Penjelasan Pemprov Sumut Soal Wisata Halal di Danau Toba yang Memicu Polemik
Ada yang mendukung, namun banyak juga yang menolak, terutama dari kalangan masyarakat yang bermukim di Kawasan Danau Toba.
Penulis: M.Andimaz Kahfi |
Misalnya ada wisatawan dia muslim. Jadi tidak ada menyinggung apapun. Jadi yang dipikirkan Pak Gubernur itu luar biasa sebenarnya.
Supaya kita bisa menghandle wisatawan yang dari negara muslim dan non muslim," sambungnya.
Ria Nofida mencontohkan, misalnya ada wisatawan vegetarian.
Itu tentu membutuhkan tempat restoran yang khusus vegetarian.
Nah itu tentu harus diimbau kepada masyarakat disana, kalau ada restoran vegetarian tentu akan memudahkan dan membuat nyaman wisatawan yang memakan makanan khusus vegetarian.
Untuk aksesibilitas, apakah gampang menuju Danau Toba. Nah, hal ini tentu harus dipikirkan. Salah satu akses gampang ke Danau Toba itu adalah membuat Jalan Tol. Yang tadinya 4 jam akses kesana dan sekarang telah berkurang 1,5 jam. Lalu membuat Bandara Silangit, yang tentunya memudahkan wisatawan.
"Itu akan kita terapkan di program yang akan datang.
Mari kita buat di daerah yang tidak ada pola itu menjadi ada.
Seperti akses jalan setapak dan kebersihan, sehingga membuat nyaman.
Termasuk tempat ibadah yang nantinya akan disampaikan kepada pemerintah setempat. Karena mereka tentu lebih bijaksana menyediakan konsep tersebut.
Hal itu yang disampaikan gubernur dan tidak lebih," tuturnya.
Menambahi pernyataan Kadis Pariwisata, Fitriyus mengatakan bahwa target untuk menjadikan pariwisata Danau Toba jadi destinasi dunia, bukan hanya dari satu agama.
Kalau boleh jujur direct yang paling banyak, direct penerbangan dari negara Malaysia ke Danau Toba.
"Kami terakhir empat bulan yang lalu, justru mohon maaf.
Inilah salah satu kendala.
Wisatawan itu bilang, mereka terkendala tempat ibadah.
Tentu akan sangat dibutuhkan tour guide, yang mengingatkan waktu ibadah serta ibadah. Karena dimana-mana pasti seperti itu," ujarnya.
Seperti di Penang ada penjual makanan yang muslim dan halal, dan seperti di Thailand, kata halal bukan bermaksud mengislamkan.
Justru untuk memberikan kemudahan kepada siapapun yang datang.
Fitriyus mencontohkan, bahwa beberapa waktu yang lalu ia pergi ke suatu tempat di Kota Medan.
Tempatnya bagus dan layak untuk menjadi referensi.
Namun, karena saat ingin menjalankan ibadah salat tidak ada Musala di tempat tersebut, Fitriyus lalu menjadi tidak nyaman. Karena Musalanya tidak ada.
"Kalau seandainya itu ada tempat salat, tentu saya akan merekomendasikan tempat itu. Tapi karena tidak ada tempat untuk menjalankan ibadah, estetika yang dimiliki menjadi kurang," sebutnya.
Fitriyus menjelaskan bahwa hal itulah yang mungkin melatarbelakangi gubernur berniat untuk membuat tempat wisata ada label (halal), agar memudahkan dan membuat wisatawan menjadi nyaman saat berkunjung, sehingga kedepan Danau Toba bisa menjadi destinasi dunia.
Bukan dikotomi semua nanti di daerah tersebut harus diislamkan, bukan seperti itu.
"Saya pribadi mengakui agak susah memang untuk mencari makanan halal di sana.
Padahal turis luar dari negeri Jiran Malaysia dan Singapura yang banyak datang," jelas Fitriyus.
(mak/tribun-medan.com)