CHILE MENCEKAM, Massa Jarah Gereja dan Bakar Universitas, 20 Demonstran Tewas dan 2.500 Terluka

Aksi demonstrasi di Chile terus berlanjut hingga Jumat (9/11/2019) kemarin. Sebanyak 75 ribu orang turun ke jalan melakukan protes terhadap pemerintah

Editor: Juang Naibaho
Kompas.com/AFP/CLAUDIO REYES
Seorang demonstran berjalan melewati sebuah bus yang terbakar di pusat kota Santiago, Chile, Jumat (18/10/2019), saat terjadinya unjuk rasa yang berakhir bentrok dalam protes kenaikan harga tiket kereta metro. 

Sementara di Plaza Italia, ribuan orang berteriak dan membawa spanduk.

Massa membakar kampus sebuah universitas di dekat lokasi.

Polisi sebelumnya sudah memasang barikade di depan kampus untuk mencegah kerusakan akibat demonstrasi.

Aksi yang sarat kekerasan itu dihalau polisi dengan water cannon dan peluru karet.

Sempat Telantar di Malaysia saat jadi TKW, Meimeris Tumanggor Kini Aman Bersama Keluarga

Wanita Driver Ojol Dibunuh Secara Tragis di Rusun, Jasadnya Ditutupi Karpet, Tetangga Dengar Jeritan

Umumkan Keadaan Darurat

Sebelumnya, Presiden Chile Sebastian Pinera mengumumkan keadaan darurat di ibu kota pada Jumat (18/10/2019) malam, menyusul terjadinya aksi protes warga atas kenaikan harga tiket kereta metro.

Deklarasi keadaan darurat itu memberikan kewenangan kepada militer untuk tanggung jawab keamanan setelah aksi protes yang berlangsung sepanjang hari.

"Saya telah menyatakan keadaan darurat, dan untuk itu, saya telah menunjuk Mayor Jenderal Javier Iturriaga del Campo sebagai kepala pertahanan nasional, sesuai dengan ketentuan UU keadaan darurat," kata Pinera dikutip AFP, Sabtu (19/10/2019).

Sepanjang Jumat, para pengunjuk rasa yang menggelar aksi protes terlibat bentrokan dengan polisi anti-huru hara di beberapa bagian kota, dengan sistem kereta bawah tanah ditutup setelah terjadinya serangan di sejumlah stasiun.

Kekerasan dalam bentrokan semakin meningkat pada malam hari, dengan gedung perusahaan listrik, ENEL, dan kantor cabang Bank Chile, yang ada di pusat kota, menjadi sasaran amukan warga dan dibakar menggunakan bom molotov.

Kerusuhan pecah berawal dari aksi protes terhadap kenaikan harga tiket kereta metro sebesar 30 peso (sekitar Rp 596), untuk perjalanan pada jam-jam sibuk.

Tiket metro yang semula sebesar 800 peso (sekitar Rp 15.900) menjadi 830 peso (sekitar Rp 16.400).

Itu menjadi kenaikan kedua dalam tahun ini, setelah sebelumnya harga tiket metro juga mengalami kenaikan sebesar 20 peso Chile (sekitar Rp 397) pada Januari.

Barcelona Dirumorkan Depak Ernesto Valverde Desember, Claudio Borghi Klaim Dapat Bocoran

Sriwijaya Air Tak Layani Penerbangan dari Bandara Kualanamu untuk Sementara

Serangan terhadap stasiun metro juga memaksa dilakukannya penutupan seluruh sistem kereta bawah tanah, yang merupakan bentuk utama transportasi umum di ibu kota yang padat dan tercemar, membawa tiga juta penumpang per hari.

"Seluruh jaringan metro ditutup karena kerusuhan dan kehancuran yang menghalangi kondisi keamanan minimum untuk penumpang dan pekerja," kata operator metro di Twitter, setelah serangan terhadap hampir semua 164 stasiun di mana banyak gerbang dan pintu putar dihancurkan. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul " Demonstrasi di Chile, Kampus Dibakar dan Gereja Dijarah" dan "Warga Protes Kenaikan Harga Tiket Kereta, Presiden Chile Umumkan Keadaan Darurat"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved