintaan itu karena takut hp mati dan tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun

Tribun : Kemudian apa yang terjadi selanjutnya?
Mawar : Ia diam sejenak. Aku melihatnya sedang memperhatikan wajahku.Tatapannya benar-benar memuakkan. Aku semakin takut. Tiba-tiba dia mendekatiku dan alat kelaminnya mengenai pahaku. Aku panik dan melompat dari tempat tidur bergegas ke arah pintu, keluar dan berlari ke lantai bawah.

Tribun : Lantas siapa yang pertama anda temui?
Mawar : Aku bingung apa yang harus kulakukan. Kemudian bertanya ke resepsionis apakah teriakan dari kamar atas akan terdengar ke bawah dan mereka bilang tidak akan dengar. Sambil mondar mandir dan menelepon mamaku dan bilang akan pulang. Aku takut. Tapi aku juga harus bersikap biasa aja. Aku harus tenang dan gak boleh nangis. Aku gaboleh ketahuan. Mamaku pun menyuruhku untuk segera pulang. Tak lama setelah itu HS meneleponku menayakan aku dimana

Tribun : Lalu apa yang anda lakukan?
Mawar : Kubilang aku harus pulang karena Bapaktuaku meninggal. Alasanku diragukan namun aku tak peduli. Dia menawarkan mengantar sampai ke pinggir jalan raya untuk mengambil bus sembari menyodorkan uang Rp 100 ribu sebagai ganti ongkos

Tribun : Setelah itu apakah anda menerima uang tersebut?
Mawar : Uang itu akhirnya kuterima karena dia tidak memperbolehkan aku pulang sebelum menerima uang itu

Tribun : Apakah hanya anda saja yang menerima perlakuan serupa dari pelaku?
Mawar : Tidak, kami ada tiga orang yang diduga menerima perlakuan yang sama, modusnya juga penelitian

Mawar : Kampus ingin berita ini tidak keluar,kami diminta menjaga nama baik kampus.Kami diberikan ultimatum, saya diminta untuk tidak dendam dengan siapapun

Tribun : Apakah hanya itu respons dari pihak kampus yang anda terima?
Mawar : Bahkan ada oknum dosen yang memegang jabatan di kampus itu. Dia hanya simpatik di depan kami saja di bepakang mereka menjelek-jelekkan. Bahkan dia memberikan alasan bahwa seorang korban mereka nilai genit, memiliki tubuh yang menggairahkan

Tribun : Apa yang membuat anda berani berbicara dengan media?
Mawar : Awalnya aku menunggu skripsiku kelar agar kasus ini tidak mengganggu skripsiku. Aku berani ngomong ini karena telah kutahan beberapa lama

Tribun : Bagaimana respons orang-orang terdekat anda?
Mawar : Banyak yang menilai aku berlebihan. Namun menurutku ini agar korban lain mau berbicara.Jangan dibungkam siapapun dan demi apapun. Menurut saya ini merugikan mental, psikologis kami kaum perempuan. Salah satu korban mengaku kepadaku ditekan di kampus

(cr19/Tribun-Medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved