Menteri Agama Lukman Hakim dan Ketua Umum GP Ansor Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Ini Pesannya

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sempat bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan

Editor: AbdiTumanggor
ISTIMEWA/INSTAGRAM
Pertemuan Menag Lukman Hakim dan Ketua Umum GP Ansor dengan Paus Fransiskus 

Dan Paus menjawab pelan-pelan dalam bahasa Inggris “ya tentu saya doakan,” papar Dewi selanjutnya.

Dewi Praswida  bertemu dan bersalaman dengan Paus di Basilika Santo Petrus, Vatikan, hari Rabu (26/6) lalu.
Dewi Praswida bertemu dan bersalaman dengan Paus di Basilika Santo Petrus, Vatikan, hari Rabu (26/6/2019) lalu.

Foto Dewi, yang dengan dua tangan menggenggam erat tangan Paus dalam pertemuan hari Rabu (26/6/2019) lalu, mendunia.

Ia dinilai benar-benar mewakili dialog lintas agama yang ditekuninya sejak bergabung bersama jaringan Gusdurian dan kelompok persaudaraan lintas agama beberapa tahun terakhir ini.

‘’Saya mengikuti jaringan Gusdurian dan persaudaraan lintas agama karena saya melihat Indonesia yang tadinya beragam, akhir-akhir ini sedikit berubah.

Ada pihak yang selalu merasa dirinya paling benar. Nah saya jadi tertarik ingin membangun jembatan," ujarnya.

"Mungkin niat saya terlalu ketinggian yaa, tapi saya ingin sekali mengurangi kecurigaan-kecurigaan yang akhirnya membuat orang mudah menghakimi dan berujung pada kebencian,” dia menambahkan.

Selepas menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Negeri Semarang, Dewi melanjutkan pendidikan strata dua di Unika Soegijapranata di kota yang sama.

Meskipun fokus studinya pada isu lingkungan dan perkotaan, Dewi tertarik mempelajari lebih jauh tentang dialog lintas agama.

Berbekal rekomendasi dari Keuskupan Agung Semarang dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), ia mengajukan permohonan beasiswa ke Nostra Aetate Foundation di Vatikan.

Kondisi di Indonesia Beberapa Tahun Terakhir, Memicu Ketertarikan Studi Lintas Agama

Selama kurang lebih enam bulan, sejak Februari lalu, Dewi belajar tentang berbagai hal terkait studi lintas agama.

“Beasiswa itu fokus untuk dialog lintas agama, tetapi kita diberi keleluasaan untuk mengambil mata kuliah tersendiri.

Saya memilih mata kuliah seperti Sejarah Agama-agama Besar Dunia, Theology in Contrast – yang mempelajari perbedaan pandangan melihat satu peristiwa dari agama berbeda, misalnya soal turunnya wahyu yang dikaji dari sudut pandang Islam dan Kristen.

Ini menarik bagi saya dan banyak hal baru yang saya pelajari. Karena difasilitasi oleh pemberi beasiswa dan di sana itu pusat Katholik dunia, maka saya juga tertarik ambil mata kuliah yang berkaitan dengan keKhatolikan.

Saya ingin sekali mengetahui persis pandangan mereka sehingga dapat menepis kecurigaan yang sering ada dari masing-masing kalangan.”

Diwawancarai VOA Minggu malam (30/6/2019) lalu, sehari setelah tiba di tanah air, Dewi mengisahkan bagaimana ia kerap belajar satu kelas dengan sejumlah Pastor (Romo/Biarawan) dan Suster (Biarawati)  Katholik, yang akhirnya justru menjadi teman baiknya.

“Nah ada satu kelas di Theology in Contrast di mana semuanya Pastor dan hanya ada tiga perempuan, di mana dua orang di antaranya adalah Suster (Biarawati) dan satunya ya saya!

Bahkan pernah pada suatu hari kedua teman suster saya tidak hadir dan saya sendirian di kelas, diantara teman-teman pastur yang semuanya berjubah hitam.

Tetapi mereka semua sangat baik pada saya. Jadi saya menilai mereka sebagai teman kuliah, yang hanya saja mengenakan seragam berbeda. Itu saja.”

Tak Sedikit yang Mengkritisi Studi & Pertemuan dengan Paus

Dewi menyadari bahwa tidak semua orang dapat memahami pilihan studi yang ditekuninya. Apalagi setelah kemudian foto pertemuannya dengan Paus Fransiskus mendunia.

Ia menyampaikan hal itu dengan lirih pada VOA.

“Memang ada orang-orang yang curiga, lalu menuduh dan menilai saya sudah dikristenisasi. Ada juga yang mengkritisi karena saya salaman dengan yang bukan muhrim.

Saya sebenarnya ingin meluruskan mereka, menjawab hal itu dengan apa yang saya tahu dan pelajari. Tapi saya tidak ingin bertengkar dengan teman karena bisa jadi perselisihan panjang, mereka lebih ngeyel. Saya tidak ingin begitu, jadi saya biarkan saja.

[Dalam konteks itu, bagaimana kita bisa menjadi jembatan dan membangun dialog ketika tahu persis pandangan kita bakal memicu perdebatan panjang?]

“Saya tunjukkan saja bahwa pertemanan saya dengan orang Kristen atau agama apapun, tidak akan menggoyahkan keimanan saya pada Islam.

Menurut saya dengan menunjukkan hal itu jauh lebih efektif dibanding saya berusaha menjelaskan panjang lebar dan akhirnya berujung jadi perselisihan.  Dengan demikian kita bisa menunjukkan bahwa perbedaan iman bukan sekat untuk bersaudara,” pungkasnya. (*)

Baca: Terkait Kerusuhan Aksi Unjuk Rasa di Jakarta, 1.489 Orang Ditangkap, 380 Telah Ditetapkan Tersangka

Sebagian telah tayang di Kompas.com dengan judul: Bertemu Paus di Vatikan, Ini yang Disampaikan Menag Lukman dan Bertemu Paus Fransiskus, GP Ansor Bawa Misi Perdamaian Islam ke Vatikan dan  di Tribunnews.com dengan judul Kisah Dewi, Mahasiswi Asal Semarang yang Fotonya Mendunia Karena Salaman dengan Paus / Sumber: VOA

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved